Skip to main content

Football Diary: Saya Memilih Argentina Karena Che Guevara

Perhelatan World Cup 2010 yang begitu gempita agak luput dari perhatian saya karena hari-hari kerja di kota selalu overtime dan karena ketika hari-hari di kota itu telah usai itu adalah pertanda bahwa lautan memanggil dan karenanya sebagai ‘nelayan’ yang baik saya harus kembali berlayar mengejar ikan-ikan. Saya selalu suka sepakbola, sejak kecil ketika bermain di kebun di belakang rumah di kampung, ketika sekolah dan membawa SMP saya juara se-kecamatan sebagai penjaga gawang yang mementahkan penalty lawan, dan hingga kini ketika sepakbola mulai terasa jauh dari jangkauan saya tetap mencintai sepakbola meski lebih sering diam-diam.

Salah satu hal yang membuat sepakbola sangat menarik bagi saya adalah bahwa kata “mungkin” dan “ketidakpastian” memiliki tampilan yang begitu menggemaskan dan menjadi sangat penting untuk diperhitungkan. Banyak tim tak diunggulkan mengalahkan jagoan papan atas, banyak gol-gol mustahil tercipta dari skema yang aneh, banyak kebodohan dilakukan pemain-pemain besar, dan banyak kemenangan terjadi karena hal sepele dan sebaliknya. Sepakbola memberi banyak pelajaran bagi mereka yang melihatnya dengan seksama.

Dan kini sepakbola menjadi semakin penting lagi karena bola bundar ini menjadi salah satu pemutar perekonomian dunia yang sangat penting. Memang tidak ada sesuatu yang sempurna, banyak daftarnya. Tetapi ini bukan salah bola yang bundar itu, ketidakberesan yang terjadi karena dan di dalam sepakbola (dan di luar arena karena sepakbola) adalah karena ketidakdewasaan para pecinta dan para ‘penumpang’-nya yang kepentingan utamanya adalah tercapainya tujuan mereka tanpa peduli bahwa mereka telah merugikan dan mencoreng sepakbola.

Tidak pernah jelas bagi saya sebenarnya apakah Che Guevara, tokoh revolusi Kuba kelahiran Argentina, dan juga tokoh penting yang menjadi ikon revolusi di berbagai penjuru dunia itu, pernah menjadi pemain bola. Namun saya yakin, setidaknya dia pernah bermain bola. PASTI! Secuil informasi dari The Motorcycle Diaries, catatan harian Che Guevara ketika berkeliling Amerika Latin pada 1952, mengatakan bahwa dia ikut asyik bermain dan ngobrolin bola dengan para pasien lepra ketika dirinya singgah di Koloni Lepra, San Pablo, Peru pada bulan Juni. Beberapa catatan di internet juga menuliskan bahwa dia adalah seorang penjaga gawang. Posisi yang mungkin tidak kerena bagi para pemujanya mengingat kharisma dan kepemimpinan yang dia miliki dalam revolusi.

Anehnya, meski Che Guevara tidak pernah jelas bermain dan atau suka sepakbola, hingga sekarang dia tetap bisa berkelana ke berbagai penjuru dunia, ke berbagai pertandingan besar dan stadion-stadion terbaik untuk ikut dalam sorak-sorai dan kegilaan para supporter tanpa peduli dari tim manapun! Che Guevara, tokoh revolusi yang kini tinggal gambar dan pemikirannya yang mulai samar itu, kini juga ikut didapuk oleh para pecinta sepakbola untuk ikut menyuntikkan semangat dan member inspirasi kepada begitu banyak pertandingan yang digelar entah dimanapun! Tampil dalam bentuk poster, spanduk, kaos, dan lain sebagainya Che Guevara diikutsertakan dalam sepakbola karena inspirasinya yang pernah dicetuskan selama revolusi Kuba dan semasa hidupnya ternyata tetap aktual di jaman apapun. Tentunya TIDAK bagi para kaum mapan!

Jadi tak heran jika Thierry Henry memakai kaos Che Guevara ketika dirinya dianugerahi sebagai Pemain Terbaik ke-2 Versi FIFA tahun 2004. Atau misalnya supporter sebuah tim sepakbola membentangkan spanduk besar bergambar Che Guevara dan lain sebagainya. Di jagat sepakbola Indonesia Che Guevara tidak begitu ‘laku’, mungkin karena para supporter bola takut dengan tuduhan menjadi agen revolusi di negeri yang ‘makmur’ ini. Tetapi saya pernah melihat gambar-gambar tokoh nasional kita disablon besar-besar dengan meniru model gambar muka Che Guevara yang termahyur itu. Ini membuktikan semangat dan inspirasi Che Guevara juga tetal coba ditampilkan oleh para pengaggumnya di kalangan sepakbola dengan berbagai cara.

Kini tim nasional sepakbola Argentina sedang berlaga di World Cup 2010 di negerinya Nelson mandela. Andai tim nasional Indonesia juga ada di sana? Dan tentu Che Guevara juga hadir untuk mendukung tim mana saja, tentunya terutama sekali tim negeri kelahirannya. Ada yang membuat lelucon tentang tim Argentina saat ini, bahwa salah satu kunci sukses Argentina saat ini bukan hanya terletak pada Messi, sayap kiri mungil yang jagoan itu. Tetapi juga karena ada inspirasi abadi dari ‘sayap kiri’ brilian bernama Che Guevara kepada seluruh tim dan juga para pendukungnya.

Jujur sekarang ini saya menjadi benci dengan tim nasional Perancis akibat ulah tangan setan Thierry Henry yang membuat Irlandia tersingkir dari Piala Dunia 2010. Naya tetap memberi catatan khusus kepadanya karena melalui kaos Che Guevara yang dia pakai saat diundang oleh FIFA untuk berbicara mengenai rasisme, Henry juga menyebarluaskan semangat dan pemikiran Che Guevara tentang revolusi. Che Guevara pernah berkata “It is not just a simple game. It is also a weapon of the revolution." Henry, dengan kaos Che Guevara member pesan pada dunia bahwa "Football is not just a simple game. It is also a weapon of the revolution." Salam!

* Foto 1: A banner portraying Nelson Mandela, left, Diego Maradona and Che Guevara is displayed before the World Cup group B soccer match between Argentina and South Korea at Soccer City in Johannesburg, South Africa, Thursday, June 17, 2010.(AP PHOTO)
* Foto 2: An Argentinian supporter holds a flag with the print of Che Guevara (L) and Diego Maradona faces prior to the World Cup 2006 round of 16 football game Argentina vs. Mexico, 24 June 2006 at Leipzig stadium.(GETTY IMAGES)
* Foto 3: An Argentine fan holds a banner with the faces of legend guerrillas leader Ernesto Che Guevara (L) and former soccer star Diego Maradona in front of Herzogs Park Hotel in Herzogenaurach 08 June 2006. Argentina will face Ivory Coast 10 June 2006 in their fisrt match for the group C of the World Cup Germany 2006.(GETTY IMAGES)
* Foto 4: by GETTY IMAGES.

Comments