Sudah lama sekali rasanya tidak bisa menyentuh blog ini lagi. Ada 'kekacuan'. Yakni karena saya tiba-tiba tergoda membeli domain agar blog ini menjadi keren dengan menjadi "namasaya.com", dengan membeli domainnya ke sebuah perusahaan melalui seorang kawan. Tetapi entah kenapa hingga hari ini meski saya sudah kelar membeli domain "namasaya.com" itu tetap tidak bisa muncul. Mungkin karena saya yang 'bodoh' dengan urusan domain dan hosting sehingga mungkin saja ada sesuatu yang salah dengan semua ini.
Tetapi saya 'ngulik' di blogger seharusnya tidak serumit ini. Usai domain kita beli, seharusnya tinggal setting sebentar di menu setting blogger dan lalu bisa digunakan. Entahlah. Ada blind side yang tidak saya tahu sehingga saya menjadi linglung dengan semua ini. Malam ini saya kembali men-switch blog ini ke "namasaya.blogspot.com" dan kemudian melakukan repost sebuah artikel yang pernah dimuat di Tabolid Berita Mancing. Ini saya lakukan karena saya sangat rindu memposting sesuatu di blog ini. Artikel tersebut adalah artikel tentang Sean, pemancing cilik asal Bandung yang ngetop karena trip-trip saltwaternya yang luar biasa itu. Artikel lama yang dimuat oleh Tabloid Berita Mancing pada bulan Mei lalu. Di bawah ini adalah versi lengkap artikel tersebut. Regards!
Teruslah Memancing Bintang Kecilku!
Seperti diceritakan oleh Andre Gumanti
Tak pernah terlintas sebelumnya bahwa keponakan saya yang kini genap berumur tujuh tahun ini akan ‘gila’ mancing seperti ayahnya, Michael, seperti sekarang ini. Sean Alexander S. Gumanti lahir tahun 2003 dan tumbuh besar seperti anak-anak yang lainnya yang tertarik oleh banyak hal tanpa ada ketertarikan khusus pada satu hal yang spesifik. Hal yang sangat lumrah untuk anak kecil yang selalu ingin tahu tentang segala hal yang terlihat di depan matanya. Tetapi memang buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Ayahnya, Michael adalah seseorang yang gila memancing. Sejak muda Michael sudah berkeliling Jawa Barat untuk memancing baik itu laut ataupun sungai, dan tentunya juga di kolam-kolam pemancingan. Jadi memang tidak aneh jika pada akhirnya Sean, yang sejak berumur dua tahun sering mengikuti sang ayah memancing di kolam-kolam di seputaran Bandung akhirnya iku terkena ‘racun’ mematikan bernama mancing ini. Keluarga besar kami adalah orang-orang yang sangat menyukai alam, memancing, naik gunung dan sebagainya. Dan kini, melihat ‘bintang kecil’ kami yang paling bersinar saat ini juga menikmati hal yang sama dengan yang kami lakukan membuat kami sekeluarga tersenyum.
Tetapi memang Sean ini, dalam dunia mancing, menurut saya terlalu cepat menjadi dewasa. Bagaimana tidak, dia baru berumur 2 tahun ketika sering ikut Michael mancing di kolam-kolam. Jujur saja, anak berumur dua tahun berada di kolam pasti lebih sibuk bermain dibandingkan mancing. Tetapi kini di umurnya yang baru genap tujuh tahun dia telah memiliki pengalaman mancing di berbagai spot yang menurut saya cukup spektakuler dan bahkan tidak semua pemancing dewasa pernah menjajalnya. Pada umur empat tahun Sean telah ikut terjun di Selat Sunda dengan KM Kemalasari milik dr. Benyamin untuk mancing di seputaran Pulau Sanghyang. Trip ini kemudian dilanjutkan dengan trip-trip lain di seputaran Jawa Barat hingga akhir 2008-an. Hanya sangat disayangkan karena dulu kami tidak terlalu memikirkan dokumentasi, momen-momen masa awal Sean belajar menjadi seorang pemancing ini tidak ada dokumentasinya. Hal yang sangat saya sesali saat ini. Pasti lucu sekali jika sekarang melihat lagi foto-foto Sean kecil mancing.
Kami mulai secara khusus mendokumentasikan trip-trip kami bersama Sean pada Agustus 2009 saat kami sekeluarga turun ke Pelabuhan Ratu di Sukabumi dengan kapal yang dikapteni oleh Fendi. Saat itu musim tuna sedang berlangsung. Jelas kami menargetkan tuna namun kami kurang beruntung karena hanya mendapatkan tuna-tuna kecil saja. Tetapi bagi kami semua, asal Sean gembira dan berhasil strike kami semua sudah puas. Dan di Pelabuhan Ratu bintang kecil kami ini berhasil menyelesaikan strike dua ekor lemadang yang kami dapatkan dengan teknik trolling. Yang membuat kami takjub adalah meski Sean adalah anak kecil, namun tidak canggung sama sekali saat fight dengan piranti yang diperuntukkan untuk digunakan oleh orang dewasa. Memang ada beberapa hal yang membuat dia agak kesulitan, misalnya saat memutar ril trolling besar itu di awal-awal pengajaran, tetapi secara umum dia terlihat sangat percaya diri dan seakan sudah mengerti bagaimana menangani perlawanan ikan. Satu hal lagi, tenaga Sean ini sangat kuat, begitu juga mentalnya, pantang menyerah. Mungkin ini sudah menjadi karakter khas dirinya karena sehari-hari dia begitu aktif olahraga, dari berenang sampai wall climbing. Apalagi saat bermain trampoline, dia bisa lupa segalanya kalau sudah keasyikkan meloncat-loncat.
Pada bulan November kami sekeluarga kembali mengadakan trip mancing ke laut. Destinasi yang kami sasar kali ini adalah Binuangeun di Banten Selatan. Sean semakin ceria karena selain saya dan sang ayah Michael, turut serta juga sepupunya Budi. Sebenarnya trip pada bulan tersebut kurang tepat karena perairan di Binuangeun telah dilanda oleh pancaroba. Pergantian musim dari musim kemarau ke musim penghujan berimbas pada kondisi cuaca yang tidak stabil. Kadang panas, kadang hujan deras dan angin kencang yang datang tiba-tiba. Dalam trip ini kami sukses besar. Namun anehnya kami sukses tidak melalui trolling atau teknik dasaran, dua teknik yang ampuh di Binuangeun, melainkan dari teknik popping. Dan itupun popping malam! Agak aneh memang karena Binuangeun adalah sportfishing ground yang sebenarnya kurang cocok untuk teknik popping apalagi popping malam.
Ceritanya begini. Malam itu kami pasang jangkar di selatan Pulau Tinjil untuk mulai mancing dasar, teknik yang paling ampuh dan hampir pasti mendapatkan strike. Tetapi tidak dinyana, usai semua lampu kapal dinyalakan, ribuan dan mungkin puluhan ribu cumi-cumi bermain di sekitar kapal kami. Dan di kejauhan di batas antara terang dan gelap cahaya lampu tersebut kami mendegar bunyi “jebar-jebur” ikan-ikan besar menyambar cumi-cumi tersebut. Kami belum begitu pasti ikan apa yang menyambar cumi-cumi di kegelapan itu. Kami lalu berinisiatif melemparkan popper ke titik tersebut. Dan langsung strike. Ternyata ikan-ikan GT berukuran sedang antara 7-10an kg yang bermain disana.
Tahu bahwa itu adalah ikan-ikan GT yang naik ke permukaan mengikuti cumi-cumi, malam itu kami melupakan mancing dasar dan langsung (untungnya kami membawa alatnya) memasang piranti popping kelas ringan kami. Total mungkin malam itu kami semua mendapatkan lebih dari 20 kali strike dari ikan-ikan GT itu. Setiap strike, suasana di kapal begitu meriah karena kami semua menggunakan piranti popping kecil (piranti kasting). Sean tentu tak mau kalah strike, justru dia yang paling banyak mendapatkan strike karena strike-strike kami juga direbutnya. Anak ini memang tidak mengenal lelah, padahal saat itu malam buta, dia tetap ngotot ikut popping dan fight GT. Dalam trip ini kami juga mengundang idola kami yakni Mas Dudit Widodo dari MANCING MANIA TRANS 7 beserta kru-nya (Denis, Abra dan Hasan). Seingat kami, trip ini sudah ditayangkan di Mancing mania Trans 7 dalam episode yang menurut kami sangat mempesona berjudul “Musim Pancaroba di Binuangeun.”
Usai rehat sejenak dari hiruk pikuk urusan mancing, pada awal Desember 2009 kami membawa Sean untuk memancing kakap putih di Teluk naga Fishing Club di Tanjung Pasir, Tangerang. Dalam acara ini kami kembali mengajak Mas Dudit Widodo dari Mancing Mania Trans 7 untuk ikut memancing sekaligus membuat episode mancing kasting kakap putih untuk Mancing Mania. Trip ini tentu saja berlangsung sukses besar mengingat di lokasi ini penuh dengan ikan-ikan kakap putih yang siap menghantam umpan-umpan kita kapanpun waktunya. Sean tidak terlalu tertarik dengan baitfishing (memancing dengan umpan hidup ataupun umpan mati), dia selalu ingin memancing dengan teknik-teknik sportfishing seperti yang dia lihat di televisi (Mancing Mania), jadi saat memancing kakap putih tersebut dia juga asyik kasting dengan umpan popper ataupun minnow dibandingkan dengan umpan udang hidup yang disediakan oleh pengelola kolam.
Menurutnya, kurang menantang jika memancing dengan umpan alami. Beeeeuh! Ini memang menjadi wataknya, suka tantangan dan pantang menyerah. Ayahnya Michael yang berperan besar menanamkan sifat ini. Misalnya saat sedang memancing di sebuah kolam. Michael sering ‘menantang’ buah hatinya ini untuk mendapatkan ikan tertentu dengan artificial lure. Misalnya di kolam itu ada ikan bawalnya, dia sering menyuruh Sean dengan “Sean, jika kamu berhasil mendapatkan bawal dengan umpan ikan-ikanan (minnow) maka kamu hebat.” Dan Sean selalu menjawab ‘tantangan’ ayahnya dengan semangat menggebu. Ibaratnya jika belum dapat, walaupun kolam sudah akan ditutup dia tetap ngotot mancing sambil terus berkata-kata,”Sean bisa, tunggu sebentar lagi, Sean pasti bisa!” Sifat pantang menyerah ini pada akhirnya juga dibawa Sean ke sekolahnya di TK Bintang Kecil, Bandung dan dalam kesehariannya di luar mancing. Hal positif yang terus dijaga oleh Michael sekeluarga agar Sean tumbuh menjadi seseorang yang ulet, tegar, dan tidak mudah putus asa. Kembali ke acara mancing kolam kakap putih di Teluk Naga Fishing Club, Sean jelas girang karena sebentar-sebentar dia strike ikan predator air payau ini. Ayahnya yang ‘pusing’ karena per kg ikan kakap putih di kolam ini sekitar 100rb rupiah!
Saat berada di kolam kakap putih itulah kami mengamati kemungkinan bagi Sean untuk kembali ikut dalam trip sportfishing yang sifatnya lebih heavy duty di fishing ground yang lebih menantang. Ayahnya Michael memiliki rencana yang belum diceritakan kepada Sean, yakni jika memang dia telah mahir kasting, maka akhir tahun 2009 kami semua akan berada di Bali untuk merayakan Natal disana sekaligus memancing popping bersama sang maestro Adhek Amerta! Dan menjelang Natal kami pun telah berada di Bali. Seluruh keluarga ikut ke sini karena memang rencana ke Bali ini tidak khusus untuk mancing saja melainkan untuk berlibur bersama seluruh keluarga, merayakan Natal sekaligus menyambut tahun baru. Sean jelas jingkrak-jingkrak kegirangan karena selain bisa mancing dia juga bisa bermain sepuasnya dengan adik-adiknya Sammy dan Bryan.
Saya lupa tanggalnya, tetapi hari itu perairan Bali dan juga Selat Lombok agak berombak. Saya, Michael, Willy (om nya Sean), Sean dan Mas Dudit bersama kru Mancing mania telah berada di kapal GT 1 bersama sang maestro Adhek Amerta untuk merasakan sensasi sportfishing di salah satu fishing ground kelas dunia ini. Beragam teknik kami aplikasikan di sini; popping, jigging, dan bahkan teknik baru yang bernama inchiku. Dan memang, seperti sering kami baca di majalah/tabloid dan lihat di layar televisi, Adhek Amerta adalah seorang fishing guide jempolan kelas dunia. Hari itu kami benar-benar dipuaskan dengan beragams trike dari beragam spesies; GT, ruby snapper dan lain-lain. Sean selalu diberi kesempatan pertama untuk fight. Dan sungguh, ‘bintang kecil’ kami ini begitu luar biasa. Dia tidak canggung sama sekali meski harus bertarung dengan ikan GT menggunakan piranti popping semacam Hots Tidelez 67 MH! Padahal kalau dipikir-pikir, piranti ini khan untuk pemancing-pemancing dewasa?! Juga ketika kami mendapatkan strike ruby snapper dengan teknik jigging, Sean pun santais aja mengajar ikan ini. Kelelahan memang, tetapi dia pantang menyerah! Ada yang lucu dalam trip ini, Om-nya yang bernama Willy mabuk berat, eh Sean malah ketawa-ketawa saja meski saat itu ombak cukup besar! Hahaha! Trip ini oleh Trans 7 setahu kami ditayangkan dalam judul “Ambisi Bocah Pemancing.”
Hingga hari ini, meski kami agak mengerem trip-trip ke laut dikarenakan kesibukan di Bandung yang sangat padat, Sean selalu ‘berisik’ untuk minta diajak mancing lagi. Kolam menjadi solusi kami saat ini untuk mengobati ‘sakau’-nya. Misalnya mengikuti acara mancing bareng seperti saat Mancing Mania Trans 7 mengadakan acara Soulmate MM pada bulan Februari lalu (acara Valentine Day). Sungguh, meski saya adalah yang pertama mengajari Sean cara melemparkan joran (kasting), tetapi saya tidak pernah mengira efeknya akan begini dahsyat. Sean kini benar-benar keranjingan mancing! Bahkan kini teman-teman sekolahnya di TK Bintang Kecil, Bandung selalu ‘diganggunya’ dengan diajak mancing. Hahaha… Karena Michael memiliki kolam pribadi di Subang, maka kadang-kadang TK Bintang Kecil mengadakan acara mancing bersama keluarga di sini. Memang terkadang agak repot membagi waktu saat Sean sudah ngotot minta diajak mancing, tetapi kami semua gembira karena ‘bintang kecil’ kami ini menekuni hobi yang juga kami cintai ini, yakni memancing. Jadi, teruslah memancing bintang kecilku! We love you!
* Andre Gumanti adalah paman Sean Alexander.
* Foto-foto Sean di atas diambil dari beberapa perjalanan memancing sepanjang tahun 2009 antara lain ke Binuangeun (Banten), Bali, dan Lombok. Foto saya copy dari koleksi Andre Gumanti & Budi Saputra.
Tetapi saya 'ngulik' di blogger seharusnya tidak serumit ini. Usai domain kita beli, seharusnya tinggal setting sebentar di menu setting blogger dan lalu bisa digunakan. Entahlah. Ada blind side yang tidak saya tahu sehingga saya menjadi linglung dengan semua ini. Malam ini saya kembali men-switch blog ini ke "namasaya.blogspot.com" dan kemudian melakukan repost sebuah artikel yang pernah dimuat di Tabolid Berita Mancing. Ini saya lakukan karena saya sangat rindu memposting sesuatu di blog ini. Artikel tersebut adalah artikel tentang Sean, pemancing cilik asal Bandung yang ngetop karena trip-trip saltwaternya yang luar biasa itu. Artikel lama yang dimuat oleh Tabloid Berita Mancing pada bulan Mei lalu. Di bawah ini adalah versi lengkap artikel tersebut. Regards!
Teruslah Memancing Bintang Kecilku!
Seperti diceritakan oleh Andre Gumanti
Tak pernah terlintas sebelumnya bahwa keponakan saya yang kini genap berumur tujuh tahun ini akan ‘gila’ mancing seperti ayahnya, Michael, seperti sekarang ini. Sean Alexander S. Gumanti lahir tahun 2003 dan tumbuh besar seperti anak-anak yang lainnya yang tertarik oleh banyak hal tanpa ada ketertarikan khusus pada satu hal yang spesifik. Hal yang sangat lumrah untuk anak kecil yang selalu ingin tahu tentang segala hal yang terlihat di depan matanya. Tetapi memang buah tidak jatuh jauh dari pohonnya. Ayahnya, Michael adalah seseorang yang gila memancing. Sejak muda Michael sudah berkeliling Jawa Barat untuk memancing baik itu laut ataupun sungai, dan tentunya juga di kolam-kolam pemancingan. Jadi memang tidak aneh jika pada akhirnya Sean, yang sejak berumur dua tahun sering mengikuti sang ayah memancing di kolam-kolam di seputaran Bandung akhirnya iku terkena ‘racun’ mematikan bernama mancing ini. Keluarga besar kami adalah orang-orang yang sangat menyukai alam, memancing, naik gunung dan sebagainya. Dan kini, melihat ‘bintang kecil’ kami yang paling bersinar saat ini juga menikmati hal yang sama dengan yang kami lakukan membuat kami sekeluarga tersenyum.
Tetapi memang Sean ini, dalam dunia mancing, menurut saya terlalu cepat menjadi dewasa. Bagaimana tidak, dia baru berumur 2 tahun ketika sering ikut Michael mancing di kolam-kolam. Jujur saja, anak berumur dua tahun berada di kolam pasti lebih sibuk bermain dibandingkan mancing. Tetapi kini di umurnya yang baru genap tujuh tahun dia telah memiliki pengalaman mancing di berbagai spot yang menurut saya cukup spektakuler dan bahkan tidak semua pemancing dewasa pernah menjajalnya. Pada umur empat tahun Sean telah ikut terjun di Selat Sunda dengan KM Kemalasari milik dr. Benyamin untuk mancing di seputaran Pulau Sanghyang. Trip ini kemudian dilanjutkan dengan trip-trip lain di seputaran Jawa Barat hingga akhir 2008-an. Hanya sangat disayangkan karena dulu kami tidak terlalu memikirkan dokumentasi, momen-momen masa awal Sean belajar menjadi seorang pemancing ini tidak ada dokumentasinya. Hal yang sangat saya sesali saat ini. Pasti lucu sekali jika sekarang melihat lagi foto-foto Sean kecil mancing.
Kami mulai secara khusus mendokumentasikan trip-trip kami bersama Sean pada Agustus 2009 saat kami sekeluarga turun ke Pelabuhan Ratu di Sukabumi dengan kapal yang dikapteni oleh Fendi. Saat itu musim tuna sedang berlangsung. Jelas kami menargetkan tuna namun kami kurang beruntung karena hanya mendapatkan tuna-tuna kecil saja. Tetapi bagi kami semua, asal Sean gembira dan berhasil strike kami semua sudah puas. Dan di Pelabuhan Ratu bintang kecil kami ini berhasil menyelesaikan strike dua ekor lemadang yang kami dapatkan dengan teknik trolling. Yang membuat kami takjub adalah meski Sean adalah anak kecil, namun tidak canggung sama sekali saat fight dengan piranti yang diperuntukkan untuk digunakan oleh orang dewasa. Memang ada beberapa hal yang membuat dia agak kesulitan, misalnya saat memutar ril trolling besar itu di awal-awal pengajaran, tetapi secara umum dia terlihat sangat percaya diri dan seakan sudah mengerti bagaimana menangani perlawanan ikan. Satu hal lagi, tenaga Sean ini sangat kuat, begitu juga mentalnya, pantang menyerah. Mungkin ini sudah menjadi karakter khas dirinya karena sehari-hari dia begitu aktif olahraga, dari berenang sampai wall climbing. Apalagi saat bermain trampoline, dia bisa lupa segalanya kalau sudah keasyikkan meloncat-loncat.
Pada bulan November kami sekeluarga kembali mengadakan trip mancing ke laut. Destinasi yang kami sasar kali ini adalah Binuangeun di Banten Selatan. Sean semakin ceria karena selain saya dan sang ayah Michael, turut serta juga sepupunya Budi. Sebenarnya trip pada bulan tersebut kurang tepat karena perairan di Binuangeun telah dilanda oleh pancaroba. Pergantian musim dari musim kemarau ke musim penghujan berimbas pada kondisi cuaca yang tidak stabil. Kadang panas, kadang hujan deras dan angin kencang yang datang tiba-tiba. Dalam trip ini kami sukses besar. Namun anehnya kami sukses tidak melalui trolling atau teknik dasaran, dua teknik yang ampuh di Binuangeun, melainkan dari teknik popping. Dan itupun popping malam! Agak aneh memang karena Binuangeun adalah sportfishing ground yang sebenarnya kurang cocok untuk teknik popping apalagi popping malam.
Ceritanya begini. Malam itu kami pasang jangkar di selatan Pulau Tinjil untuk mulai mancing dasar, teknik yang paling ampuh dan hampir pasti mendapatkan strike. Tetapi tidak dinyana, usai semua lampu kapal dinyalakan, ribuan dan mungkin puluhan ribu cumi-cumi bermain di sekitar kapal kami. Dan di kejauhan di batas antara terang dan gelap cahaya lampu tersebut kami mendegar bunyi “jebar-jebur” ikan-ikan besar menyambar cumi-cumi tersebut. Kami belum begitu pasti ikan apa yang menyambar cumi-cumi di kegelapan itu. Kami lalu berinisiatif melemparkan popper ke titik tersebut. Dan langsung strike. Ternyata ikan-ikan GT berukuran sedang antara 7-10an kg yang bermain disana.
Tahu bahwa itu adalah ikan-ikan GT yang naik ke permukaan mengikuti cumi-cumi, malam itu kami melupakan mancing dasar dan langsung (untungnya kami membawa alatnya) memasang piranti popping kelas ringan kami. Total mungkin malam itu kami semua mendapatkan lebih dari 20 kali strike dari ikan-ikan GT itu. Setiap strike, suasana di kapal begitu meriah karena kami semua menggunakan piranti popping kecil (piranti kasting). Sean tentu tak mau kalah strike, justru dia yang paling banyak mendapatkan strike karena strike-strike kami juga direbutnya. Anak ini memang tidak mengenal lelah, padahal saat itu malam buta, dia tetap ngotot ikut popping dan fight GT. Dalam trip ini kami juga mengundang idola kami yakni Mas Dudit Widodo dari MANCING MANIA TRANS 7 beserta kru-nya (Denis, Abra dan Hasan). Seingat kami, trip ini sudah ditayangkan di Mancing mania Trans 7 dalam episode yang menurut kami sangat mempesona berjudul “Musim Pancaroba di Binuangeun.”
Usai rehat sejenak dari hiruk pikuk urusan mancing, pada awal Desember 2009 kami membawa Sean untuk memancing kakap putih di Teluk naga Fishing Club di Tanjung Pasir, Tangerang. Dalam acara ini kami kembali mengajak Mas Dudit Widodo dari Mancing Mania Trans 7 untuk ikut memancing sekaligus membuat episode mancing kasting kakap putih untuk Mancing Mania. Trip ini tentu saja berlangsung sukses besar mengingat di lokasi ini penuh dengan ikan-ikan kakap putih yang siap menghantam umpan-umpan kita kapanpun waktunya. Sean tidak terlalu tertarik dengan baitfishing (memancing dengan umpan hidup ataupun umpan mati), dia selalu ingin memancing dengan teknik-teknik sportfishing seperti yang dia lihat di televisi (Mancing Mania), jadi saat memancing kakap putih tersebut dia juga asyik kasting dengan umpan popper ataupun minnow dibandingkan dengan umpan udang hidup yang disediakan oleh pengelola kolam.
Menurutnya, kurang menantang jika memancing dengan umpan alami. Beeeeuh! Ini memang menjadi wataknya, suka tantangan dan pantang menyerah. Ayahnya Michael yang berperan besar menanamkan sifat ini. Misalnya saat sedang memancing di sebuah kolam. Michael sering ‘menantang’ buah hatinya ini untuk mendapatkan ikan tertentu dengan artificial lure. Misalnya di kolam itu ada ikan bawalnya, dia sering menyuruh Sean dengan “Sean, jika kamu berhasil mendapatkan bawal dengan umpan ikan-ikanan (minnow) maka kamu hebat.” Dan Sean selalu menjawab ‘tantangan’ ayahnya dengan semangat menggebu. Ibaratnya jika belum dapat, walaupun kolam sudah akan ditutup dia tetap ngotot mancing sambil terus berkata-kata,”Sean bisa, tunggu sebentar lagi, Sean pasti bisa!” Sifat pantang menyerah ini pada akhirnya juga dibawa Sean ke sekolahnya di TK Bintang Kecil, Bandung dan dalam kesehariannya di luar mancing. Hal positif yang terus dijaga oleh Michael sekeluarga agar Sean tumbuh menjadi seseorang yang ulet, tegar, dan tidak mudah putus asa. Kembali ke acara mancing kolam kakap putih di Teluk Naga Fishing Club, Sean jelas girang karena sebentar-sebentar dia strike ikan predator air payau ini. Ayahnya yang ‘pusing’ karena per kg ikan kakap putih di kolam ini sekitar 100rb rupiah!
Saat berada di kolam kakap putih itulah kami mengamati kemungkinan bagi Sean untuk kembali ikut dalam trip sportfishing yang sifatnya lebih heavy duty di fishing ground yang lebih menantang. Ayahnya Michael memiliki rencana yang belum diceritakan kepada Sean, yakni jika memang dia telah mahir kasting, maka akhir tahun 2009 kami semua akan berada di Bali untuk merayakan Natal disana sekaligus memancing popping bersama sang maestro Adhek Amerta! Dan menjelang Natal kami pun telah berada di Bali. Seluruh keluarga ikut ke sini karena memang rencana ke Bali ini tidak khusus untuk mancing saja melainkan untuk berlibur bersama seluruh keluarga, merayakan Natal sekaligus menyambut tahun baru. Sean jelas jingkrak-jingkrak kegirangan karena selain bisa mancing dia juga bisa bermain sepuasnya dengan adik-adiknya Sammy dan Bryan.
Saya lupa tanggalnya, tetapi hari itu perairan Bali dan juga Selat Lombok agak berombak. Saya, Michael, Willy (om nya Sean), Sean dan Mas Dudit bersama kru Mancing mania telah berada di kapal GT 1 bersama sang maestro Adhek Amerta untuk merasakan sensasi sportfishing di salah satu fishing ground kelas dunia ini. Beragam teknik kami aplikasikan di sini; popping, jigging, dan bahkan teknik baru yang bernama inchiku. Dan memang, seperti sering kami baca di majalah/tabloid dan lihat di layar televisi, Adhek Amerta adalah seorang fishing guide jempolan kelas dunia. Hari itu kami benar-benar dipuaskan dengan beragams trike dari beragam spesies; GT, ruby snapper dan lain-lain. Sean selalu diberi kesempatan pertama untuk fight. Dan sungguh, ‘bintang kecil’ kami ini begitu luar biasa. Dia tidak canggung sama sekali meski harus bertarung dengan ikan GT menggunakan piranti popping semacam Hots Tidelez 67 MH! Padahal kalau dipikir-pikir, piranti ini khan untuk pemancing-pemancing dewasa?! Juga ketika kami mendapatkan strike ruby snapper dengan teknik jigging, Sean pun santais aja mengajar ikan ini. Kelelahan memang, tetapi dia pantang menyerah! Ada yang lucu dalam trip ini, Om-nya yang bernama Willy mabuk berat, eh Sean malah ketawa-ketawa saja meski saat itu ombak cukup besar! Hahaha! Trip ini oleh Trans 7 setahu kami ditayangkan dalam judul “Ambisi Bocah Pemancing.”
Hingga hari ini, meski kami agak mengerem trip-trip ke laut dikarenakan kesibukan di Bandung yang sangat padat, Sean selalu ‘berisik’ untuk minta diajak mancing lagi. Kolam menjadi solusi kami saat ini untuk mengobati ‘sakau’-nya. Misalnya mengikuti acara mancing bareng seperti saat Mancing Mania Trans 7 mengadakan acara Soulmate MM pada bulan Februari lalu (acara Valentine Day). Sungguh, meski saya adalah yang pertama mengajari Sean cara melemparkan joran (kasting), tetapi saya tidak pernah mengira efeknya akan begini dahsyat. Sean kini benar-benar keranjingan mancing! Bahkan kini teman-teman sekolahnya di TK Bintang Kecil, Bandung selalu ‘diganggunya’ dengan diajak mancing. Hahaha… Karena Michael memiliki kolam pribadi di Subang, maka kadang-kadang TK Bintang Kecil mengadakan acara mancing bersama keluarga di sini. Memang terkadang agak repot membagi waktu saat Sean sudah ngotot minta diajak mancing, tetapi kami semua gembira karena ‘bintang kecil’ kami ini menekuni hobi yang juga kami cintai ini, yakni memancing. Jadi, teruslah memancing bintang kecilku! We love you!
* Andre Gumanti adalah paman Sean Alexander.
* Foto-foto Sean di atas diambil dari beberapa perjalanan memancing sepanjang tahun 2009 antara lain ke Binuangeun (Banten), Bali, dan Lombok. Foto saya copy dari koleksi Andre Gumanti & Budi Saputra.
Comments