Tiba-tiba teringat kembali tentang Pulau Bawean, pulau kecil di tengah laut Jawa yang secara administratif masuk dalam Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Gara-garanya datang sebuah pesan singkat dari salah satu atasan saya di kantor yang menanyakan bagaimana seandainya di salah satu desa di sana (lokasi yang dimaksud adalah Desa Balikterus) dibangun sebuah Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin (SPLTA), apa kira-kira masyarakat akan mendukung? Desa ini pada bulan Februari lalu saya liput untuk program Jejak Petualang Trans|7 dengan tema energi terbarukan dan beberapa tema lainnya. Desa Balikterus ini memiliki beberapa unit Pembangkit Listrik Tenaga Air yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat (pelopor gerakan mandiri listrik ini adalah Sulaeman (50 th) seorang petani yang tidak lulus SD), sebagai solusi mandiri tidak masuknya jaringan listrik PLN ke wilayah mereka. Jawab saya, tentunya mereka akan sangat mendukung, sehingga daya listrik yang dimiliki desa menjadi lebih besar, tidak seperti sekarang yang mana setiap rumah hanya bisa menghidupkan lampu 5 watt-an saja. Rencana ini sekarang sedang ‘digodok’ oleh pihak-pihak yang terkait, jika kemudian terlaksana, sepertinya saya akan ikut kembali lagi ke Pulau Bawean untuk melakukan peliputan yang sama berkaitan dengan proyek ini. Doa saya, semoga rencana mulia ini dapat terwujud!
Melihat kembali foto-foto behind the scene liputan saya di
Pulau Bawean di blog ini rupanya hampir tidak ada keterangan berarti yang saya
sertakan. Entah saya lupa atau terburu-buru saat mempostingnya, atau memang
ketiadaan waktu saat itu sehingga tidak bisa menuliskan beberapa baris
keterangan tentang apa yang kami lakukan di sana waktu itu. Saya akan me-review kembali secara singkat di catatan
ini, sehingga setidaknya ada sedikit informasi yang siapa tahu dapat menjadi
tambahan pengetahuan tentang kehidupan di pulau ini. Sebenarnya semua sudah
saya saya kisahkan di naskah tayangan Jejak Petualang, namun tidak ada salahnya
dituliskan kembali sedikit disini, karena saya paham tidak semua orang menonton
televisi.
Foto-foto yang tentang laut di postingan ini terbagi dua
bagian besar. Pertama adalah kelompok foto yang berisi kegiatan masyarakat
melakukan bersih laut di Gili Noko, yaitu sebuah atol ataupun gosong pasir di
dekat Desa Daun. Ini tentang kegiatan masyarakat desa, yang mana setiap Jum’at
usai sholat mereka akan turun ke laut beramai-ramai melakukan kegiatan bersih
laut. Ini dilakukan untuk menjaga kebersihan Gili Noko yang saat ini menjadi
salah satu ikon pariwisata desa, dan juga ikon pariwisata Pulau Bawean.
Inisiatif ini murni merupakan gagasan warga yang beranggapan bahwa jika ingin
pariwisata di desa mereka berkembang, maka mereka harus melakukan usaha secara
bersama-sama dengan menjaga tempat wisata dimaksud. Gili Noko sendiri saat ini
memang sedang menjadi incaran banyak pelancong, mengingat gosong pasir ini
sangat indah dan sering dijadikan lokasi pemotretan. Penghasilan warga banyak
didapatkan dari menyewakan perahu untuk para pengunjung yang datang.
Kelompok foto laut kedua adalah, yang mana ada pembuatan
rumpon dari dedaunan nipah dan bambu, adalah kegiatan warga Tanjung, sisi utara
Pulau Bawean, dalam membangun rumah-rumah ikan. Rumpon-rumpon ini dibuat untuk
kemudian disimpan di laut lepas. Dalam kurun waktu tertentu, akan terciptalah
ekosistem laut yang unik di sekitar rumpon tersebut sekaligus terciptanya
rantai makanan. Ikan-ikan baik kecil dan besar berangsur-angsur akan berkumpul
di sekitar rumpon. Jika sudah demikian, nelayan kemudian tinggal memetik
hasilnya dari waktu ke waktu. Pembuatan rumpon adalah hal biasa yang dilakukan
oleh masyarakat nelayan kita. Ini bisa jadi sebagai solusi atas perubahan
ekosistem alami lautnya sendiri (ikan sudah berkurang), dan juga merupakan
solusi ketika pada musim-musim tertentu cuaca tidak bersahabat. Ibarat kata,
nelayan akan selalu memiliki tujuan pasti dan hasil yang hampir pasti setiap
pergi melaut. Setiap kelompok nelayan biasanya akan memiliki puluhan bahkan
ratusan rumpon untuk menyokong identitas dan kehidupan mereka sehari-hari
sebagai nelayan.
Beberapa kelompok foto berikutnya yang saya harus beri
keterangan yang cukup adalah foto-foto yang ada sapinya. Ini adalah kegiatan
yang disebut rasol. Yakni tradisi
para petani Pulau Bawean usai musim menggarap lahan selesai. Bentuk tradisi ini
sangat kental dengan corak agraris, tetapi intinya sebenarnya ini adalah reward yang diberikan pemilik ternak
(dalam hal ini para petani) terhadap binatang ternak mereka yang telah berjasa
membantu mengolah tanah pertanian. Kegiatan ini dilakukan oleh seluruh
masyarakat Desa Bululanjang (tentunya yang memiliki sapi, yang lainnya biasanya
menonton beramai-ramai, saya melihat banyakan yang menonton dibandingkan yang
menjadi peserta rasol ini). Pagi hari
setiap pemilik ternak akan membuat kalung sapi dari janur kuning dan jajanan
pasar, kemudian membuat jamu dan diberikan ke ternak mereka masing-masing di
rumah. Selanjutnya setiap pemilik ternak akan mulai bergerak ke lapangan desa
untuk menyuntikkan sapi-sapi mereka ke mantri sapi (biasanya suntik gratis).
Setelah itu seluruh sapi (saat itu ada sekitar 200-an ekor api) akan diarak berbarengan
ke pantai terdekat yang sebenarnya masuk wilayah desa lain. Disana sapi,
pemilik ternak, dan bahkan penonton kemudian akan mandi bersama dan bermain
bersama dengan ternak mereka sepuasnya. Suasananya memang sangat meriah.
Demikian sedikit tambahan tentang apa yang saya liput di Pulau Bawean.
Sebenarnya tema/item liputan disana waktu itu banyak sekali (12 tema;
pertanian, pegunungan, nelayan, transportasi masyarakat, tradisi, energi,
kearifan lokal, kuliner, dan lain-lain).
Jika ada yang juga tertarik untuk menjelajahi Pulau Bawean bisa
mengirimkan email ke saya, siapa tahu saya bisa membantu beberapa informasi
yang mungkin dibutuhkan. Salam petualang!!!
* Reporter: Me. Camera person: Eko Priambodo. Host: Vika Fitriyana. Pictures taken on February 2015. Most taken by me. No watermark on the pictures, but please don't use or reproduce (especially for commercial purposes) without my permission. Don't make money with my pictures without respect!!!
Comments