Skip to main content

Tembang Kampung Halaman

Untukmu... Akhirnya aku bisa menepi dari membingungkannya kota dan gemuruhnya lautan. Menepi sejenak, di tempat dimana jejak-jejak samar bernama masa kecil tercecer di antara sawah, ladang dan gemerisik dedaunan dibelai angin. Tetapi sejujurnya tidak menepi sama sekali. Kotak kecil ajaib ini telah menjelma 'jimat' yang harus kubawa kemanapun aku pergi. Kalau terlalu lama tidak muncul di "dunianya maya" sudah akan ada telepon menanyakan khabarku. Dimana, ngapain, sama siapa, ikut kita yuuuk? Hahaha. Di desa, sedang menggarap ladang dan sawah!

Lihatlah kini kampungku. Jalanannya mulus bak pipi selebritas yang dioperasi plastik. Dulu saat aku kecil jalanan ini adalah jalan tanah yang saat musim hujan berubah menjadi 'sawah'. Bepergian kini menjadi sangat mudah. Tinggal injak gas motor dan dalam hitungan menit kita sudah berada di tempat tujuan. Dulu kita mesti bertelanjang kaki menembus beceknya lumpur genangan-genangan air. Jaman dulu tidak ada orang yang bepergian ke kampung sebelah dalam balutan pakaian necis, sekarang? Hemmm... Celana model Britney Spears pun ada. Dulu anak-anak kecil melewatkan waktu dengan bermain di sungai dan atau mendengarkan dongeng kancil, sekarang mereka menunggu acara idols cilik di televisi. Yah biarlah, inilah mungkin konsekuensi dari sebuah kemajuan. Entahlah... Tetapi tunggu, bukankah dulu aku anak kecil hitam yang menuntun sapi dari sungai itu? Dan sekarang menenteng kotak ajaib ini? Jadi siapa yang sebenarnya berubah? Jadi sebenarnya siapa yang salah? Aih, kenapa kita mengawali tahun baru ini dengan pertengkaran???

Ini adalah kepulanganku yang terlambat. Dulu beberapa kali aku absen dari merayakan Natal, tetapi itu lama sekali, jaman kuliah dulu. Kemarin, Natal telah berlalu dan baru aku tiba dengan senyuman termanis yang dirindukan oleh seluruh penghuni RT-ku. Haha! Natal memang tidak terkejar lagi karena jalur kepulanganku cukup berliku. Tiket di Jakarta yang langka dan beberapa pekerjaan yng harus dikerjakan di kotanya para "sura" dan "baya". Aku bukan pemeluk taat, tetapi entah kenapa, melewatkan Natal tidak bersama keluarga melainkan terjebak di berisiknya perjalanan membuatku bersedih. Mungkin itu yang disebut kerinduan terhadap orang-orang terdekat. Apapun itu kini kampungku, apapun kini diriku, disinilah aku menepi sejenak. Melewatkan senjaku dengan memandangi gereja di seberang rumah yang belum selesai direnovasi karena kehabisan dana (donaturnya hampir bangkrut karena krisis global). Menulis ini dan mengantarkannya padamu melalui jaringan nirkabel.

Selamat Natal 2008 dan Selamat tahun Baru 2009. Semoga tahun yang lalu merupakan pengalaman yang berharga dan pondasi yang kuat untuk kita semua menatap tahun anyar ini dengan lebih berani. Maaf ucapanku ini terlambat...

Comments