Skip to main content

Menguak Kisah Kuno Misteri Penunggu Danau Begantung, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah (Bagian 1)


Ini adalah bagian akhir ‘perburuan’ (sebenarnya adalah on duty trip) di tepian aliran Sungai Kahayan yang saya lakukan bersama tim Jejak Petualang Wild Fishing Trans|7 pada Agustus lalu. Bagian paling berat, aneh dan paling membingungkan. Mari kita bahas sebentar tentang Danau Begantung secara umum. Danau ini berada di wilayah Desa Pusaka, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Dikelola secara adat oleh masyarakat desa dengan aturan-aturan yang melingkupinya. Sebagai contoh misalnya; perburuan hanya boleh dilakukan dengan cara-cara yang ramah lingkungan, setiap orang luar desa (siapapun itu) harus ijin ke aparat desa/pemuka adat setempat, adanya sanksi bagi yang melanggar aturan-aturan yang ditetapkan. Tak heran, sejak jaman kuno Danau Begantung mampu menjadi sandaran hidup seluruh masyarakat desa.

Potensi ikannya terkenal luar biasa mulai dari tomman (Giant snakehead), kerandang, lampam, dan juga ikan-ikan lainnya yang memiliki nilai ekonomi cukup bagus di pasaran Kabupaten Pulang Pisau. Danau Begantung praktis menjadi hot spot ‘membara’ yang mengundang hasrat banyak pemancing di Kalimantan Tengah dan bahkan juga Indonesia. Banyak trip sportfishing digelar ke tempat ini bahkan oleh pemancing luar negei sekalipun, dengan hasil yang cukup memuaskan, ini kalau saya mengacu pada keterangan rekan-rekan pemancing di Pulang Pisau dan juga melihat upload-an di berbagai media sosial. Salah satu trip paling fenomenal ke Begantung digelar beberapa tahun lalu oleh living legend Indonesia Dudit Widodo, penggagas acara mancing pertama di televisi Indonesia, Mancing Mania, yang juga tayang di Trans|7! Sudah lama sekali saya berhasrat masuk ke Begantung, tetapi selalu gagal oleh karena jadwal tugas saya yang cukup padat. Namun akhirnya Agustus lalu, dibantu oleh beberapa rekan pemancing Pulang Pisau seperti Guruh Dwi Saputra dan Rooney Ec, saya bisa mendatangi danau yang legendaris ini dengan hasil yang akan saya kisahkan di bawah ini. Sekali lagi, ini adalah bagian paling aneh dan membingungan yang saya alami selama 12 hari pada Agustus lalu menjelajah berbagai perairan tawar di daerah aliran Sungai Kahayan, Kalimantan Tengah.

Saya dan tim mencoba menjalin keakraban dengan Begantung dalam dua kali pertemuan. Semuanya dirancang semaksimal mungkin demi hasil mancing terbaik. Pada kesempatan pertama saya mengerahkan lima buah perahu dari Desa Pusaka berikut lima orang motoris terbaik. Beberapa kawan sportfisher dari Pulang Pisau juga ikut serta dalam kesempatan ini dengan maksud membantu proses suting yang kami lakukan. Hari itu sangat sangat panas dan kesunyian kawasan Begantung menjadi terusik oleh rombongan kami. Hal yang lumrah ketika banyak kawan berkumpul, begitu juga warga desa dengan euphoria-nya merespon suting yang kami lakukan. Begantung seperti terbangun dari kesepiannya selama ini. Dari sisi biaya dan juga logistik dan tetek bengek trip lainnya, apa yang kami kerahkan hari itu berada pada kondisi premium yang mungkin dilakukan di fishing ground terpencil seperti Begantung. Musim kemarau membuat Begantung terisolasi, kawasan sekitarnya mengering sehingga perahu hanya bisa mengaksesnya dari anak sungai yang juga mulai mengering, tidak mudah melalui anak sungai ini dan memakan waktu dua jam, tetapi saya dan rombongan memilih melalui jalan pintas dengan berjalan kaki menembus hutan dan rawa selama setengah jam, potong kompas! Hari yang cukup melelahkan namun tidak begitu terasa oleh karena tertutup dengan semangat seluruh tim, seluruh warga dan juga antusiasme rekan-rekan pemancing yang ada.

Ketika kemudian seluruh perahu sampai di Begantung, menemui kami yang telah dua jam sebelumnya menanti di salah satu tepian danau di kawasan ini sambil nge-gosip (Begantung sendiri terdiri dari lima buah danau berbeda ukuran), waktu telah menunjukkan pukul sepuluh pagi, padahal kami sudah memulai pergerakan dari dermaga desa sejak pukul lima pagi! Yang pasti best time memancing di perairan tawar ketika pagi telah terlewati. Biasanya kalau memancing wild, pagi adalah momen terbaik sebab ikan-ikan predator yang baru bangun dari bobo sangat aktif berburu mangsa dan ganas dalam menyambar umpan-umpan tiruan yang kita lemparkan. Kami kehilangan momen ini tetapi tetap bersemangat mencoba peruntungan di hari itu. Apalagi hari itu adalah on duty trip, jadi tidak ada kata lain selain terus memancing, suting, dan terus menjelajah seluruh penjuru kawasan mengeluarkan semua kemampuan mancing dan suting terbaik yang mungkin dilakukan. Suting di lokasi yang spesifik, apalagi dengan 90% suting dilakukan di atas air, memang tidak mudah. Pergerakan kami sangat lambat (perahu hanya boleh didayung untuk menjaga kesunyian lokasi), pembuatan setiap scene menjadi harus ekstra hati-hati, dan lain sebagainya.

Danau Begantung adalah danau yang unik. Menurut warga desa Pusaka disebut begantung karena danau ini sering sekali berubah karakter. Misalnya saja luas masing-masing danaunya, bentuk dan karakter tepiannya, posisinya, dan lain sebagainya. Sehingga disebut “begantung” yang artinya “mengapung” atau tidak tetap/berubah-ubah. Danau yang ‘dihormati’ seluruh warga desa dan siapapun yang datang karena banyaknya kisah mistis yang melingkupinya. Konon ditunggu buaya jadi-jadian berukuran monster, dan lain sebagainya. Yang pasti danau ini kondisinya sangat keren untuk kegiatan wild fishing. Lima buah danau seperti disatukan dalam garis lurus, dan masing-masing menyatu melalui semacam jalur sungai kecil. Tepiannya juga menarik, banyak batang pohon mati rebah yang biasanya menjadi sarang ikan-ikan predator. Schooling ikan-ikan kecil ada dimana-mana, berikut juga tenggakan ikan-ikan tomman laksana hujan, terutama ketika hari telah mulai teduh! Melihatnya saja sudah menciptakan keteduhan hati secara maksimal, padahal hari itu sangatlah panas!

Memancing di lokasi wild fishing yang baru pertama kita datangi tidaklah mudah. Kita harus penuh konsentrasi supaya bisa memaksimalkan waktu untuk mengenal karakter danau, dan mencoba menggoda ikan-ikan target dengan semua kemampuan, alat, dan umpan yang kita miliki. Ditambah lagi dengan missed-nya best time, semua menjadi tidak mudah. Mungkin lebih dari seribu kali saya melemparkan umpan pada hari itu, begitu juga host kami, begitu juga rekan-rekan kami lainnya. Tetapi hasilnya sangat jauh dari harapan! Fisik yang lelah didera panas tidak kami hiraukan tetapi memang peruntungan kami sedang jelek. Padahal schooling ikan umpan (biasanya di bawahnya ada banyak predator besar yang mengelilingi ikan umpan ini) dan tenggakan ikan-ikan besar juga ada dimana-mana, yang menandakan bahwa perairan Begantung sangat sehat dan memang sebuah fishing ground yang memiliki populasi ikan yang banyak. Terlepas dari curcol berbau supranatural yang kemudian menjadi obrolan kami ketika hari telah mulai sore, yang artinya kami telah merasa sepertinya akan gagal hari itu, saya menandai beberapa hal kenapa trip pertama ini tidak sesuai harapan; pertama adalah missed-nya best time di perairan tawar, kedua gaduhnya seluruh rombongan ketika berada di lokasi freshwater yang biasanya sepi (ini membuat ikan-ikan menjadi spooky karena perubahan drastis suasana di 'rumah' mereka), dan ketiga mungkin mood kami yang keburu berubah menjadi kurang fokus dan semangat akibat berbagai hal selama berada di lokasi ini (takut perahu kebalik karena memang perahunya kecil, panas yang luar biasa, rasa takut muncul buaya dan lain sebagainya).

Namun akhirnya kami menyelesaikan semua tugas tepat ketika sunset menyapa Danau Begantung, meski dengan hasil yang jauh dari harapan. Sunset yang indah itu harus kami tinggalkan dengan cepat karena kami takut kemalaman ketika kembali trekking menuju desa. Perahu kembali ke Sungai Kahayan melalui anak sungai lagi, memakan waktu dua jam lagi, kemudian menjemput kami di salah satu titik di tepian Sungai Kahayan pada pukul delapan malam (saya naik perahu terakhir, supaya rekan-rekan tim dan lainnya pulang dahulu ke titik mobil diparkir). Dalam gulita, ketika perahu saya menyusuri sungai yang sepi menuju mobil diparkir di salah satu titik di tepian Kahayan, saya terus berfikir sembari takjub dalam lelah. Something wrong here today. Saya masih penasaran dan memutuskan untuk segera kembali ke Danau Begantung sendirian suatu saat nanti, atau dalam rombongan yang lebih kecil. Come back yang kemudian berbuah trauma bagi salah satu warga desa akibat munculnya penunggu danau yang tidak pernah kami harapkan! (Bersambung).
 
























* Kru: Me (reporter), Eko Priambodho (cameraman), Madhina Suryadi (host). Pictures taken on August 2015 by me & Eko Priambodho. No watermark on the pictures, but please don't use or reproduce (especially for commercial purposes) without my permission. Don't make money with my pictures without respect!!!

Comments