Skip to main content

(Video) Cara Memanggil Binatang ala Dayak Berusu: Kearifan Lokal Masyarakat Kalimantan Utara Memanfaatkan Alam Sekitar Untuk Perburuan


Video ini saya dokumentasikan berikut editingnya dengan iPhone 5s. Pemburu Dayak Berusu ini sedang 'memanggil' binatang buruannya yang tersebar di seluruh kawasan hutan dengan menirukan suara kancil yang ketakutan. Dengan cara ini diharapkan kawanan kancil lainnya akan mendekat sehingga memudahkan penjelajahan kawasan tanpa harus menyisir kawasan yang luas dan jauh. Secara berdasarkan peraturan pemerintah, kancil rusa dan menjangan dilindungi berdasarkan PP No. 7 tahun 1999. Namun kegiatan masyarakat pedalaman seperti ini bagi saya adalah wajar, ini tentang bertahan hidup, sebab pemenuhan kebutuhan protein adalah hal yang krusial di pedalaman, berbeda dengan kita yang hidup di Jawa misalnya yang bisa membeli daging apapun! Episode Menabur Benih di Ujung Utara adalah rangkuman dokumentasi yang kami lakukan di pedalaman Kalimantan Utara. Warga Dayak Punan dan Berusu di daerah Kalimantan Utara seperti sedang disatukan kembali dalam ‘nafas’ dan semangat yang sama seiring datangnya musim bercocok tanam, musim menugal, atau musim tahun baru padi. Seluruh warga desa berkumpul di kebun berganti-ganti untuk ‘merayakan’ datangnya musim baru untuk bersama-sama menyemai harapan di ladang-ladang mereka. Sistem yang dianut dalam berladang masih merupakan sistem ladang berpindah tetapi dengan rotasi yang tetap. Tidak ada pembabatan hutan baru lagi dalam sistem ini karena mereka hanya menerapkan perpindahhan dalam kurun waktu tertentu (bisa 4-5 tahun baru pindah lokasi) di ladang-ladang yang mereka miliki. Yang menarik dari acara menugal adalah kebersamaan dan kentalnya tradisi yang masih dipegang teguh oleh masyarakat. Ikatan sosial juga seperti dikuatkan lagi dalam kegiatan ini karena sanak saudara yang jauh akan datang berkumpul bersama-sama untuk saling membantu. Selain “menugal” kami juga beruntung karena hutan sedang musim panen buah-buahan hutan. Paling menyita perhatian adalah buah “tetungon”. Bentukny amirip durian, tetapi lebih kecil. Tetapi rasanya, sungguh, durian tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan buah tetungon ini. Terakhir adalah dokumentasi perburuan dengan cara tradisional (sumpit beracun) yang masih dilakoni sebagian masyarakat Dayak Berusu. Banyak kearifan lokal dalam perburuan ini baik itu racun yang diambil dari pohon tertentu dan juga cara memanggil binatang buruan menggunakan daun “lattu’”. Semoga pengunjung blog ini ada yang sempat menonton episode ini di Trans7 atau Anda bisa melihatnya kembali di YouTube, biasanya rekan-rekan petualang banyak yang meng-upload ke situs ini. Salam petualang!

* Kru: Me (reporter), Muhammad Iqbal (cameraman), Efinda Andrian (host). Video taken & edited on September 2015 by me. No watermark on the pictures, but please don't use or reproduce (especially for commercial purposes) without my permission. Don't make money with my pictures without respect!!!

Comments