Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2015

Makanan Yang Selalu Bisa Menyatukan Masyarakat: Kulit Kayu dan Tradisi Kuliner Tanpa Bumbu ala Suku Wana, Sulawesi Tengah

Sepertinya saya ‘ditakdirkan’ untuk kembali ke wilayah Suku Wana di Pegunungan Tokala, Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Kedatangan pertama saya ke daerah ini terjadi pada bulan April lalu bersama rekan-rekan Jejak Petualang Trans7 (kala itu dengan host Vika Fitriyana dan kameraman Eko Priambodho), kami banyak membuat dokumentasi audio visual tentang mereka, dokumentasi audio visual pertama yang pernah dibuat oleh televisi nasional negeri kita. Kami mendokumentasikan mulai dari panen padi dan budaya di sekitar panen lainnya, cara membuka ladang baru, cara pengiriman hasil panen secara tradisional melalui aliran Sungai Salato, puskesmas keliling, dan lain sebagainya. Liputan yang begitu membekas hingga hari ini karena kami merasa menjadi pihak yang pertama kali membawa ‘suara terpendam’ Suku Wana ke pentas televisi nasional. Ada beragam ‘reward’ yang kami terima usai liputan pada April lalu tersebut, ‘reward’ yang menghibur dan boleh dikatakan adalah ‘berkah’ lain sebagai pekerja

Apis Dorsata, Sistem Panen Madu Lestari dan Kemampuan Alam Menyokong Kehidupan di Dataran Tinggi Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat

Untuk Saruji dan para pemburu madu di pegunungan Desa Semongkat, Pulau Sumbawa. Salam “madu lestari”! Kata “madu” di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat harus kita gunakan dengan hati-hati. Dalam konteks perburuan di alam liar, jika kita datang ke suatu desa di pegunungan Sumbawa untuk menemui para pemburu madu misalnya, tetapi kemudian bapak-bapak para pemburu sedang sibuk entah dimana, jangan bicara begini ke ibu/istri sang pemburu “Bu saya mau ajak bapak untuk mencari madu”. Sembilan puluh persen sang ibu/istri pemburu akan langsung merevisi kata-kata kita “Mau cari lebah madu atau air madu bang, jangan cari madu, kalau cari madu saya tidak setuju”. Kata “madu” yang digunakan tunggal rupanya digunakan untuk menyebut “wanita lain”. Hahaha. Intermeso saja maksud saya tetapi beginilah memang kenyataannya. Meski seringnya semua ini terjadi dalam suasana bercanda tetapi baiknya kita mengetahuinya. Sudah berkali-kali saya ke Pulau Sumbawa, meski saya tetap sering menggunakan kata

Behind The Scene Jejak Petualang Trans7: Istana Bawah Tanah "Para Pemburu" Gua Mumber, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat

"What are men compared to rocks and mountains?" -Pride and Prejudice, Jane Austin Tak banyak yang bisa saya tuliskan disini tentang Gua Mumber ini, secara saya tidak begitu paham tentang ilmu gua ( speleologi? ) ataupun ilmu caving . Yang pasti gua unik ini berada di Desa Bangkat Monte, Sumbawa Barat. Saya mendengar keberadaan gua cantik ini dari rekan-rekan Adventourous Sumbawa dari hasil jalan-jalan di Google. Kami datang sebagai televisi pertama yang pernah mendokumentasikan gua ini. Selama ini Gua Mumber hanya merupakan tempat peristirahatan para pemburu tradisional Bangkat Monte yang kemalaman di hutan, barulah kabar ini kemudian menyebar ke masyarakat Taliwang hingga ke Sumbawa Besar. Selanjutnya dengan berbagai usaha publikasi yang dilakukan sahabat-sahabat Adventourous Sumbawa (AS), Gua Mumber kemudian mulai dikenal masyarakat luas. Harapan saya dengan tayangan di Jejak Petualang, gua cantik ini dapat menjadi alternatif wisata gua di Pulau Sumbawa. Sayangnya fot