Tentang Secangkir Kopi Hitam di Suatu Pagi dan Sebuah Keluarga di Tepian Sungai Sebangau, Kalimantan Tengah
Judulnya tiba-tiba menjadi sentimentil, layaknya seorang cancer sejati. Tetapi sudahlah mumpung masih anget , semua ditulis saja. Ada yang lucu dan sedikit menjengkelkan ketika saya hendak menuju ke sebuah rumah di Desa Paduran, Sebangau Kuala, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Padahal saya sudah bolak-balik ke desa ini dan hapal seperti sudah hafal di luar kepala. Tetapi anehnya hari itu kami malah nyasar ke Bahaur, sekitar 40an kilometer dari Paduran. Berangkat dari Palangkaraya pukul 13.30 wib, seharusnya sebelum magrib saya dan rombongan sudah sampai. Tetapi gara-gara nyasar ini, kami tiba pukul 21.00 wib! Aneh sekali kejadian nyasar ini, mobil kami tiba-tiba sudah berada di tengah kebun di Desa Bahaur. Nyasar 40 km jika di kota atau di Jawa, mungkin hanya perlu satu jam untuk tarik balik. Tetapi di kawasan ini jalanan masih goyang dombret penuh lubang, jadilah itu tadi, pukul 21.00 wib baru tiba di Desa Paduran. Bapak yang punya rumah, bapak kepala Desa Paduran sedang ada acara