Saya pernah beberapa kali pergi memancing ke pesisir timur
dan selatan Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebuah pulau penuh cerita yang
menurut banyak orang kini adalah destinasi wisata bahari yang semakin
digandrungi akibat semakin sesaknya Pulau Bali saat ini. Pulau Lombok menurut
beberapa orang masih memiliki banyak sekali pantai yang terbilang cukup perawan
sehingga cocok untuk para pecinta pantai yang sunyi dan masih asli. Memang
berkeliling Pulau Lombok terutama di pesisir timur dan selatan kita relatif
berhadapan dengan kesunyian, tetapi justru disinilah menariknya perjalanan kita.
Para pejalan yang mencintai keaslian sebuah lokasi yang relatif belum berubah dan
bising akan mendapatkan banyak ketenangan. Termasuk juga bagi para pemancing
yang ingin mendapatkan pengalaman lain ataupun menikmati suasana yang berbeda,
Pulau Lombok menurut saya masih bisa menjadi pilihan yang cukup menjanjikan
baik secara keseharian masyarakat, lanskap, dan juga ikan-ikan target.
Mungkin saya sedang rindu perairan pesisir selatan di Pulau
Lombok sehingga kemudian menuliskan catatan ini. Atau bisa jadi karena saya
ingin merayakan launching website
Batanta Lures yang kemarin malam saya luncurkan bersama Team Batanta. Yang
pasti, terkait Pulau Lombok banyak sekali sahabat disana yang masih begitu
rajin hingga hari ini menyapa saya menanyakan kapan akan mancing ke Pulau
Lombok lagi dan atau melakukan proyek dokumentasi lagi. Pertanyaan yang kini
cukup sulit saya jawab akibat banyaknya perubahan yang terjadi di kehidupan
saya tetapi tidak mereka ketahui. Saya menganggapnya bahwa kita tidak pernah
terlupakan dan selalu diharapkan kembali. Saya percaya semua selalu ada
masanya. Dan saya yakin akan segera kembali lagi ke Pulau Lombok menjalani
kisah yang selalu penuh warna bersama mereka mencari ikan-ikan predator yang
ada di laut mereka.
Saya akan memulai review pendek ini dari ujung timur Pulau
Lombok, tepatnya di sekitar Pantai Pink dan juga Tanjung Rengit. Ujung timur
Pulau Lombok jujur saja relatif jauh dari jalur lalu lintas utama transportasi
Pulau Lombok. Untuk menjangkau kedua titik tersebut kita harus menghabiskan
waktu dua hingga tiga jam. Ketika saya menjelajah daerah ini sekitar dua tahun
lalu, sekitar satu jam terakhir kondisi jalan cukup rusak sehingga terkadang
membuat kita was-was dengan kendaraan yang kita gunakan. Tetapi itu terutama
kalau kita datang ke kedua titik tersebut ketika musim hujan. Ketika musim
kemarau praktis tidak ada hambatan berarti karena tidak aka nada lubang jalan
yang siap menjebak kendaraan kita.
Secara pemandangan atau view, Pantai Pink dan Tanjung Rengit
memiliki pesona yang luar biasa. Kita bisa menikmati hamparan pasir berwarna
pink yang indah dan juga Pulau Sumbawa di kejauhan. Sisi barat setelah Tanjung
Rengir juga memiliki pesona yang mengaggumkan. Tebing-tebing terjal menjulang
khas pesisir selatan di Indonesia. Bagi pemancing popping kondisi seperti ini
selalu mengundang rasa pensaran yang tinggi sehingga kita begitu kerasan untuk
melempar dan memainkan umpan kita terus menerus. Meski jujur saja, sambaran
atau strike yang diharapkan tidak selalu sepadan dengan energy dan effort yang
kita keluarkan. Boleh dibilang ini adalah gejala over fishing saking banyaknya kapal besar yang beroperasi di areal
ini terutama ketika malam hari. Sebagaian konon ada yang mencari ikan dengan
cara-cara yang kurang ramah lingkungan. Ada kecewa memang saat itu ketika saya
meluangkan waktu sehari penuh menyisir tebing-tebing di barat Tanjung Rengit
tetapi tidak ada sambaran dari ikan Giant trevally monster yang saya harapkan.
Saya tidak ingin menyesalinya berkepanjangan dan kemudian mengarahkan
perjalanan menuju ke pesisir selatan Pulau Lombok, tepatnya di daerah Sekotong.
Sekitar satu setengah jam dari kota Mataram.
Jalanan menuju ke Sekotong dari Mataram sampai Lembar kini
sudah demikian mulusnya. Begitu juga dari Lembar hingga ke ujung timur daerah
ini, sebut saja misalnya Bangko-bangko. Sudah demikian bersahabat dengan
kendaraan roda empat meski lebar jalan tidak seberapa dan banyak sekali kelokan
tajam. Tetapi sebagai kawasan pesisir yang kini banyak diincar para wisatawan
dari luar negeri dan juga Indonesia sendiri, daerah Sekotong terlihat telah
mempersiapkan infratruktur yang cukup memadai. Sepanjang jalan juga banyak
terdapat penginapan baik besar maupun kecil. Saya juga melihat banyak sekali
warung makanan, meski bukan restoran. Dan yang menarik mulai banyak bermunculan
operator diving, snorkeling dan bahkan banyak bermunculan cottage pribadi di
sepanjang pantai dan pulau-pulau kecil (gili) yang ada di kawasan ini. Ada yang
pernah berkata kepada saya bahwa kawasan ini dikenal juga dengan nama Teluk
Sepi, tetapi menurut saya kini tidak demikian kondisinya. Sekotong dan
sekitarnya telah menggeliat siap menjadi destinasi baru wisatawan yang beberapa
diantaranya mulai memikirkan alternatif destinasi bahari yang berbeda.
Perairan di sekitar Teluk Sepi atau yang lebih dikenal umum
dengan nama Sekotong menurut saya merupakan fishing ground yang sangat lengkap.
Kita bisa dengan mudah menjumpai spot mancing yang berbeda di dalam satu
kawasan. Untuk teknik popping misalnya, di ujung timur Sekotong kita bisa
menemukan spot-spot tebing-tebing terjal dan juga tanjungan berarus di sekitar
Tanjung Gendang dan juga Bangko-bangko. Di bagian tengah perairan Sekotong kita
akan dihibur dengan banyakny apulau-pulau kecil (gili) yang sellau memiliki
reef-reef luas dengan drop off yang beragam. Jika kita beruntung, di reef-reef
yang seperti sunyi ini kita bisa mendapatkan kejutan utamanya ketika arus
sedang mengalir deras. Juga banyak sekali reef-reef tengah laut yang cukup
tersembunyi dan sepi dari keramaian para wisatawan yang menyukai snorkeling
atau diving. Di spot-spot seperti ini kita bisa sepuasnya memancing. Lautan
seperti menjadi milik kita sendiri sebab kapal mancing kita seperti tidak ada
pesaing sama sekali. Tetapi memang sekali lagi, kita harus pandai mengitung
arus pasang dan surut secara tepat. Pemahaman terkait musim angina dan juga
kalender bulan bisa membantu kita dalam mendapatkan hasil yang maksimal di
kawasan ini. Yang menarik lagi, one day trip yang kita gelar disini kita bisa
terpuaskan saking banyak dan beragamnya spot. Belum lagi bonus yang bertebaran
di sepanjang kawasan. Maksud saya, kalau kita lelah memancing, bisa dengan
mudah merapat ke pulau-pulau kecil (gili) nan indah berpasir putih yang bersih.
Sebagian gili ini masih kosong dan sebagaian lagi telah dikelola oleh berbagai
pihak menjadi pulau wisata yang masih sangat menawan karena relatif sepi dan
memiliki keaslian sebuah pulau kecil yang indah. Jadi, bagi saya pribadi, meski
terkadang hasil memancing tidak selalu seperti harapan, siapa yang bisa
memastikan sebuah hasil selain Yang Kuasa, kawasan selatan Pulau Lombok di
Sekotong ini selalu membuat saya rindu untuk kembali melemparkan popper Batanta
menggoda ikan-ikan Giant trevally yang ada di sana. Dan saking seringnya
menjelajah perairan laut di Pulau Lombok ini, tidak berlebihan kiranya jika
saya mengatakan bisa memandu para angler dari manapun untuk juga mengalami
sensasi mancing di wilayah ini. One life some big fish!(Michael Risdianto)
* Pictures captured by various person Pulau Sumbawa, West Nusa Tenggara and Pulau Sumba, East Nusa Tenggara. Please don't use or reproduce (especially for commercial purposes) without my/our permission. Don't make money with my/our pictures without respect!!! Logo Batanta Lures dilindungi oleh undang-undang. Copyright to Michael Risdianto.
Comments