Skip to main content

2,400 Meter Above Sea Level: Mancing Mania Trans 7 at Ranu Kumbolo, Mt. Semeru

Foto pertama: View indah kawasan Bromo-Tengger ini dapat kita lihat saat dalam perjalanan dari Tumpang menuju Desa Ranu Pane. Foto kedua: Medina Kamil, host Jejak Petualang Trans 7 tampak sangat antusias saat memegang ikan mas yang berhasil dia dapatkan di Ranu Kumbolo, Gunung Semeru. Meski sejujurnya yang strike bukanlah dirinya sendiri namun dia tetap antusias dengan spesies air tawar ini. Mungkin baginya, ini adalah ikan pertama-nya dengan teknik sportfishing. Mantaaaab!!!

Terakhir kali saya menginjakkan kaki di gunung adalah empat tahun lalu, tepatnya Juni 2006. Dan kebetulan sekali gunung terakhir itu adalah Gn. Semeru (3676 m dpl), ‘atap’ Pulau Jawa yang menjadi idaman para pecinta alam di seluruh Indonesia dan bahkan dunia karena keindahan alamnya, dan terutama karena keindahan puncaknya yang melegenda itu, Mahameru. Saya tidak menyangka setelah sekian lama tidak pernah memikirkan gunung lagi secara serius, pada tanggal 20 Juli lalu saya malah telah melaju bersama driver dalam kendaraan jenis 4WD milik kantor dari Jakarta menuju ke Malang, Jawa Timur, untuk kemudian melanjutkannya ke Gunung Semeru.

Perjalanan darat dari Jakarta menuju Malang terasa sedikit menyiksa. Saya baru menyadari mungkin inilah kenapa sopir dan atau kenek bus/truk itu temperamennya cenderung keras. Karena menempuh jalan darat di Jawa ternyata tidak melulu tentang keberanian menyetir ataupun kemampuan navigasi di jalan raya. Banyak sekali hal yang membuat kita tidak tahan untuk mengumpat dan memaki. Hanya kami berdua yang lewat darat, kru Mancing Mania Trans 7 yang lain lewat udara. Jadi karenanya kami berangkat sehari sebelum kawan-kawan kami ‘terbang’. Saya akhirnya berkumpul dengan bos saya Dudit Widodo dan kameraman Arfane Yudithia di kota Malang pada tanggal 21 Juli malam hari dengan selamat dan sekaligus lelah.

Trip ke Semeru sebenarnya bukan murni trip memancing. Kebetulan bos saya Dudit Widodo (DW) adalah ‘komandan’ sebuah program petualangan di Trans 7 (Jejak Petualang), dan karena semua tim dari program tersebut sedang menggelar acara besar di Gunung Semeru selama hampir seminggu penuh lamanya, bos saya ikut bergabung bersama mereka. Dan karena DW juga merupakan ‘kapten’-nya Mancing Mania Trans 7, maka kami sekalian melakukan trip mancing untuk program tersebut. Sebuah trip mancing paling menantang yang pernah saya lakukan karena kami akan memancing di atas gunung yakni di Ranu (danau) Kumbolo yang memiliki ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut. Ketinggian yang biasa saja bagi pendaki ataupun pegiat alam lainnya. Tetapi untuk sebuah trip memancing ini sudah termasuk ‘gila’. Karena tingkat kesulitannya sangat jelas. Mulai dari bagaimana badan kita ‘bertarung’ dengan suhu yang berkisar antara 0-5 derajat Celsius (Semeru sangat dingin), lalu karakter ikan yang jelas sangat berbeda, dan lain sebagainya.

Menuju Semeru, perjalanan kami dimulai dari kota Malang pada tanggal 22/7 pagi, lalu kota kecil Tumpang, dan lalu ke Desa Ranu Pane (desa ini sudah masuk wilayah Kab. Lumajang). Desa terakhir di lereng Gunung Semeru. Karena kami membawa kendaraan sendiri mobilitas kami lebih mudah. Pendaki biasa sudah harus mencarter kendaraan 4WD sejak dari kota Tumpang berupa mobil jeep ataupun Landrover yang memang banyak terdapat di Tumpang yang merupakan kendaraan-kendaraan sewa untuk mengantar pendaki atau wisatawan yang ingin naik ke Gunung Semeru atau berwisata ke Pegunungan Bromo-Tengger. Ranu Pane berada di ketinggian 2.100 m dpl. Di sinilah pos Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru berada. Dan di sinilah setiap perjalanan/pendakian ke puncak Semeru dilakukan. Termasuk perjalanan kami yang hendak memancing!

Namun meski perbedaan ketinggian antara Ranu Pane dan Ranu Kumbolo hanya 300 meter saja, diperlukan waktu setidaknya 3 jam jalan kaki sejauh 9 km untuk sampai di Ranu Kumbolo. Tiga jam ini dengan catatan kita tidak membawa beban berat (beban dipikul porter – porter kami di sini jumlahnya 4 orang). Jika kita pendaki dengan beban di pundak antara 25-30 kg, setidaknya 6 jam perjalanan baru sampai. Mungkin hanya bule-bule dari Negara sub-tropik itu yang bisa menempuhnya sekitar kurang dari dua jam karena bagi mereka lokasi seperti ini ibarat mereka jalan-jalan di belakang rumah mereka saja. Dan Puji Tuhan, dengan tenaga yang tak lagi prima bahkan bagi saya sendiri yang dulunya keluar masuk hutan dan naik turun gunung, pada tanggal 23 siang hari kami telah menjejak Ranu Kumbolo dengan senyum lebar. Suasananya sangat ramai. Banyak bule bersliweran, kelompok pecinta alam dari berbagai kota di Indonesia, dan tentunya sebagian kawan-kawan kami dari program petualangan Trans 7 (Jejak Petualang). Tim utama program ini baru akan tiba sore hari karena kami berangkat dari Ranu Pane 2 jam lebih awal dibandingkan mereka.

Ilmu Mancing Baru dari Ranu Kumbolo
Efektif, kami mulai memancing pada tanggal 24/7 usai acara Jejak Petualang usai digelar. Meski jujur saja empat joran empang yang kami bawa telah saya pasangi umpan dan juga telah saya posisikan sedemikian rupa di tepi danau sejak kemarin siang. Pellet bom atau chumming juga telah saya lemparkan ke air sejak kemarin sore. Hasilnya hanya seekor ikan nila kecil dua jari saja yang mengundang tertawaan dari kawan-kawan kami. Ikan di Ranu Kumbolo konon bermula pada masa Emil Salim menjabat sebagai Menteri KLH. Pada masa itu, konon beliau melepaskan bibit-bibit ikan mas, tambra, nila dan mujaer ke danau di ‘atap’ Jawa ini. Itulah awal mulanya mancing dikenal orang dapat diaplikasikan di danau yang terletak di atas gunung ini.

Target kami di lokasi ini tidak muluk-muluk. Cukup bagi kami dapat membuktikan bahwa di lokasi di ketinggian gunung seperti ini juga ada ikannya. Karena menurut kami sangat berat jika memancing sendirian, maka kami mengundang para porter dari Desa Ranu Pane untuk mengajari kami memancing di sini. Mereka lah sejatinya jagoan-jagoan mancing di Ranu Kumbolo itu. Karena hampir setiap Minggu mereka pasti naik ke gunung ini untuk mengantarkan tamu, dan di sela-sela waktu senggang mereka, mereka sudah pasti akan memancing. Ternyata porter-porter lugu ini lah yang kemudian menolong kami.

Dari merekalah kami tahu bahwa umpan yang manjur di sini bukannya pelet ikan mas seperti kami duga sebelumnya. Juga ternyata tidak diperlukan bom atau chumming untuk mengumpulkan ikan seperti biasa diterapkan di kolam-kolam pemancingan. Mereka cukup menggunakan nasi yang dilumat dan atau rebusan mie. Pasti strike! Dan ternyata memang hanya umpan-umpan itulah yang berhasil menggaet banyak ikan. Ternyata hal umpan nasi lumat dan mie rebus ini berasal dari kebiasaan para pendaki di gunung ini yang mana setiap bermalam di tepi danau ini selalu membuang sisa nasi atau mie ke dalam danau! Ini tidak pernah masuk dalam perkiraan kami sebelumnya sehingga kami merasa perlu untuk membawa sekardus umpan pellet dan pellet bom (chumming) ke atas Ranu Kumbolo ini sejak dari kota Malang!

Berkat bantuan porter-porter inilah kami akhirnya strike beberapa ekor ikan mas dan tambra. Dan karena semua kru Jejak Petualang juga sedang berada di sini, dimana host-host mereka ‘bening-bening’ semua (kecuali tentunya host Jejak Petualang Survival yang cowok – Tio), maka strike yang kami dapatkan di sini menjadi sangat meriah karena mereka (host-host cantik itu) dengan sukarela nimbrung di acara mancing kami. Jadi pelajaran mancing yang kami dapatkan di Ranu Kumbolo adalah jika kita “mentok”, maka galilah informasi sebanyak mungkin dari penduduk lokal, Insya Allah kita akan sukses mendapatkan strike. Jangan sekali-kali “ngeyel” dengan cara mancing kita sendiri karena di setiap lokasi mancing yang baru sejatinya kita adalah “pemula”.

Begitulah, usai 3 hari dua malam berpelukan dengan dinginnya Ranu Kumbolo yang selalu berkisar antara 0-5 derajat Celsius saja, pada tanggal 25/7 sore hari kami kembali turun ke Ranu Pane dengan riang. Kota Malang pun tampil menjadi semakin penting bagi kami yang lelah didera dingin dan segala tantangan berkegiatan di alam bebas. Karenanya pada 25/7 malam hari kami telah berselimut dengan nyaman di kamar hotel kami sambil sesekali memijiti kaki-kaki kami yang pegal luar biasa usai perjalanan panjang menembus hutan-hutan Gunung Semeru yang indah dingin itu. Salam strike!

* ALL PICS TAKEN BY ME, AND MY FRIENDS. PLEASE DON'T USE THIS ARTICLE AND THE PHOTOGRAPHS WITHOUT MY PERMISSION. THANKS!!!
* Foto 1: View indah kawasan Bromo-Tengger yang menghijau seperti ini hanya dapat dijumpai dalam perjalanan dari Tumpang-Desa Ranu Pane (jika musim kemarau maka warna hijau akan hilang diganti warna coklat hitam/pasir). Foto 2: Medina Kamil, host Jejak Petualang Trans 7. Foto3-4: Tim Mancing Mania Trans 7 bergaya sejenak di tengah jalan. Haha! Foto 5: Hiruk pikuk suasana pos tercipta seiring datangnya mobil-mobil pengangkut para pendaki. Foto 6: Rombongan porter menyalip kami dalam perjalanan menuju Ranu Kumbolo. Foto 7: Barisan pendaki sedang menapaki Tanjakan Cinta. Konon jika kita tahan tidak menoleh ke belakang selama di tanjakan ini, semua permintaan kita akan terkabul. Foto 8-9: Longsoran kadang mewarnai track antara Ranu Pane-Ranu Kumbolo. View tebing di dekat pos Watu Rejeng. Foto 10: Bunga ungu di tepi jalan setapak. Foto 11: Saya di antara porter-porter. Foto 12: Tim MMT7 bersama porter-porter. Foto 13: Ramainya Ranu Kumbolo. Foto 14: Dinginnya Ranu Kumbolo tak halangi Arfane mengambil gambar cantik. Foto 15-16: Saya dan DW sebelum ‘turun’ ke Ranu Kumbolo. Foto 17-18: Porter-porter yang lugu dan antusias. Arfane mengambil gambar porter. Foto 19: DW dan ikan mas. Foto 20: Tim Jejak Petualang+Tim MMT7. Foto 21: Tim MMT7; saya-DW-Arfane.

Comments

b2network said…
wow... great... eksplore terus sumber daya alam buat pemancing biar hobi kita bisa sama majunya dengan di luar negeri... bravo anglers...
mancing mania trans7... MANTAP!!!

sekalian tukeran backlink ya:

http://onlinebas.blogspot.com/
liputannya bagus...gini.. sering-sering di perairan umum, jangan hanya di kolam..kebanyakan di kolam akan menumpulkan kecintaan akan perairan kita...sip boss
Unknown said…
EKO BUDI KUNCORO..... Thanks Pak.... Anda salah satu inspirasinya....
fian_0275 said…
Beruntung sekali kemaren tanggal 15 bisa bertemu tim JP dan Mancing Mania di Ranu Kumbolo :)

Salam Lestari!

regard,


tim arek suroboyo
mj-506 said…
wow,,, mancing mani mantaps. kerennn sekali mas bro sharenya
agen tiket online
jasa iklan massal
vadlav said…
Keren p.dudit...sangat memberi inspirasi