Semalam saya bermimpi aneh. Saya seperti sedang berada di padang rumput luas yang hanya dipenuhi rerumputan hijau yang pendek. Ada memang gerombolan semak namun jumlahnya tidak seberapa. Suasana tempat dalam mimpi itu saya rasakan sangat sejuk, seperti berada di sebuah padang yang diapit oleh pegunungan sehingga terus-menerus dibelai oleh angin gunung yang dingin. Cahaya matahari juga sangat lembut. Tampaknya ‘setting’ mimpi semalam kalau tidak pagi pasti senja. Saya sedang mencari-cari dimanakah rusa-rusa penghuni padang rumput, atau mungkin kuda-kuda cantik yang berlari laksana anak panah ketika seorang Alien turun dari wahana penjelajah ruang angkasa-nya. Alien yang tidak tampak aneh di mata saya. Aneh sekali saya tidak terkejut ataupun takut sama sekali didatangi oleh Alien, padahal bisa saja tiba-tiba saya disulap menjadi batu atau menjadi ular penghuni padang rumput. Mending kalau disulap menjadi batu atau ular, kalau dibawa ke planetnya untuk menjadi besi pengganjal roda pesawatnya, atau kalau diawetkan menjadi cinderamata-nya untuk dipajang di taman pinggir jalan planetnya bagaimana?
Entah bagaimana awal mulanya, akhirnya kami telah bercakap-cakap. Rupanya Alien yang datang dari planet Arabadis ini, entah dimana lokasi planet ini, sedang iseng berkeliling galaksi seorang diri. Mumpung lagi liburan katanya. Lho ada hari libur juga ya, Tanya saya. Ada juga, katanya. Kami juga bekerja dan memiliki profesi tertentu di Arabadi, jawabnya. Oooooo gitu. Saya merasa pertemuan itu menjadi begitu ajaib karena member saya pengetahuan baru, ternyata di dunia Alien juga ada hari libur, pekerjaan dan profesi tertentu. Eh, yang begini ini tidak ada di dalam buku-buku pelajaran dan ataupun buku-buku best seller yang dipajang genit di toko-toko buku khan? Kog bisa memilih padang rumput ini untuk mendarat? Tanya saya. Sejujurnya saya tadi sebenarnya ingin bersembunyi sejenak dari kejaran agen-agen pemerintah (entah pemerintah yang mana yang dimaksudkan) yang suka memburu saya kemudian memelintir banyak fakta tentang saya demi kepentingan mereka, jawab sang Alien. Eh kebetulan ada Anda di padang rumput ini, jadi tidak ada salahnya saya mengobrol sekaligus mengasah kemampuan bahasa Indonesia saya. Alein ini unik juga, pikir saya. Bahasa Indonesia khan tidak laku dalam pergaulan internasional, apalagi dalam pergaulan antar galaksi?!
Pembicaraan semakin menarik, sayangnya tidak ada kopi dan rokok di dalam mimpi itu (mungkin di negeri mimpi telah dilarang), intinya sang Alien ini sedang berkeliling galaksi dan suka menulis buku tentang apa saja yang dilihatnya. Budaya lisan di planet kami agak kurang, orang kebanyakan membaca dan menulis. Jadi dalam perjalanan saya ini saya pun menulis untuk oleh-oleh buat kawan-kawan, katanya lagi. Siapa tahu juga bisa diterbitkan oleh penerbit di planet kami, katanya lagi. Pada titik ini sebenarnya saya ingin menyela, bukunya dalam bentuk chip atau dalam bentuk logam mulia yang dibaca dengan telepati ya? Tetapi rupanya sang Alien sedang ingin didengar sehingga saya tidak mengajukan pertanyaan apapun. Tampaknya peran saya di mimpi ini memang hanya peran pembantu saja, berbicara secukupnya saja untuk memancing sang Alien bercerita. Kami pun menjadi akrab, posisi kami bercerita pun mulai berubah. Sang Alien rebahan di rumput dan saya sambil menyandar di roda-roda pesawatnya yang aneh.
Lalu apa yang paling menarik dari negeri saya, Tanya saya karena tidak mau pembicaraan terus dia control. Saya bertanya ini sebenarnya agar jangan sampai dia menyepelekan Indonesia sehingga di dalam bukunya yang nanti dia terbitkan di planetnya ataupun mungkin di galaksi lain, dia tidak lupa menyebutkan tentang Indonesia. Kalau sampai lupa sayang sekali khan? Negeri indah ini jadi urung dikenal oleh Alien lain? Negeri Anda sangat indah, ini berdasarkan penglihatan sekilas saya dari atas tadi, jawabnya. Mungkin, kalaupun ada yang agak aneh menurut saya adalah jumlah penghuninya yang terlalu padat dan banyaknya tikus lucu di sini. Tikus lucu??? Sergah saya langsung. Iya, tikus-tikus lucu yang klimis dan berpenampilan perlente dan punya banyak kuasa. Bagaimana Anda bisa tahu itu tikus?! Itu orang?! Tukas saya. Ya saya tahu itu orang, tetapi entah kenapa, ketika saya melihat dan memotretnya dari atas tadi itu lebih tampak seekor tikus dibandingkan dengan orang. Dia menunjukkan foto-foto yang dia jepret dari ketinggian dan saya pun terpana karena banyak tikus menyetir mobil-mobil mewah di negeri ini. Mungkin karena sifat pengeratnya terlalu kuat, dalam penglihatan Alien yang tajam dan sensitif, sifat dari manusia-manusia serakah yang dia maksudkan itu yang menjadi tampak dan bukannya wujud fisiknya. Entahlah, saya menjadi sedikit curiga dengan sang Alien karena tiba-tiba saja dia mengerti tata-bahasa “tikus” dalam pengertian konotatifnya. Belajar dimana, baru beberapa menit mendarat heh?
Bukannya menjawab kecurigaan saya, sang Alien malah kembali ‘berpidato’ dan seakan-akan bisa menerka isi pikiran saya. Tenang saja kawan, tikus-tikus seperti itu, sambil melirik ke kamera miliknya yang saya pegang, juga ada di negara-negara lain di planet ini dan bahkan juga di planet lain di galaksi yang berbeda. Hanya saja, katanya, tikus-tikus di negara lain dan atau di planet lain di galaksi yang berbeda itu tidak sebanyak dan serakus seperti di negeri Anda. Mereka masih meluanghkan waktu mereka untuk kegiatan-kegiatan yang berguna untuk khalayak luas, hanya sesekali dan dalam jumlah yang tidak banyak mereka mengerat di malam hari. Tetapi di sini, sambil jarinya menunjuk tanah, jumlahnya keterlaluan dan jumlah yang mereka makan di waktu siang ataupun malam sangat banyak! Saya sedikit tersinggung dan sekaligus malu dengan pengamatan sang Alien ini. Tetapi memang beginilah nyatanya. Populasi dan kekuatan mengerat mereka di negeri ini memang semakin banyak dan semakin vulgar saja cara-cara mereka beraksi.
Ada banyak yang berusaha membasmi tikus-tikus ini, jawabku. Namun kekuatan mereka terlalu kecil sehingga malah menjadi bulan-bulanan tikus-tikus yang memang memiliki kekuatan, massa dan organisasi yang sangat kuat. Aku melihatnya, jawabnya. Kami tiba-tiba menjadi sama-sama terdiam dan mengarahkan mata ke puncak-puncak pegunungan yang mengelilingi pdang rumput ini. Apakah Anda bisa membantu kami membasmi tikus-tikus ini, tanyaku berharap. Sayang sekali, jawabnya, aku memilikinya, tetapi aku tidak membawa formula untuk tikus-tikus itu. Karena jujur saja, di Arabadis tidak ada tikus pengerat seperti ini, kami hidup damai dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan sekaligus tingkat kesejahteraan yang sangat tinggi. Ohhhh…. Hanya desahan yang saya keluarkan. Atau mungkin Anda tertarik membawa tikus-tikus itu dalam wahana antariksa Anda untuk kemudian diawetkan di Arabadis. Lumayan khan dijadikan patung untuk mengisi taman-taman kalian? Kejarku belum menyerah. Tidak bisa, sergahnya. Di planet kami banyak warga yang bisa meniupkan nyawa pada sesuatu yang mati, tikus-tikus ini bisa hidup lagi di sana dan menciptakan masalah bagi kami. Aku ingin membantu, tetapi sungguh aku tidak menemukan caranya dalam pembicaraan yang singkat ini. Aku mengerti, gumamku pelan namun tetap berharap.
Angin dingin terus membelai padang rumput. Saya mulai mengantuk meski yang saya sandari adalah besi-besi roda pesawat sang Alien yang keras. Sang Alien juga tidak mampu menyembunyikan mimik lelahnya dan menerawang ke langit bersiap istirahat di rerumputan. Tiba-tiba semburat cahaya putih kekuningan datang dari arah samping saya. Karena penasaran, dengan mata terpicing karena silau yang sangat saya menoleh ke arah cahaya itu. Rupanya itu adalah pintu kamar kosan saya yang terbuka oleh kuatnya hembusan angin dingin penghujung bulan November.
* Image #1: I agree with them. Sciences scared religion for many many times. Image from www.ufovideo.net.
* Image #2: www.ufovideo.net mengatakan bahwa gambar dari Bible ini dilukis orang 2000 tahun sebelum pesawat ruang angkasa diciptakan oleh manusia. Lalu darimana inspirasi orang pada jaman itu?
* Image #3: Dear Mr. George H. Smith... THE RATS NOW OWN THE EARTH!!! Cover buku George H. Smith yang pernah populer.
* Image #4: Sebuah forum internet sedang ingin bercanda dengan karikatur ini. Memang 'lucu'.
Entah bagaimana awal mulanya, akhirnya kami telah bercakap-cakap. Rupanya Alien yang datang dari planet Arabadis ini, entah dimana lokasi planet ini, sedang iseng berkeliling galaksi seorang diri. Mumpung lagi liburan katanya. Lho ada hari libur juga ya, Tanya saya. Ada juga, katanya. Kami juga bekerja dan memiliki profesi tertentu di Arabadi, jawabnya. Oooooo gitu. Saya merasa pertemuan itu menjadi begitu ajaib karena member saya pengetahuan baru, ternyata di dunia Alien juga ada hari libur, pekerjaan dan profesi tertentu. Eh, yang begini ini tidak ada di dalam buku-buku pelajaran dan ataupun buku-buku best seller yang dipajang genit di toko-toko buku khan? Kog bisa memilih padang rumput ini untuk mendarat? Tanya saya. Sejujurnya saya tadi sebenarnya ingin bersembunyi sejenak dari kejaran agen-agen pemerintah (entah pemerintah yang mana yang dimaksudkan) yang suka memburu saya kemudian memelintir banyak fakta tentang saya demi kepentingan mereka, jawab sang Alien. Eh kebetulan ada Anda di padang rumput ini, jadi tidak ada salahnya saya mengobrol sekaligus mengasah kemampuan bahasa Indonesia saya. Alein ini unik juga, pikir saya. Bahasa Indonesia khan tidak laku dalam pergaulan internasional, apalagi dalam pergaulan antar galaksi?!
Pembicaraan semakin menarik, sayangnya tidak ada kopi dan rokok di dalam mimpi itu (mungkin di negeri mimpi telah dilarang), intinya sang Alien ini sedang berkeliling galaksi dan suka menulis buku tentang apa saja yang dilihatnya. Budaya lisan di planet kami agak kurang, orang kebanyakan membaca dan menulis. Jadi dalam perjalanan saya ini saya pun menulis untuk oleh-oleh buat kawan-kawan, katanya lagi. Siapa tahu juga bisa diterbitkan oleh penerbit di planet kami, katanya lagi. Pada titik ini sebenarnya saya ingin menyela, bukunya dalam bentuk chip atau dalam bentuk logam mulia yang dibaca dengan telepati ya? Tetapi rupanya sang Alien sedang ingin didengar sehingga saya tidak mengajukan pertanyaan apapun. Tampaknya peran saya di mimpi ini memang hanya peran pembantu saja, berbicara secukupnya saja untuk memancing sang Alien bercerita. Kami pun menjadi akrab, posisi kami bercerita pun mulai berubah. Sang Alien rebahan di rumput dan saya sambil menyandar di roda-roda pesawatnya yang aneh.
Lalu apa yang paling menarik dari negeri saya, Tanya saya karena tidak mau pembicaraan terus dia control. Saya bertanya ini sebenarnya agar jangan sampai dia menyepelekan Indonesia sehingga di dalam bukunya yang nanti dia terbitkan di planetnya ataupun mungkin di galaksi lain, dia tidak lupa menyebutkan tentang Indonesia. Kalau sampai lupa sayang sekali khan? Negeri indah ini jadi urung dikenal oleh Alien lain? Negeri Anda sangat indah, ini berdasarkan penglihatan sekilas saya dari atas tadi, jawabnya. Mungkin, kalaupun ada yang agak aneh menurut saya adalah jumlah penghuninya yang terlalu padat dan banyaknya tikus lucu di sini. Tikus lucu??? Sergah saya langsung. Iya, tikus-tikus lucu yang klimis dan berpenampilan perlente dan punya banyak kuasa. Bagaimana Anda bisa tahu itu tikus?! Itu orang?! Tukas saya. Ya saya tahu itu orang, tetapi entah kenapa, ketika saya melihat dan memotretnya dari atas tadi itu lebih tampak seekor tikus dibandingkan dengan orang. Dia menunjukkan foto-foto yang dia jepret dari ketinggian dan saya pun terpana karena banyak tikus menyetir mobil-mobil mewah di negeri ini. Mungkin karena sifat pengeratnya terlalu kuat, dalam penglihatan Alien yang tajam dan sensitif, sifat dari manusia-manusia serakah yang dia maksudkan itu yang menjadi tampak dan bukannya wujud fisiknya. Entahlah, saya menjadi sedikit curiga dengan sang Alien karena tiba-tiba saja dia mengerti tata-bahasa “tikus” dalam pengertian konotatifnya. Belajar dimana, baru beberapa menit mendarat heh?
Bukannya menjawab kecurigaan saya, sang Alien malah kembali ‘berpidato’ dan seakan-akan bisa menerka isi pikiran saya. Tenang saja kawan, tikus-tikus seperti itu, sambil melirik ke kamera miliknya yang saya pegang, juga ada di negara-negara lain di planet ini dan bahkan juga di planet lain di galaksi yang berbeda. Hanya saja, katanya, tikus-tikus di negara lain dan atau di planet lain di galaksi yang berbeda itu tidak sebanyak dan serakus seperti di negeri Anda. Mereka masih meluanghkan waktu mereka untuk kegiatan-kegiatan yang berguna untuk khalayak luas, hanya sesekali dan dalam jumlah yang tidak banyak mereka mengerat di malam hari. Tetapi di sini, sambil jarinya menunjuk tanah, jumlahnya keterlaluan dan jumlah yang mereka makan di waktu siang ataupun malam sangat banyak! Saya sedikit tersinggung dan sekaligus malu dengan pengamatan sang Alien ini. Tetapi memang beginilah nyatanya. Populasi dan kekuatan mengerat mereka di negeri ini memang semakin banyak dan semakin vulgar saja cara-cara mereka beraksi.
Ada banyak yang berusaha membasmi tikus-tikus ini, jawabku. Namun kekuatan mereka terlalu kecil sehingga malah menjadi bulan-bulanan tikus-tikus yang memang memiliki kekuatan, massa dan organisasi yang sangat kuat. Aku melihatnya, jawabnya. Kami tiba-tiba menjadi sama-sama terdiam dan mengarahkan mata ke puncak-puncak pegunungan yang mengelilingi pdang rumput ini. Apakah Anda bisa membantu kami membasmi tikus-tikus ini, tanyaku berharap. Sayang sekali, jawabnya, aku memilikinya, tetapi aku tidak membawa formula untuk tikus-tikus itu. Karena jujur saja, di Arabadis tidak ada tikus pengerat seperti ini, kami hidup damai dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan sekaligus tingkat kesejahteraan yang sangat tinggi. Ohhhh…. Hanya desahan yang saya keluarkan. Atau mungkin Anda tertarik membawa tikus-tikus itu dalam wahana antariksa Anda untuk kemudian diawetkan di Arabadis. Lumayan khan dijadikan patung untuk mengisi taman-taman kalian? Kejarku belum menyerah. Tidak bisa, sergahnya. Di planet kami banyak warga yang bisa meniupkan nyawa pada sesuatu yang mati, tikus-tikus ini bisa hidup lagi di sana dan menciptakan masalah bagi kami. Aku ingin membantu, tetapi sungguh aku tidak menemukan caranya dalam pembicaraan yang singkat ini. Aku mengerti, gumamku pelan namun tetap berharap.
Angin dingin terus membelai padang rumput. Saya mulai mengantuk meski yang saya sandari adalah besi-besi roda pesawat sang Alien yang keras. Sang Alien juga tidak mampu menyembunyikan mimik lelahnya dan menerawang ke langit bersiap istirahat di rerumputan. Tiba-tiba semburat cahaya putih kekuningan datang dari arah samping saya. Karena penasaran, dengan mata terpicing karena silau yang sangat saya menoleh ke arah cahaya itu. Rupanya itu adalah pintu kamar kosan saya yang terbuka oleh kuatnya hembusan angin dingin penghujung bulan November.
* Image #1: I agree with them. Sciences scared religion for many many times. Image from www.ufovideo.net.
* Image #2: www.ufovideo.net mengatakan bahwa gambar dari Bible ini dilukis orang 2000 tahun sebelum pesawat ruang angkasa diciptakan oleh manusia. Lalu darimana inspirasi orang pada jaman itu?
* Image #3: Dear Mr. George H. Smith... THE RATS NOW OWN THE EARTH!!! Cover buku George H. Smith yang pernah populer.
* Image #4: Sebuah forum internet sedang ingin bercanda dengan karikatur ini. Memang 'lucu'.
Comments