"There he stood, the Mahseer off the Poonch, beside whom the Tarpon is a Herring and he who catches him can say he is a fisherman" (Rudyard Kipling)
Referensi terbaik mengenai piranti dan cara memancing ikan sapan/kelah/mahseer mungkin tidak ada yang mengalahkan negeri India. Negeri “Tuan Takur” ini (jika tidak tahu Tuan Takur berarti Anda bukan penikmat film-film Bollywood) memang telah kondang sebagai destinasi memancing mahseer ke seantero jagat sejak dulu (sangat mungkin yang membuat kondang pertama kali adalah para kolonial Inggris saat masih menguasai negeri itu dulu). Praktis di sana banyak sekali fishing operator khusus untuk memancing mahseer, laporan-laporan (fishing report), dan lain sebagainya. Bahkan saya pernah melihat di internet ada pamflet tentang memancing ikan mahseer di India yang angka tahunnya adalah akhir tahun awal tahun 1900an! Sehingga jika kita ingin mempelajari secara menyeluruh dan detail mengenai ikan mahseer ini dari ahlinya, boleh kiranya kita menengok ke mereka sejenak. Untuk berkunjung ke India demi belajar cara memancing ikan mahseer mungkin tidak semua orang bisa melakukannya namun beberapa web yang saya link di sini mungkin bisa Anda kunjungi karena membahas ikan mahseer dan cara memancingnya dengan cukup detail (namun mudah dimengerti); MahseerAngling.Com, FishMahseer.Com dan India-Angling.Com. Seorang pemancing India juga meninggalkan jejak berguna di jejaring maya berupa tulisan pendek yang penting di AnglingWriters.Com.
I’m not expert, tetapi ijinkanlah saya berbagi sedikit yang saya ketahui mengenai cara memancing ikan mempesona ini. Piranti yang bisa dipakai untuk ikan ini saya sarankan setidaknya tali kelas 20 lbs dan 30 lbs (ini jika Anda berniat untuk kasting dengan light tackle misalnya reel kelas 2000-3000 dan joran 20-25 lbs). Tetapi jika fishing ground nya “gila” seperti di India dimana mahseer bisa seberat 50 kg, ya setidaknya piranti kelas 50 lbs ke atas harus tersedia di tackle box kita.
Saat memancing di pedalaman Borneo waktu lalu kami hanya mengaplikasikan teknik kasting dengan piranti kecil (antara 20-30 lbs saja). Kami tidak tertarik sama sekali untuk mencoba bottom fishing. Joran yang kami pakai kebanyakan sepanjang 6 feet. Panjang joran ini sudah cukup karena sungai juga tidak lebar, hanya antara 20-30 meter saja sehingga kita tidak harus melempar jauh. Tali yang kami pakai semuanya adalah tali PE dan di depan tali PE ini kami pasangi leader fluoro-carbon sepanjang 30 cm dengan kelas 40 lbs.
Model leader ini tidak diikat dengan FG Knot melainkan diikat biasa dengan Double Uni Knot dimana di masing-masing ujung leader diikatkan swivel dengan kekuatan 40 lbs (namun yang kecil ukuran swivelnya agar ringan dan tidak mengganggu aksi umpan). Ini lebih rasional dan efektif dibanding kita selalu mengikat FG Knot karena jika sampai putus, maka mengikat sebuah FG Knot mungkin bisa membuat kita kehilangan waktu hampir 20 menit (dengan kondisi perahu bergoyang mungkin bisa lebih lama) dan atau spot sepanjang 200 hingga 500 meter lebih karena kita terus drifting. Nah rangkaian leader dengan swivel ini bisa kita siapkan dulu beberapa buah sebelum berangkat mancing jadi jika ada insiden tali putus, maka kita cukup memerlukan waktu 5 menit saja untuk memasangnya kembali karena di tackle box kita sudah tersedia rangkaiannya.
Umpan kasting yang kami gunakan kebanyakan adalah lure kasting dari Rapala dan sisanya adalah lure kasting dari Halco. Halco selama ini kita kenal sebagai barra killer karena keampuhannya saat dipakai di muara untuk memburu black bass dan barramundi namun seri Halco untuk fresh water fishing ternyata juga sangat ampuh dipakai memburu ikan sapan. Tetapi terus terang memang kalah efektif dibandingkan dengan Rapala seri fresh water seperti X-Rap, Shallow Shad Rap dan Super Shad Rap. Ketiga seri Rapala ini benar-benar mengaggumkan. Selalu mendapatkan sambaran dan rata-rata ikan sapan yang menyambar adalah ikan sapan berukuran besar. Sayangs ekali saya tidak tahu beratny akarena tidak pernah menimbangnya. Di lip grip sebenarnya ada ukurannya tetapi selalu lupa untuk melihat beratnya karena ikan takut mati jika kelamaan di atas air. Jadi saya dan kawan-kawan kemarin lebih memilih segera melepaskannya kembali ke air daripada menimbang berat ikan.
Ketiga model umpan Rapala di atas memiliki karakter berbeda sehingga kita musti jeli kapan waktu yang tepat kita harus menggunakannya. Jika sungai agak dangkal, taruhlah bagian paling dalamnya adalah 3 meter, dengan kondisi air jernih, mungkin Rapala Shallow Shad Rap dan X- Rap (0.9-2.4 meter) sudah cukup untuk dipakai kasting karena kedua umpan ini akan beroperasi di air sedalam 0.9 hingga 2.4 meter. Tetapi jika sungai bisa up 3 meter Rapala Super Shad Rap akan lebih cocok karena dia bisa menyelam 1.5 hingga 2.7 meter.
Namun kita juga harus memperbesar kemungkinan kita untuk disambar ikan besar yang bermain di air yang lebih dalam sehingga sebisa mungkin saya sarankan untuk menyiapkan juga Rapala seri X-Rap Shad yang bisa beroperasi di kedalaman 4 meter. Jangan salah pilih ya, selalu gunakan seri freshwater! Jangan memakai Rapala saltwater, meski ukuran seri saltwater ini ada yang kecil dan imut juga, tidak akan bisa dipakai di sungai pegunungan karena disana tidak ada tenggiri atau barakuda! Hahaha!
Oke kiranya cukup sekian dulu tulisan ini, semoga informasi dari ‘pemancing kemarin sore’ ini bisa sedikit membantu Anda semua yang berminat berpetualang memburu predator air tawar di lokasi-lokasi terpencil yang baru. By the way tulisan ini dimaksudkan agar pemancing yang memerlukannya berhasil mendapatkan ikan sapan/kelah di sungai-sungai pegunungan dengan teknik kasting. Tentunya dengan harapan semua ikan yang didapat dilepaskan kembali hidup-hidup ke habitatnya karena ikan sapan/kelah telah langka. Jadi pesan saya, PLEASE BE WISE! Oh ya, ada yang tahu lure jenis apa yang nyangkut di mulut ikan yang saya pegang? Hehehe… Salam strike!
* Foto #1: Mahseer Borneo hooked up on Rapala lures. Photo by Welie. Foto #2: Rapala Shallow Shad Rap. Foto #3: Rapala X-Rap freshwater. Foto #4: Rapala Super Shad Rap. All Rapala images by Rapala.Com.
Referensi terbaik mengenai piranti dan cara memancing ikan sapan/kelah/mahseer mungkin tidak ada yang mengalahkan negeri India. Negeri “Tuan Takur” ini (jika tidak tahu Tuan Takur berarti Anda bukan penikmat film-film Bollywood) memang telah kondang sebagai destinasi memancing mahseer ke seantero jagat sejak dulu (sangat mungkin yang membuat kondang pertama kali adalah para kolonial Inggris saat masih menguasai negeri itu dulu). Praktis di sana banyak sekali fishing operator khusus untuk memancing mahseer, laporan-laporan (fishing report), dan lain sebagainya. Bahkan saya pernah melihat di internet ada pamflet tentang memancing ikan mahseer di India yang angka tahunnya adalah akhir tahun awal tahun 1900an! Sehingga jika kita ingin mempelajari secara menyeluruh dan detail mengenai ikan mahseer ini dari ahlinya, boleh kiranya kita menengok ke mereka sejenak. Untuk berkunjung ke India demi belajar cara memancing ikan mahseer mungkin tidak semua orang bisa melakukannya namun beberapa web yang saya link di sini mungkin bisa Anda kunjungi karena membahas ikan mahseer dan cara memancingnya dengan cukup detail (namun mudah dimengerti); MahseerAngling.Com, FishMahseer.Com dan India-Angling.Com. Seorang pemancing India juga meninggalkan jejak berguna di jejaring maya berupa tulisan pendek yang penting di AnglingWriters.Com.
I’m not expert, tetapi ijinkanlah saya berbagi sedikit yang saya ketahui mengenai cara memancing ikan mempesona ini. Piranti yang bisa dipakai untuk ikan ini saya sarankan setidaknya tali kelas 20 lbs dan 30 lbs (ini jika Anda berniat untuk kasting dengan light tackle misalnya reel kelas 2000-3000 dan joran 20-25 lbs). Tetapi jika fishing ground nya “gila” seperti di India dimana mahseer bisa seberat 50 kg, ya setidaknya piranti kelas 50 lbs ke atas harus tersedia di tackle box kita.
Saat memancing di pedalaman Borneo waktu lalu kami hanya mengaplikasikan teknik kasting dengan piranti kecil (antara 20-30 lbs saja). Kami tidak tertarik sama sekali untuk mencoba bottom fishing. Joran yang kami pakai kebanyakan sepanjang 6 feet. Panjang joran ini sudah cukup karena sungai juga tidak lebar, hanya antara 20-30 meter saja sehingga kita tidak harus melempar jauh. Tali yang kami pakai semuanya adalah tali PE dan di depan tali PE ini kami pasangi leader fluoro-carbon sepanjang 30 cm dengan kelas 40 lbs.
Model leader ini tidak diikat dengan FG Knot melainkan diikat biasa dengan Double Uni Knot dimana di masing-masing ujung leader diikatkan swivel dengan kekuatan 40 lbs (namun yang kecil ukuran swivelnya agar ringan dan tidak mengganggu aksi umpan). Ini lebih rasional dan efektif dibanding kita selalu mengikat FG Knot karena jika sampai putus, maka mengikat sebuah FG Knot mungkin bisa membuat kita kehilangan waktu hampir 20 menit (dengan kondisi perahu bergoyang mungkin bisa lebih lama) dan atau spot sepanjang 200 hingga 500 meter lebih karena kita terus drifting. Nah rangkaian leader dengan swivel ini bisa kita siapkan dulu beberapa buah sebelum berangkat mancing jadi jika ada insiden tali putus, maka kita cukup memerlukan waktu 5 menit saja untuk memasangnya kembali karena di tackle box kita sudah tersedia rangkaiannya.
Umpan kasting yang kami gunakan kebanyakan adalah lure kasting dari Rapala dan sisanya adalah lure kasting dari Halco. Halco selama ini kita kenal sebagai barra killer karena keampuhannya saat dipakai di muara untuk memburu black bass dan barramundi namun seri Halco untuk fresh water fishing ternyata juga sangat ampuh dipakai memburu ikan sapan. Tetapi terus terang memang kalah efektif dibandingkan dengan Rapala seri fresh water seperti X-Rap, Shallow Shad Rap dan Super Shad Rap. Ketiga seri Rapala ini benar-benar mengaggumkan. Selalu mendapatkan sambaran dan rata-rata ikan sapan yang menyambar adalah ikan sapan berukuran besar. Sayangs ekali saya tidak tahu beratny akarena tidak pernah menimbangnya. Di lip grip sebenarnya ada ukurannya tetapi selalu lupa untuk melihat beratnya karena ikan takut mati jika kelamaan di atas air. Jadi saya dan kawan-kawan kemarin lebih memilih segera melepaskannya kembali ke air daripada menimbang berat ikan.
Ketiga model umpan Rapala di atas memiliki karakter berbeda sehingga kita musti jeli kapan waktu yang tepat kita harus menggunakannya. Jika sungai agak dangkal, taruhlah bagian paling dalamnya adalah 3 meter, dengan kondisi air jernih, mungkin Rapala Shallow Shad Rap dan X- Rap (0.9-2.4 meter) sudah cukup untuk dipakai kasting karena kedua umpan ini akan beroperasi di air sedalam 0.9 hingga 2.4 meter. Tetapi jika sungai bisa up 3 meter Rapala Super Shad Rap akan lebih cocok karena dia bisa menyelam 1.5 hingga 2.7 meter.
Namun kita juga harus memperbesar kemungkinan kita untuk disambar ikan besar yang bermain di air yang lebih dalam sehingga sebisa mungkin saya sarankan untuk menyiapkan juga Rapala seri X-Rap Shad yang bisa beroperasi di kedalaman 4 meter. Jangan salah pilih ya, selalu gunakan seri freshwater! Jangan memakai Rapala saltwater, meski ukuran seri saltwater ini ada yang kecil dan imut juga, tidak akan bisa dipakai di sungai pegunungan karena disana tidak ada tenggiri atau barakuda! Hahaha!
Oke kiranya cukup sekian dulu tulisan ini, semoga informasi dari ‘pemancing kemarin sore’ ini bisa sedikit membantu Anda semua yang berminat berpetualang memburu predator air tawar di lokasi-lokasi terpencil yang baru. By the way tulisan ini dimaksudkan agar pemancing yang memerlukannya berhasil mendapatkan ikan sapan/kelah di sungai-sungai pegunungan dengan teknik kasting. Tentunya dengan harapan semua ikan yang didapat dilepaskan kembali hidup-hidup ke habitatnya karena ikan sapan/kelah telah langka. Jadi pesan saya, PLEASE BE WISE! Oh ya, ada yang tahu lure jenis apa yang nyangkut di mulut ikan yang saya pegang? Hehehe… Salam strike!
* Foto #1: Mahseer Borneo hooked up on Rapala lures. Photo by Welie. Foto #2: Rapala Shallow Shad Rap. Foto #3: Rapala X-Rap freshwater. Foto #4: Rapala Super Shad Rap. All Rapala images by Rapala.Com.
Comments