Skip to main content

Andai Saya Juga Rajin Berdoa Seperti Dia

Memulai hari semakin lama terasa semakin membosankan. Bangun pagi (dengan malas), ke kamar mandi (di balkon berhenti sebentar untuk mengintip suasana gang di bawah sana, adakah tukang bubur atau perempuan cantik melintas bergegas takut terlambat sampai di kantor), lalu kembali ke kamar seusai mandi (lagi, mampir di balkon dulu sebentar untuk nampang, ingin menunjukkan ke seluruh dunia “gw dah mandi neh, mau apa lo!”). Seusai ganti baju langsung kabur ke kantor (kalau sempat ngopi dulu sebelum berangkat), biasanya sambil nyulut rokok untuk bekal jalan menuju jalan utama. Lima menit kemudian tiba di jalan utama. Cari angkot, jangan yang dipenuhi ibu-ibu atau bapak-bapak hahaha, lalu 10 menit kemudian sudah duduk manis di depan meja kerja. Tiga menit sebelum sampai di kantor saya biasanya melintasi lapak-lapak pembeli emas/perhiasan di pinggir jalan di seberang Terminal Senen (hampir semuanya orang Batak). Salah satu di antara mereka setiap pagi saya lihat dan dengar membaca Bible keras-keras, tetapi seakan menjadi sia-sia karena bunyi ribuan kendaraan yang melintas jalan itu seperti menelan suaranya. Andai saya juga rajin berdoa seperti dia.

Comments