Skip to main content

Budaya Maiwak Urang Banua Part 3: Memair Yang Menyatukan Masyarakat Kalimantan Selatan


To the point saja, memair atau mamair adalah istilah untuk menyebut teknik memancing ikan jenis snakehead yaitu ikan gabus. Kegiatan memancing tradisional ini paling banyak dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Selatan. Di Jawa ada juga yang melakukan teknik ini, juga Sumatera, sering disebut dengan ngeduduls, tetapi paling masif jumlah pegiatnya ya itu tadi, di Kalimantan Selatan. Teknik mancing tradisional ini menggunakan joran bambu (bambu pair) berukuran panjang, bisa lima hingga tujuh meteran, tujuannya untuk menjangkau spot-spot yang jauh dari tepian (habitat ikan gabus adalah rawa-rawa yang rapat). Umpannya biasanya berupa kodok hidup berukuran kecil (kearifan lokal ini kemudian ditiru oleh perusahaan pembuat umpan di seluruh dunia dengan menciptakan lure/umpan tiruan berupa foggir, jump frog, dll).

Dalam teknik memair ini, umpan kodok kemudian digerakkan secara konstan dengan gerakan tertentu di atas permukaan air secara berulang kali. Gerakan ini bertujuan menciptakan kegaduhan dan menggoda ikan-ikan gabus yang bersembunyi di balik rerumputan. Hebatnya, memair di Kalimantan Selatan dilakukan oleh hampir sebagian masyarakat. Baik pria, wanita, bocah, dan lain sebagainya. Lintas usia, lintas gender, dan lintas profesi. Ibaratnya mau ibu rumah tangga, artis, mau bupati, tokoh masyarakat, warga biasa, pasti pernah melakukan ini (atau setidaknya paham tentang kegiatan masyarakat) yang disebut memair ini.

Kondisi alam di Kalimantan Selatan lah, mungkin, yang membuat teknik memair ini berkembang. Dari sejak Banjarmasin hingga ke utara sekitar Amuntai, banyak sekali rawa-rawa yang sangat luas. Rawa-rawa ini merupakan habitat beragam ikan terutama ikan gabus. Rawa-rawa ini juga yang menopang minat besar masyarakat Kalimantan Selatan pada ikan jenis gabus. Cara memancingnya memang harus menggunakan bambu panjang dan ukuran tali yang terbatas agar kita dapat menaikkan ikan dengan mudah. Teknik ini sulit, karena joran bambu yang kita pakai sangat berat. Bagi yang terbiasa dengan joran pancing buatan pabrik yang ringan dan lentur, pasti kesulitan. Hebatnya lagi, memair telah mampu menggerakan perekonomian daerah; banyak desa yang menjadi sentra budidaya bambu pair (sebagai contoh: Desa Jejangkit Timur), banyak pengrajin bambu pair mampu menghidupi keluarga dari keahliannya membentuk bambu pair ini, pencari dan penjual katak hidup, dan lain sebagainya. Memair tak dapat disangkal menjadi salah satu ‘identitas’ kehidupan masyarakat di Kalimantan Selatan. Sayangnya saya belum lulus juga dari ‘mata kuliah’ memair ini, meskipun telah beberapa kali datang ke Kalimantan Selatan muai dari Amuntai, Kandangan, dan lain sebagainya. Salam sisit maaang (baca: angkat ikannya mang)!



















 * Pictures taken on June 2014 by me. Otherwised mention. No watermark on the pictures, but please don't use or reproduce (especially for commercial purposes) without my permission. Don't make money with my pictures without respect!!!

Comments

Unknown said…
Cara meluruskan nya biar gak balik lg gimnq