Skip to main content

Behind The Scene Jejak Petualang Trans|7: Pulau Bangkurung, Banggai Laut, Sulawesi Tengah (April 2015)



Puji Tuhan, begitu lirih terucap oleh saya, Alhamdulillah kata rekan-rekan saya yang lain, ketika kapal yang kami tumpangi merapat di Desa Kalupapi, usai berlayar sembilan jam dari Luwuk, ibukota Kabupaten Banggai, kami tiba di Pulau Bangkurung/Bangkulu pukul lima sore hari tanggal 19 April 2015. Pulau Bangkurung adalah bagian dari kabupaten baru Banggai Laut, pecahan dari kabupaten Banggai Kepulauan. Satu-satunya akses ke wilayah ini melalui laut adalah dengan kapal kayu yang jadwalnya juga tidak selalu pasti. Seperti yang kami alami misalnya, sebenarnya kapal kayu yang kami tumpangi sebenarnya enggan berangkat ke Bangkurung, karena tidak ada muatan dari kota Luwuk. Namun setelah serangkaian negoisasi yang melelahkan dan mahal, kapten mau berangkat mengantarkan kami. Kami sepakat dengan harga mahal mencarter kapal kayu berbobot 35 GT tersebut, sebab kami sudah tertahan 3 hari di Luwuk tanpa dapat mengerjakan tugas kami. Pulau Bangkurung juga belum tersentuh sinyal seluler.

Terlepas dari berbagai kendala dalam menjelajahi kepulauan ini, kami melihat masyarakat Banggai Laut memiliki semangat bahari yang luar biasa. Selama sembilan hari kemudian, kami menjelajahi Pulau Bangkurung, dengan menyapa setiap desa yang ada di pulau ini, untuk menampilkan semangat mereka menjalani kehidupan mereka, untuk kemudian kami dokumentasikan. Di Desa Kalupapi kami mendapatkan materi ndaing (sejenis makanan dendeng dari ikan-ikan yang dikeringkan. Di Dusun Boniton kami berhasil merekam olahan bumbu tikala/honje/kecombrang, termasuk juga merekam muara larangan milik masyarakat, juga ada pohon baru yang serbuknya dipakai menambal kapal kayu. Di Desa Dungkean kami disuguhi semangat warga bahu membahu membangun sero ikan. Dan lain sebagainya.

Memang transportasi menjadi kendala utama di pulau ini. Kemana-mana harus menggunakan kapal laut karena tidak ada jalan darat yang memadai. Bagi kami sendiri, bahasa juga menjadi kendala yang cukup signifikan sebab kebanyakan orang berbicara bahasa Banggai dan Bajo. Kendala berikutnya adalah air bersih. Beberapa desa semisal Dungkean dan Kanari, memiliki air bersih yang melimpah dan konstan. Basecamp kami sendiri di Desa Kalupapi, malah hanya tiga hari sekali air bersih 'menyala'. Terpaksa kami membayar orang mengisi bak dan apapun yang dapat menampung air di rumah yang kami sewa, sehingga setiap hari kami dapat menunaikan tugas sebagai manusia beradab. Hehehe.

Begitu banyak suka dan duka yang kami alami ketika berkeliling di Pulau Bangkurung. Bagi kami, panas hujan badai adalah santapan sehari-hari. Memang pekerjaan orang-orang seperti kami, bukanlah pekerjaan yang tidak ringan. Meski jujur saya sendiri begitu mencintai dan menikmatinya. Jadi jika banyak dari Anda beranggapan bekerja keliling negeri itu enak karena "jalan-jalan", Anda hanya melihat sisi enaknya saja kawan! Kejadian yang cukup menggetarkan hati ketika berada di sini adalah ketika kapal kami dihantam badai ketika sedang mendokumentasikan aktifitas nelayan memancing ikan nanas (ikan eskolar), selama dua hari berturut-turut! Semuanya terjadi tengah malam karena memancing ikan nanas memang kudu dilakukan malam hari (ikan eskolar adalah ikan nokturnal). Tetapi Puji Tuhan kami semua masih berada dalam perlindungan-Nya.

Menurut saya pribadi, yang paling menggembirakan dari petualangan kami di Bangkurung adalah, kami melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa populasi ikan Banggai cardinal fish (Pterapogon kauderni), tampaknya telah kembali pulih. Ini adalah ikan kardinal endemik (hanya ada di) Kepulauan Banggai. Ini kami ukur dengan pengamatan kami di dermaga Desa Kalupapi, di sekitar desa yang padat aktifitas penduduk juga lalu lintas kapal laut, ikan ini begitu banyak. Saya membayangkan, seharusnya areal yang lebih sunyi seharusnya lebih banyak lagi populasinya. Demikian!

























 


* Reporter: Me. Camera person: Eko Priambodo, Irfan Padli. Host: Vika Fitriyana. Pictures taken on April 2015. Mostly taken by me. No watermark on the pictures, but please don't use or reproduce (especially for commercial purposes) without my permission. Don't make money with my pictures without respect!!!

Comments