Skip to main content

Trip Ujung Kulon, 23-25 April 2010: Kapal Yang Tak Bergoyang, dan Umpan Yang Tak Dimakan

Pagi di Desa Sumur, Ujung Kulon, Banten, bagi kami para pemancing adalah pagi dengan mata berat dan terpicing berusaha menatap sekitar yang mulai terang. Maklum, kebanyakan pemancing, terutama mereka yang berasal dari Jakarta biasanya selalu tiba di Desa Sumur tepat menjelang Subuh, usai berkendara selama lima jam dari Jakarta dalam jalanan yang sebagain besar dipeluk gulita dan seperempat jalan terakhir agak berlubang. Padahal ini adalah destinasi wisata andalan di Banten lho, tetapi jalannya masih juga berlubang-lubang? Tetapi memang, dibandingkan dengan kondisi jalan pada akhir tahun lalu (2009), jalan dari Pandeglang menuju Desa Sumur kini lebih baik karena belum lama ini baru saja diperbaiki. Tetapi ya itu, agak aneh saja, sudah muncul lubang lagi. Biasalah, proyek-proyek jalan seperti ini memang dikerjakan bukan untuk selesai dan bisa digunakan selamanya, melainkan dikerjakan untuk bisa segera ‘dikerjakan’ lagi di lain waktu. Hehe…

Dengan mata terpicing tersebut, pemancing biasanya segera disibukkan dengan urusan loading barang ke kapal-kapal mancing menggunakan perahu feeder kecil, karena kapal mancing besar tidak bisa merapat ke tepian karena dangkal. Kadang sebelum loading ini sebagian di antara mereka menunaikan Shalat Subuh dahulu di sebuah mushola di ‘pusat’ Desa Sumur. Mereka yang tidak sholat, biasanya mengambil keuntungan dengan tetap hang out di teras rumah Haji Koni yang selalu menyambut tamu-tamu mancingnya dengan teh/kopi hangat yang ditemani penganan kecil yang baru saja digoreng seperti pisang goreng. Sudah nggak ibadah, curang lagi menyerobot hidangan duluan. Hehehe… Haji Koni adalah salah satu juragan kapal mancing di desa ini yang selalu menyambut para pemancing pengguna kapalnya dengan hangat, sehangat mentari pagi yang siap menyengat’ Desa Sumur yang baru saja terjaga dari tidurnya. Berbicara loading barang ke kapal mancing, kini ada yang berubah dengan tepian pantai di Sumur. Jadi perahu feeder kini tak lagi bisa seenaknya nangkring di daratan, kecuali di sisi yang agak jauh di barat Desa Sumur. Karena jika dulu tepiannya adalah pasir pantai alami begitu saja, kini telah ada yang berubah, yakni tatanan batu-batu besar yang disusun rapi memanjang di tepian Desa Sumur, meski tidak semua tepian ditaruhin batu-batu besar ini. Proyek Dinas Pekerjaan Umum kata seorang warga. Dalam rangka kunjungan Gubernur Banten ke desa ini. Konon, sang gubernur akhirnya tak jadi meninjau salah satu desa transit wisata (sekaligus pendaratan ikan) di Ujung Kulon ini.

Pagi itu Desa Sumur sangat ramai oleh wisatawan yang akan mengunjungi perairan Ujung Kulon. Ada kelompok fotografer, ada kelompok pemancing dari sebuah forum mancing, dan ada kami yang sedang iseng mancing daripada bengong di Jakarta. Jujur saja kalau bagi saya pribadi, sekarang ini, trip ke Ujung Kulon adalah trip yang lebih banyak untuk bersantai saja di lautan dibandingkan trip yang mengharapkan sebuah hasil yang luar biasa. Karena kalau hendak hasil yang luar biasa, lebih baik ke NTT atau Papua saja, sudah hampir bisa dipastikan hasilnya. Kalau ke Ujung Kulon, meski terkadang bisa mendapatkan hasil lumayan, lebih sering trip berakhir dengan kegagalan atau kalaupun mendapatkan ikan target, ukuran dan jumlahnya tidak seberapa. Jadi memang saran saya, kalau trip mancing ke Ujung Kulon, terutama untuk para sportfisherman nih (pemancing teknik sport semisal popping-trolling-casting), baiknya tidak usah terlalu berharap banyak pada hasil mancing. Karena perairan Ujung Kulon, meski itu sebuah taman nasional, ikan-ikan game fish di sana pun telah sangat jauuuuh berkurang populasinya! Lebih baik realistis saja. Anggap saja trip murni menikmati alam jadi tidak terlalu kecewa jika nantinya akan ‘kosong’. Atau anggap saja latihan melempar umpan atau latihan rigging dan latihan simpul. Menarik bukan?!

Dan begitu jugalah yang bersemayam hati saya dan kawan-kawan. Bukan dalam rangka “agar tidak malu”, tetapi memang lebih baik begitu, realistis. Saat trip kemanapun di perairan seputar Pulau Jawa ini, baiknya biasa saja. Karena fishing ground manapun di sekitar Pulau Jawa ini telah merosot jauh kualitasnya! Daripada stress nantinya jika tak dapat hasil untuk dibawa pulang (atau tidak dapat foto untuk dipamerkan-karena ikan dirilis kembali misalnya), lebih baik kita bersikap realistis saja. Akan tetapi tetap, kami mengarungi perairan Ujung Kulon dalam senyum dan canda ceria layaknya pasti meraih ‘kemenangan’ dalam trip ini. Harus bagaimana lagi, kita bisa berlibur di alam yang indah saja sudah harus kita syukuri bukan?! Jadi usah dipikirkan ikannya, pikirkan saja dan berterimakasihlah pada Tuhan karena memberi kita kesempatan mengarungi lautan biru, beristirahat dalam keindahan dan ketenangan Pulau Peucang, memberi kita makanan lezat dan hangat buatan para ABK kapal, ataupun karena kita bisa menghirup udara segar yang jelas jauh berkualitas dibandingkan udara Jakarta! Bagi saya, saat trip memancing, tetapi kita melulu memikirkan ikan, adalah kesalahan yang sangat fatal!

Hari pertama, trip kami gagal. Waktu kebanyakan habis di perjalanan, dan karena kebanyakan tergoda spot ecek-ecek, dan juga karena terlalu memanjakan diri di Pulau Peucang. Total sepanjang hari hanya ada 3 strike without fish landed! Satu line break dan dua lainnya tidak sempat hooking. Sudah biasa begini di Ujung Kulon, jadi di hari pertama ini kami menghibur diri dengan sesegera mungkin tidur malam sesaat setelah ABK kapal menghidangkan kepada kami makan malam pada pukul 19.00 WIB. Padahal kalau pada hari ini ada beberapa ikan yang naik, ceritanya pasti akan berbeda. Setidaknya kami akan kuat bergadang di buritan KM Samudera hingga pukul 23.00 WIB sambil menenggak kopi ataupun teh hangat. Hari itu, rombongan pemancing di kapal lainnya dari sebuah forum mancing juga sama ‘beruntungnya’ dengan kami. Boncos maricos!

Sepanjang hari pertama lautan sangat teduh. Ombak sangat kecil, bahkan hampir menyerupai hamparan permadani saking tenangnya. Hanya di tanjungan seperti Tj. Layar, Kr. Copong, Batu Asin, Kr Jajar, dan spot-spot sisi selatan Jawa saja (Syang Hyang Sirah dan Kr. Kereta) yang agak berombak. Itupun tidak kuat dan kalau bagi saya kondisi laut sebenarnya sangat tenang. Namun seorang kawan yang baru pertama ke laut sempat mabok di Kr. Kereta! Tenangnya perairan Ujung Kulon ini meninggalkan tanya di benak saya karena situs cuaca milik pemerintah kita menggambarkan di predisksi cuacanya bahwa perairan di Ujung Kulon pada hari-hari ini berombak antara 1-1.25 meter dengan kecepatan angin hingga 10 knot dengan arah datang angin dari tenggara! Tetapi nyatanya di lapangan seperti ‘kaca’ begini lautnya?! Meleset lagi ya prediksinya?! Walaaaah!

Hari kedua kami berangkat melaut lebih pagi lagi, jam 05.00 WIB. Pembayaran penginapan di Pulau Peucang telah kami selesaikan malam harinya sehingga hari ini kami langsung ngacir ke laut. Ini adalah kesempatan terakhir untuk menikmati lautan Ujung Kulon. Hari kedua di sini biasanya lebih pendek karena kita harus segera kembali ke Desa Sumur setidaknya pada pukul 14.00 WIB, ini jika kita hanya mengambil 2 days and 1 night trip lho ya. Namun usai mengubek-ubek Ujung Kulon dengan teknik popping (di sini kami memang hanya mancing popping) hasil tetap seperti kemarin, malah lebih ‘beruntung’ lagi karena hari ini benar-benar kosong song! Tapi tak apalah, kami pernah sukses besar di sini, dan gagal seperti ini juga tidak satu-dua kali kami alami. Jadi pada pukul 17.00 WIB kami telah meluncur kembali ke Jakarta karena keluarga- rumah-dan kantor telah menunggu. Dan hati kami tetap ceria karena telah diberi kesempatan oleh Tuhan untuk menikmati alam. Masih ingat sebuah pepatah mancing klasik? The worst day fishing is better than the day of work!!

* All pictures by Me, Gilang Gumilang, and Nunu Nugraha. Don’t use or reproduce (especially for commercial purposes) without our permission. Especially if you are tackle shop, please don’t only make money from our pics without respect!!!
* Jika Anda tertarik dengan t-shirt mancing keren yang saya pakai ini, silahkan klik Singin Drag, mereka yang membuatnya, Anda bisa membelinya di sana. Thanks.

Comments

Fish Whisperer said…
Great blog. I have added you to my blogroll so I can follow you.
Tight lines