Skip to main content

Para Pemancing Yang Tidak Mau Mundur Meski Angin Barat Menerjang Binuangeun

Dimanapun, meski sedang musim angin, selalu saja ada pemancing yang turun ke laut. Ini disebabkan oleh dua hal, saking sudah tidak tahan untuk merasakan nikmat memancing. Kedua karena waktu libur atau cuti dari pekerjaan yang ada tidak selalu selaras dengan waktu mancing terbaik. Bulan-bulan ini perairan Binuangun di Banten Selatan sedang bergolak dilanda angin barat yang terkenal sangat kuat. Kekuatan angin barat ini sudah dimaklumi oleh semua kalangan di Binuangeun; kapal-kapal nelayan tidak ada yang melaut (TPI menjadi sepi dari ikan), dan kapal-kapal mancing (fishing fleet) pun sepi dari bookingan para pemancing. Dan hampir seluruh fishing ground di pesisir selatan Pulau Jawa terkena musim angin barat ini. Saya mendengar kabar ada kapal tenggelam di perairan selatan Jogja saat menulis catatan ini.

Tetapi apa yang kami lakukan dengan sekelompok pemancing Jakarta yang ‘dikomandani’ oleh Adi Prasodjo? Kami malah turun ke laut beramai-ramai, pada hari Senin dan Selasa pula, saat dimana Binuangeun yang bahkan di musim angin terbaik pun sangat sepi dari pemancing karena bukan hari libur. Padahal saat itu kami sudah tahu jauh-jauh hari, tidak ada satupun kapal mancing lain yang turun pada dua hari itu selain yang akan kami gunakan (KM Putra Sulung 1 & 2). Bagaimana lagi? Ini semua karena terkadang hasrat dan waktu yang ada tidak selalu selaras dengan waktu mancing terbaik. Tetapi namanya bekerja di dunia ikan, kami tetap siap. Meski sebagian besar nelayan asyik santai di Muara Binuangeun membicarakan angin yang tidak bersahabat, kami tetap berangkat. Pikir kami mudah saja, kalau tiba-tiba keadaan di laut nanti menjadi tidak terkendali, toh kami tinggal ngacir ke darat lagi meski kami akan rugi sewa kapal dan lain sebagainya.

Hari pertama angin ternyata cukup bersahabat. Ombak sangat kecil. Bahkan agak mengagetkan untuk musim barat seperti ini karena alun (swell) juga tidak seberapa besar. Padahal swell di Binuangeun ini terkenal sangat tinggi, jika dilihat dengan mata telanjang, puncak swell seringnya selalu di atas kapal kita. Ini berkah bagi kami. Trolling menjadi teknik andalan. Perairan sekitar Pulau Tinjil dan Pulau Deli menjadi arena trolling kami. Targetnya jelas, layaran (sailfish) atau marlin karena kami hanya memasang umpan konahead di ujung tali kami (tidak memasang saltwater minnow untuk menggaet tenggiri atau barakuda). Kami sungguh terberkati. Usai putaran ke-7, KM Putra Sulung 2 mendapatkan sambaran, dari radio (karena saya di KM Putra Sulung 1) saya mendengar seekor sailfish dengan berat antara 35-40 kg berhasil dinaikkan ke kapal. Hari yang cerah! Namun agak menyedihkan, Adi Prasodjo and the gang menolak merilis pelagis cantik ini. Pak Adi, lain kali dirilis saja ya... Okay?!

Hingga sore hari, hanya satu layaran itulah yang hooked up. Kapal saya malah kosong sama sekali. Cuaca mulai berubah. Angin dari barat datang seperti bunyi penyihir mantra jahat dari para penyihir. Awan gelap tanda hujan akan mendera lautan begitu pekat di seluruh penjuru langit. KM Putra Sulung 2 tiba-tiba mendekati kami, rupanya mereka berniat pulang ke darat karena para penumpangnya pada mabuk laut parah. Oalaaaah! Tidak biasanya pada KO di laut kalau trolling, eh ini malah KO beramai-ramai! Mereka berpamitan dengan cepat dan tinggal kapal saya di lautan yang mulai ‘mendidih’. Untungnya kami berada di antara Pulau Tinjil dan Pulau Deli, jadi kalaupun ada apa-apa, kami bisa cepat berlindung (meski sesungguhnya tidak semudah itu). Malam harinya, meski kami mendapatkan beragam ikan dasar, sebenarnya itu hanyalah cara kami untuk tidak terlalu memikirkan lautan yang mendidih dan angin yang menderu menerjang kami tanpa ampun. Dan karena tidak ada yang mabuk ataupun gentar dengan kondisi yang ada, kami pun sukses menuntaskan waktu sewa kapal pada hari kedua pukul 14.00 WIB! Hahahaha! Hasil mancing, tidak terlalu membanggakan. Hanya ikan-ikan dasar kecil yang hanya bisa membuat istri-istri para pemancing yang tersenyum. Salam!

* All pictures (except #6, #7, #8) taken by Me. Don't use or reproduce (especially for commercial purposes) without permission. Thanks.
* Foto #1: Asbak rokok di Berkah Resort diukir dengan gambar kapal mancing. Di background tampak kapal-kapal mancing yang biasa digunakan para pemancing. Foto #2 & #3: Kapal-kapal mancing diparkir rapi karena sepi bookingan, apalagi hari itu adalah weekdays.
* Foto #4 & Foto #5: KM Putra Sulung 1 & 2 diparkir berbarengan dengan KM Robby. Semua KM Putra Sulung ada dalam manajemen Suryadi (yang juga kapten kapal). Perlu nomor kontaknya, email me. Siapa tahu khan Anda tergoda mendapatkan sailfish bersama Putra Sulung?
* Foto #6, #7, #8: Sailfish dengan perkiraan berat antara 35-40 kg berhasil dipancing oleh Adi Prasodjo dengan teknik trolling. Tampak ‘kapten’ saya berada disana, Mas Dudit Widodo dan juga tim support Mancing Mania, Hasan Daulay (memakai kaos orange). Foto diambil oleh ABK KM. Putra Sulung 2.

Comments

yoga said…
Jujur.....
setelah baca berita di atas, aku jadi kepengen nyobain bagaimana berekspresi lepas sehingga mampu melepas kepenatan aktivitas kerja selama ini. Mau dong diajak mancing di laut?...Gratis tis...tis... YOGA 081383997649