Skip to main content

Lembata & Popper ASF, A World Class Deadly Popping Lure


Melihat tayangan Mancing Mania Trans 7 episode “Kembali Ke Lembata” hari ini menyadarkan saya pada kenyataan bahwa negeri ini sungguh benar-benar memiliki spot mancing, utamanya spot ikan giant trevally, yang luar biasa. Dan saya percaya, spot “gagah” seperti Lembata ini masih banyak sekali di negeri tercinta ini. Masih ribuan spot! Atau bahkan lebih! Memang diperlukan alokasi waktu, dana dan pikiran yang penuh untuk bisa memancing di spot segagah Lembata tersebut. Dan tidak semua orang bisa melakukannya. Hanya orang-orang tertentu saja yang berani membayar ‘mahal’ agar bisa memancing di spot-spot popping seperti itu. Tetapi meski tidak banyak yang mampu membayar mahal untuk merasakan petualangan popping di spot-spot terpencil dengan fasilitas minim tersebut, bukan berarti jumlahnya hanya 10 jari saja (baca: sedikit sekali).

Di dunia ini, sejatinya, banyak sekali orang-orang gila yang mau melakukan apapun untuk memancing di spot gagah seperti itu. Mereka tidak peduli pada minimnya fasilitas dan rumitnya trip dan hidup di daerah terpencil. Bagi mereka justru itulah yang dicari, pengalaman yang berbeda dan menantang. Berapapun biayanya akan dibayar agar bisa strike monster di ‘ujung dunia’. Sayangnya, peluang seperti ini tidak semua ditangkap oleh kita untuk kemudian dijadikan sebuah ‘produk’ baru yang berguna untuk seluruh warga, terutama warga Lembata.


Selain masalah keterpencilan dan kegagahan lokasi, saya juga terpikat dengan ‘peluru’ mematikan yang dipakai oleh Mas Dudit Widodo dan crew yang memancing dengan menggunakan popper bikinan anak negeri, yakni popper ASF Bali produksi pemancing kondang/fishing operator/lure maker Adhek Amerta. Popper ASF adalah popper dengan kualitas dunia. Di dunia mancing popping bumi ini, mungkin dapat dikatakan bahwa sangat sedikit sekali pemancing yang tidak mengenal popper ASF. Ini lagi-lagi menyadarkan saya bahwa bumi dan manusia Indonesia ini memiliki potensi yang luar biasa untuk bersaing dan menjadi yang terbaik di dalam peta sportfishing seantero bumi. Mengingat hal ini, saya, sebagai orang biasa yang tertarik untuk menjadi pemancing yang baik, merasa bersyukur karena pernah beberapa kali bertemu dan bertukar pikiran dengan beliau dan bahkan memancing bersama.


Popper ASF Bali yang dipakai memancing di Lembata di tayangan ini adalah popper-popper model chugger seperti Gecko, Pompom, dan lain-lain. Semuanya ampuh dipakai menggoda predator-predator Lembata. Jika bukan popper buatan ASF Bali, saya tidak yakin ikan-ikan GT ukuran “kebo” itu dapat ditaklukkan semua. Karena saya pernah mengalaminya sendiri, saat popper-popper kualitas biasa saja buatan entah siapa berguguran, hanya popper ASF Bali yang tetap tangguh melawan GT.


Intinya, saya bersyukur karena negeri ini masih memiliki spot mancing gagah seperti Lembata dan juga bersyukur karena Indonesia juga dikarunai seorang hebat seperti Mas Dudit Widodo yang menelurkan program hebat seperti Mancing Mania, dan juga karena di Bali hidup seorang Adhek Amerta, pemancing dengan pribadi yang menyenangkan dan pintar membuat popper kelas dunia! Salam strike Pak Adhek!

* Foto #1: Denis Polapa, kameraman Mancing Mania Trans 7 menaklukkan GT babon di Lembata. "Mata gw sampai kunang-kunag saat mengalahkan GT ini," katanya suatu kali mengomentari keperkasaan GT di Lembata. (Foto oleh Abra Mardianto, September 2009).
* Foto #2: Popper ASF Bali koleksi saya. Jalan panjang berliku saya tempuh hingga akhirnya bisa memiliki sedikit dari beragam seri popper ASF. Maklum harga popper ini tidak murah. (Foto diambil Oktober, 2009).
* Foto #3: Popper ASF Bali merupakan popper dengan kualitas terbaik. Tangguh dipakai di berbagai popping ground sekaligus memiliki aksi umpan menarik dengan coating yang sangat bagus. Tidak semua toko pancing menyediakan popper hebat ini. (Foto diambil pada Agustus 2008).
* Foto #4: Pak Adhek Amerta dalam sebuah workshop popping dan jigging di Mall Artha Gading, Jakarta. Workshop ini digelar oleh Majalah Mancing yang didukung oleh beberapa toko pancing Jakarta pada bulan Agustus 2008. (Foto diambil pada Agustus, 2008).

Comments