Menimbang Widow Maker: Mengangkut Satu Lemari Umpan Atau Berbekal Pemahaman Karakter Sebuah Ekosistem Perairan?
Meski sebenarnya saya juga belum pernah melihat satu pemancing membawa satu lemari umpan ketika pergi memancing, ini sebenarnya istilah asal njeplak saja untuk memberi gambaran situasi yang terkadang terjadi di sekitar kita dalam sebuah trip memancing bersama para pemancing lainnya. Tetapi kalau hampir seribu buah umpan (lure) saya pernah melihatnya sendiri, padahal yang dipakai saat itu juga tidak sampai lima pieces saja. Hak setiap orang sebenarnya mau membawa satu toko pancing dan isinya juga tidak apa-apa, hehehe! Ijinkan saya untuk menulis sesuatu yang jarang saya lakukan di blog iseng ini, karena sungguh sebenarnya saya merasa bahwa ilmu memancing saya masih biasa saja dalam arti sebenarnya. Saya hanya orang yang kebetulan saja percaya diri dengan apa yang saya miliki dan lakukan dalam dunia mancing yang sekarang begitu ‘gempita’ (dan terkadang juga semakin aneh) ini. Sebelum terlalu jauh saya akan menyinggung sedikit tentang beberapa istilah yang mungkin juga sudah sering saudara-saudara baca atau dengarkan. Hal ini lebih dalam rangka untuk mengingatkan diri saya sendiri bahwa memancing sport itu terkait dengan banyak hal yang sangat teknis, bukan sekedar uncal doang! Karena kalau sekedar uncal saja, anak-anak TK dan SD juga bisa melakukannya.
Drifting, adalah
strategi memancing dari atas perahu/kapal/sampan/kano/rakit dan boleh juga dari
atas tikar sekalipun kalau bisa hehehe, dengan cara berhanyut mengikuti arus
yang ada baik itu di sungai ataupun juga di laut. Di sungai arus deras (upper river) praktis harus kita lakukan
dari hulu menuju ke hilir. Di sungai payau (estuary)
bisa dilakukan mengikuti pergerakan air pasang dan surut. Di perairan terbuka
(baca: laut) bisa kita lakukan dengan mengikuti pergerakan arus di spot
tertentu seperti di areal reef dan atau tanjungan. Kedua adalah balanced tackle. Istilah ini agak kurang
familiar dan juga jarang disebutkan dalam obrolan-obrolan pemancing, apalagi
kini diskusi mancing sekarang ini banyak didominasi oleh haha hihi semata, yang
penting ramai, yang penting seru-seruan, apapun itu yang ramai meskipun isinya nothing, dan lain sebagainya. Balanced tackle sendiri mengandung
pengertian “kesesuaian dalam pemakaian peralatan mancing kita baik itu rod,
reel, line dan juga lure”. Tujuannya agar didapatkan satu kombinasi yang
seimbang dan semestinya, juga agar didapatkan pemakaian yang tidak
mengakibatkan sesuatu ketidaksesuaiaan dari peralatan tersebut karena satu
kombinasi peralatan yang kita pakai memiliki range line class yang seimbang. Saya yakin para pemancing memahami
secara mendasar tentang balanced tackle
ini.
Ketiga adalah apa yang disebut dengan istilah casting point. Saya tidak tahu pasti apakah ada
istilah ini sebenarnya di dunia mancing, karena ini sebenarnya saya asal njeplak saja. Jadi begini, yang disebut
point adalah titik yang ingin kita tuju sebagai tempat jatuhnya lure kita. Ini terkait erat dengan
kemampuan akurasi lemparan. Point kalau di sungai arus deras dan sungai payau
bisa berupa rebahan pohon di air, batang mati yang terendam air, akar-akar di
tepian sungai, depan dan atau belakang batu, belokan sungai, pertemuan arus
antara anak sungai dan sungai utama, ceruk kecil di tepian sungai, dan lain
sebagainya. Kemampuan kita sedekat mungkin dengan point sangat menentukan sambaran yang akan kita dapatkan. Strike zone, say ajuga tidak yakin ada
istilah ini di jagat sportfishing, tetapi sepertinya ada, yaitu istilah untuk
menyebut areal potensial yang berada di sekitar point. Misalnya point-nya
adalah tonggak kayu mati tunggal yang terendam air, berarti strike zone-nya adalah di sekitar point
ini. Luasan zona sambaran sebenarnya tidak pasti, tetapi kalau saya
menganggapnya adalah pada kisaran satu hingga dua meter saja dari point. Meski kadang-kadang sambaran yang
kita dapatkan agak jauh dari sebuah point,
rasio kejadiannya tidak sebanyak seperti di areal strike zone. Jadi kalau saya, ketika lure kita berada di strike zone ini saya akan full
konsentrasi karena jika memang ada ‘penunggu’-nya, sambaran yang terjadi bisa
dalam hitungan satu dua detik saja. Inilah kenapa banyak orang juga berpesan
agar kita selalu fokus dan bersiap sesaat setelah lure jatuh di dekat point. Karena akibatnya bisa tidak
menyenangkan jika kita kurang konsentrasi dan tidak pada posisi siap, ikan yang
menyambar bisa lepas karena tali kita masih slack
line. Alat pancing jatuh ke air karena kita ngelamun dan tangan reflek melepaskan pegangan pada butt joran. Dan lain sebagainya.
Berikutnya
adalah apa yang disebut dengan lure. Artinya
adalah umpan tiruan. Yakni beragam
jenis umpan tiruan yang dibuat dari material benda mati (kayu, plastik ataupun
logam) yang dibentuk dan dimainkan sedemikian rupa agar menyerupai ikan-ikan
kecil yang menjadi mangsa dari ikan-ikan predator. Terakhir, dan ini yang akan
menjadi ‘jembatan’ untuk pembahasan di paragraf berikutnya adalah tentang match the hatch. Istilah kuno ini dahulu
kala hanya berkembang di kalangan orang-orang fly fishing di Amerika dan Eropa
saja, meski saya yakin 200 % mereka juga mengadopsinya dari teknik tradisional
lainnya di masa itu. Artinya adalah menyesuaikan flies (umpan fly fishing) kita dengan kondisi lokasi yang ada
(habitat dan ikannya). Tetapi kemudian istilah match the hatch menyebar dan
diterima di segala teknik mancing lainnya karena istilah tersebut sebenarnya
sangat mendasar dan penjabarannya bisa sangat luas dan terkait dengan teknik mancing
apapun. Tentunya di teknik mancing yang lain penyesuaiannya adalah menjadi
“menyesuaikan lure kita dengan kondisi lokasi yang ada”.
Selanjutnya mari kita lebih dalam lagi menyoroti tentang
karakter sebuah sungai arus deras di pegunungan (upper river), untuk hal ini yang paling saya pahami adalah
sungai-sungai pegunungan di Pulau Kalimantan, oleh karenanya ‘TKP’ yang akan
saya kemukakan di paragraf ini adalah tentang karakter sungai di pulau ini.
Sungai pegunungan selalu ditandai dengan adanya aliran yang deras dan konstan,
hanya debit airnya saja yang berubah-ubah sesuai dengan musimnya. Rata-rata
sungai arus deras ini memiliki banyak sekali jeram-jeram baik kecil dan besar
dan beragam wajah lainnya yang sangat khas. Misalnya saja struktur bebatuan di
tepian dan juga di tengah sungai yang bermacam-macam, belokan-belokan yang juga
berbeda-beda karakternya, rebahan pohon di tepian dan kadang di tengah sungai,
pusaran arus, dan lain sebagainya. Artinya dengan ekosistem seperti ini spesies
yang hidup di sungai tersebut pun tentunya spesifik. Yang banyak dikenal oleh
kita para pemancing adalah ikan-ikan dari keluarga Tor seperti ikan sapan/pelian/semah/nyaran/mahseer. Kedua adalah
ikan-ikan dari family Cyprinidae yang
mana paling bergengsi diwakili oleh ikan Hampala
macrolepidota. Lalu ada lagi jenis ikan berkumis lainnya yang mana paling
bergengsi diwakili oleh ikan Bagarius
yarelli. Dan masih banyak lagi ikan-ikan lainnya, akan tetapi setahu saya
yang populasinya paling banyak adalah ikan dari family Barb fish. Dari kelompok family Cyprinidae
ini tersebutlah salah satunya yang disebut dengan ikan seluang (Rasbora agyrotaenia),
ikan mungil yang suka menghuni perairan tenang dan dangkal di sungai arus deras
(juga terdapat di sungai-sungai air tawar lainnya yang lebih tenang di dataran
rendah). Ikan mungil dan cantik ini sepertinya ditakdirkan untuk menjadi mangsa
dalam sistem rantai makanan yang ada di sungai upper river pun populasinya juga
sangat berlimpah, berbanding terbalik dengan populasi ikan pemangsa yang lebih
besar, Tuhan telah mengaturnya demikian sepertinya. Baik ikan Tor, Hampala, bahkan ikan-ikan lainnya
termasuk Bagarous yarelli menjadikan
ikan seluang sebagai target utama perburuan mereka mencari makanan. Termasuk
juga kita manusia yang suka sekali mengkonsumsi ikan ini saking renyah dan
gurihnya kalau digoreng kering. Penampakan ikan seluang yang suka hidup
bergerombol ini adalah bulat lonjong, berwarna putih keperakan dengan sedikit
aksen hijau. Panjangnya antara 7 hingga 13-an sentimeter, konon ada yang lebih
besar dari ukuran ini tetapi saya belum pernah melihatnya. Keberadaan ikan-ikan
kecil seperti seluang yang masuk dalam kelompok bait fish (ikan umpan atau ikan yang menjadi sumber makanan bagi
ikan predator) dalam sebuah ekosistem perairan tawar, menjadi indikasi sehat
atau tidaknya rantai makanan di lokasi tersebut.
Kita kembali lagi ke prinsip match the hatch, dengan setting lokasi sebuah upper river di wilayah ulayat Dayak Laman Peruya di Kalimantan
Barat. Sengaja saya mengambil setting
lokasi di tempat ini karena ingatan saya tentang lokasi ini masih cukup segar,
sebenarnya banyak lokasi lainnya yang lebih hebat lagi seperti contohnya upper river di Mahakam Ulu, Kalimantan
Timur, tetapi sepertinya saya sudah terlalu banyak menuliskan tentang Mahakam
Ulu ini. Dengan pemahaman saya terhadap ekosistem upper river di atas, pilihan umpan tiruan yang kemudian saya pakai jatuh
ke sebuah minnow ‘baru’ di ranah sportfishing di Indonesia, tetapi cukup
nge-hits, merknya Sparrow, nama
modelnya Widow maker, dengan tipe Minnow jerkbait. Yang saya pilih dari
beberapa Sparrow yang ada saat itu adalah yang memiliki warna putih transparan
keperakan dengan aksen warna gelap kebiruan di bagian punggungnya juga aksen
titik gelap lainnya yang terdapat pada body umpan. Kenapa saya memilih lure ini
bukan lure lainnya yang juga banyak berdesakan di tackle box saya, karena memang
saat itu lure inilah yang paling cocok dengan karakter lokasi. Maksud saya
begini, agar tidak ada salah pemahaman, sangat banyak sekali lure dari pabrikan
lainnya juga yang cocok diterapkan di upper
river, banyak juga merk dan seri lah yang ada di pasaran dengan warna
bentuk dan juga harga yang menggiurkan dan bisa diaplikasikan di upper river.
Kelemahannya dari semua lure lainnya saat saya berada di sungai upper river
milik Dayak Laman Peruya pada hari itu hanya satu, semuanya ada di toko pancing
dan bukannya di tackle box saya. Hehehehe! Saya yakin kawan-kawan paham
maksudnya, bukan saya mengatakan bahwa lure yang kemudian saya pilih untuk
dijadikan ‘peluru’ ini adalah satu-satunya lure untuk kasting di upper river,
dan apalagi yang paling terbaik dan bla bla bla lainnya. Ini hanyalah salah
satu dari seratus atau bahkan seribu jenis lure lainnya yang ada di dunia ini
dan bisa diaplikasikan untuk teknik kasting di upper river!
Karakter lure, kualitas, dan efektifitas Widow maker ini seperti apa? Justru
inilah yang ingin saya sampaikan semampu saya sesuai dengan pengalaman yang
terjadi saat itu. Siapa tahu ini bisa menambah pemahaman kita bersama tentang
sebuah lure dan juga how to use-nya di lokasi mancing yang sesuai. Dengan
menuliskannya saya sebenarnya juga sembari kembali belajar, mengarsipkan
pengalaman, juga ingatan dan telaah terhadap sesuatu yang menurut saya terlalu
sayang jika dibiarkan menguap begitu saja seiring waktu. Saya mulai dari
kemasan Widow maker yang menurut saya terlalu ramai. Banyak bahasa yang tidak
saya pahami disana, dan sepertinya memang di negara tersebutlah (Korea atau
Taiwan?) lure ini lebih difokuskan penjualannya. Dari kotak kemasan saya
intinya mendapatkan beberapa pandangan bahwa lure yang Designed in Japan ini dibuat oleh Bear King, dan termasuk dalam keluarga A+ Lures, yang mana menurut mereka ini adalah bagian dari seri Premier Pro Series. Masih ada lagi yang
menyita mata saya yakni The Viking,
mungkin ini adalah rekanan dari Bear King.
Keterangan kecil tentang weight moving
cukup membantu saya memahami tentang rekayasa massa dari lure ini yang artinya
telah didesain sedemikian rupa agar seimbang menyesuaikan dengan pergerakan
umpan ketika berada di dalam air. Tetapi yang paling menyita perhatian adalah
teks besar Series SPARROW. Sayangnya
dari kemasan saya malah tidak menemukan spesifikasi mendasar dari lure ini
misalnya berat, panjang, daya selam, dan keterangan tipe dari lure ini. Bagi
saya yang bisa langsung mengakses internet mungkin ini bukan persoalan karena
data tentang lure ini banyak berserakan, bagi pemancing di daerah yang tidak
bisa begitu saja mengakses jaringan internet, akan kesulitan memahami
spesifikasi tentang lure ini. Bayangkan kejadiannya adalah di sebuah toko
pancing di daerah kecil, seorang pemancing ingin berangkat mancing karena
weekend, sementara wajar jika seseorang juga ingin tahu tentang spesifikasi
lure ini sebelum meminangnya. Bisa jadi akan cenderung beralih ke lure merk lain
yang lebih jelas dan dia pahami spesifikasinya saat itu.
Data spesifikasi tentang Widow
maker ini praktis juga saya dapatkan dari internet, dari laman Facebook
yang menjadi pusat publikasi sekaligus pemegang hak penjualan lure ini di
Indonesia, Dharma Bhakti Samudera. Meski terkesan kaku baiknya saya cantumkan
saja sehingga kita bisa sama-sama memahaminya tanpa bias.
KARAKTERISTIK: Slow floating. DAYA SELAM: 1 m - 1,5 meter. FITUR: - Premium Sharp/ Durable VMC hook. - ABS Material (Material kuat, tahan benturan). - Tungsten Weight. - 3D Eyes. - Aerodynamics and balance weight distribution. Harganya menurut saya sangat rasional, karena tidak sampai IDR 70K (keterangan harga ini baiknya tengok sendiri di laman Facebook tersebut karena ini bukan ranah saya untuk menyebutkannya). Dari data-data inilah saya mencoba mengaitkannya dengan pengalaman saya di lapangan, membuktikannya sendiri, di sebuah sungai upper river dimana saya menggunakan lure ini.
KARAKTERISTIK: Slow floating. DAYA SELAM: 1 m - 1,5 meter. FITUR: - Premium Sharp/ Durable VMC hook. - ABS Material (Material kuat, tahan benturan). - Tungsten Weight. - 3D Eyes. - Aerodynamics and balance weight distribution. Harganya menurut saya sangat rasional, karena tidak sampai IDR 70K (keterangan harga ini baiknya tengok sendiri di laman Facebook tersebut karena ini bukan ranah saya untuk menyebutkannya). Dari data-data inilah saya mencoba mengaitkannya dengan pengalaman saya di lapangan, membuktikannya sendiri, di sebuah sungai upper river dimana saya menggunakan lure ini.
Kita mulai dari kesan awal saya ketika mulai melakukan kasting,
kebetulan sungai saat itu juga tidak terlalu lebar hanya sekitar 20-30an meter
saja kisaran lebarnya. Dalam kondisi balanced
tackle yang pasti Widow maker
sangat enak dilemparkan, dan apalagi bentuknya yang ‘langsing’ juga sangat
efektif membelah angin. Panjang dan beratnya yang 10 cm dan 14,5 gram juga
cocok dengan hampir semua tackle class kasting freshwater yang ada di pasaran
saat ini. Jika kita berhasil melakukan kasting dengan sempurna, bunyi jatuhnya
lure juga sangat smooth tidak mengganggu ketenangan point dan strike zone
yang menjadi incaran kita. Ini penting karena kegaduhan awal umpan ketika jatuh
ke air bisa berakibat banyak hal. Jika di sungai-sungai payau yang lebar dan
sangat dalam, kegaduhan sangat penting untuk menggoda ikan pada awal-awal lure
menimpa air. Tetapi di upper river yang suasananya begitu khas, lure yang
jatuhnya smooth lebih baik dari pada yang berisik ketika jatuh. Nah selain
karena kemampuan kita dalam melakukan kasting, ini juga terkait dengan masalah
design umpan bersangkutan. Kira-kira bayangkan akan seperti apa ketika serangga
dan atau buah-buahan hutan kecil dekat sungai jatuh ke air, begitulah kira-kira
setidaknya bunyi lure kita ketika menghantam permukaan air. Gerakan umpan yang
tiba-tiba sesaat setelah kita menggulung reel akan memaksimalkan kemungkinan
sambaran yang kita dapatkan. Di sinilah kombinasi banyak hal dari data yang
dimiliki oleh lure bersangkutan akan memiliki peran penting mengundang sambaran
predator. Bukan hanya karena jatuhnya yang smooth, gerakannya yang cantik,
tetapi juga warna dan kesesuainnya dengan ikan-ikan baitfish, tetapi juga
banyak hal lainnya seperti bunyi yang ditimbulkan ketika lure bergoyang di
dalam air.
Karakteristik slow
floating Widow maker juga sangat ideal dengan sungai-sungai arus deras yang
mana titik-titik point berikut strike zone nya biasanya tidak terlalu dalam dan
banyak struktur perlindungan/sarang ikan di sekitarnya. Ini memberi kita
keleluasaan ketika saat melempar ada kondisi tertentu sehingga kita tidak bisa
segera menggulung tali. Jadi lure tetap aman dan tidak meluncur cepat ke dasar
sungai yang kemungkinan besar akan berakibat pada sangkut. Meski terlambat sekalipun
dalam menggulung tali, kita masih bisa memaksimalkan waktu yang ada tanpa repot
mengatur perahu dan lain sebagainya akibat efek sangkut. Tipe Minnow jerkbait yang dimiliki oleh Widow
maker saya pahami dengan bahwa lure ini selain ideal untuk teknik memainkan
umpan secara mendasar (yakni gulung pelan dan atau cepat), juga cocok untuk
teknik memainkan umpan yang lebih agresif lainnya. Misalnya saja kombinasi
retrieve dan sentakan, fast retrieve dan sesekali sentakan dan sebagainya. Dan
memang demikian adanya. Ketika saya memakainya ditambah dengan derasnya arus sungai
yang ada, kombinasi memainkan lure yang kita kuasai seperti selalu bisa
dikonversi oleh lure menjadi gerakan-gerakan yang lincah tetapi tetap balanced.
Ini sangat menarik dan penting karena kita menjadi bisa memperluas chance strike yang kita harapkan. Karena
bagaimanapun kita sebagai manusia berada pada posisi menebak-nebak saja, tidak
tahu dengan pasti pada gerakan seperti apa ikan predator akan menyambar. Bisa
jadi kalau ikannya memang sedang lapar-laparnya, gerakan umpan yang woles pun sudah dihajarnya. Tetapi pada
waktu yang berbeda ketika ikan sudah kenyang, ataupun air sungai sedang dingin,
juga bukan pada timing mereka berburu mangsa, bisa jadi gerakan umpan yang
agresif yang akan disambar. Karena mungkin saja bagi predator lure kita
dianggap pecicilan (banyak tingkah),
tidak tahu sopan santun di wilayah ‘preman’. Siapa elo heee bisa seenaknya di
sekitar rumah gw? Hajaaar! Mungkin begitu kira-kira. Hehehe! Saat itu Widow
maker memuaskan saya karena mampu menampung segala teknik memainkan umpan yang
saya kuasai dengan hasil sambaran yang setimpal jumlahnya. Tidak semua lure
bisa kita perlakukan seperti ini, itulah kenapa sebabnya dari setiap pabrikan
lure apapaun, selalu saja ada yang kemudian kita anggap lure kategori “killer”
dan lure biasa saja.
Berikutnya adalah tentang daya selam yang dimiliki yakni
1-1,5 meter. Range kedalaman seperti ini memang sangat aman jika kita memancing
di upper river. Lure kita menjadi tidak mudah tersangkut di dasar sungai yang
kedalamannya berubah setiap saat sepanjang kita drifting tersebut, kita dan kru
juga tidak perlu sering-sering repot mengurus masalah ini (yang akibatnya bisa
mengacaukan suasana sekitarnya, yang repot kalau kejadiannya di dekat hot spot,
titik potensial menjadi rusak suasananya dan ikan menjadi spooky). Kelemahan range depth ini hanya satu, tidak bisa
memperluas chance sambaran kita dengan mengharapkan ikan-ikan yang waktu itu
posisinya jauh di dekat dasar sungai yang dalam. Misalnya saja ketika kedalaman
lokasi tiba-tiba berubah menjadi lebih dari 3 meter, kalau di sungai upper
river adanya di lubuk-lubuk besar yang justru disitulah konsentrasi ikan-ikan
berukuran lebih besar. Mau tidak mau kita harus mengganti lure kita dengan
kedalaman yang sesuai karena secara refleks kita tentu juga ingin mencoba
menggaet ikan-ikan yang ada di kedalaman lubuk tersebut. Dari semua kata-kata
berbusa saya di atas, misalkan saya memberi angka atas nilai dari Widow maker, meski saya sadar tidak
pantas melakukannya karena masih juga belajar mancing, menurut saya Widow maker
setidaknya mendapatkan nilai 8,1. Jika misalnya suatu hari nanti lure ini
kemudian mengalami keterbaruan seri misalnya, yang paling saya harapkan adalah
tentang kemampuannya mengeluarkan bunyi yang lebih keras ketika bergoyang di
dalam air, dan juga keberaniannya agar coating warna yang dimiliki lebih tegas,
tebal dan lebih banyak lagi warna baru. Karena bagaimanapun, meski Widow maker
putih keperakan transparan ini telah terbukti efektif, tentunya kita memerlukan
banyak sekali warna lainnya untuk solusi terhadap beragam karakter lokasi dan
kondisi yang ada di spot-spot mancing yang ada di negeri kita. Satu lagi
imaginasi saya adalah, Widow maker memiliki varian baru dengan berdasarkan
Widow maker yang ada saat ini tetapi mampu menyelam lebih dalam lagi, hingga
3,5 meter misalnya. Ini bisa membantu para pemancing seperti saya yang gila
ikan-ikan besar bergengsi dari perairan upper river seperti ikan mahseer.
Dengan kemampuan selam yang dimiliki sekarang, range depth yang dimiliki masih
cukup terbatas dan tidak bisa menjadi solusi ketika kedalaman sungai tiba-tiba
drop menjadi 3 meter atau lebih. Padahal di kedalaman yang lain tersebut justru
disanalah banyak berdiam trophy fish
yang banyak menjadi incaran para pemancing, contoh ikan mahseer. Memang 1-1,5
meter juga telah efektif, tetapi ini menurut saya hanya mampu menggaet
ikan-ikan predator yang memang sedang pada hunting
mode dengan berburu lebih dekat dengan permukaan air. Itulah kenapa ketika
saya menggunakan lure ini, dari 18 ekor landed
(ini rekor tertinggi saya di upper river dari jumlah landed dalam sehari),
semuanya adalah jenis hampala, yang memang saat berburu mangsa suka berada di
dekat permukaan air ataupun di perairan yang dangkal. Jika ikan-ikan predator
tersebut sedang pada posisi stand by di dasar-dasar sungai misalnya, konon sih
di situlah yang sizenya besar-besar, jika lure kita hanya menyelam 1-1,5 meter maka
kita tidak akan digubris. Well demikianlah bro, untuk seorang yang masih
belajar memancing, sepertinya saya terlalu banyak bicara. Salam wild fishing!
Dan jangan lupa bantu saya menyebarkan pesan STOP SETRUM, RACUN DAN BOM IKAN
yaaaa?! Hehehehe!
* Pictures mostly by Patricia Ranieta, Me & Wijayadi. Please don't use or reproduce (especially for commercial purposes) without my permission. Don't make money with my pictures without respect!!!
Comments
Ini baru kereeennn...
Lain lubuk, lain ikan, lain juga kesukaan orang.
Saya sangat terkesan akan gambaran artikel ini. Yg notabene saya sendiri entah kapan atau barangkali blm mampu menyambangi wilayah perairan diluar jawa. Bakal jadi "bekal" may be... (blm tentu bisa kesana)
Tapi bisa jadi saya "curi" hehehe... buat di aplikasi kan praktek di Sungai Progo Magelang, dengan target Hampala Macrolepidota pada umumnya maupun kita coba berburu Green Mahseer bahkan Red Mahseer spot tertentu Sungai Progo.
Sementara ini, saya lebih cenderung menggunakan lure jenis "Top Water", dengan pertimbangan lure nyangkut, atau dibawa masuk dasar / batuan, lebih kecil.
Ada sensasi "kejutan" yg dahsyat pada saat lure disambar di permukaan air... "Bluaaarrrr..!!!" yg spontan mengagetkan dan cukup kuat membuat spot jantung... bahkan sampai dengkul gemeteran...
"Wow... Sensasi yg Ruaaar Biasa..."
Thanks and Tight Line Bro Mike...
Good experience and Good Job.