Dear all, sesungguhnya saya telah kembali dari Aceh sejak beberapa hari lalu. Tepatnya sejak 24/02/2009. Ingin segera kembali menuliskan sesuatu di blog ini namun entahlah, saya terlalu lelah. Namun tugas utama saya untuk segera mengabarkan hasil ekspedisi saya bersama kawan-kawan pemancing dari Surabaya, Bali, dan Tuban serta dua kru Trans 7 itu tidak saya lupakan. Bahkan sejak masih di Aceh saya telah melakukannya. Silahkan klik Bayu dan Tim Bertubi Tubi Pancing Blue Marlin 150 kg Dengan Metal Jig di Aceh dan Ekspedisi Aceh Part 2: Parade GT Torpedo di MancingOnline.Com. Namun seperti biasa, kisah lengkap yang disertai foto-foto eksklusif hanya akan Anda temukan di Majalah Mancing. Saya percaya Anda semua maklum.
Intinya perairan sekitar Pulau Weh, seperti sudah saya ungkapkan di Majalah Mancing edisi Februari 2009, adalah destinasi mancing yang memang sangat layak untuk Anda datangi. Semua teknik bisa dilakukan di perairan sana. Saya tidak mengatakan bahwa setiap melemparkan popper maka Anda akan strike GT 40 kg. Atau setiap Anda menurunkan metal jig pasti disambar dogtooth tuna 50 kg. Tetapi saya bisa menjamin bahwa fishing trip Anda kesana pasti akan sangat berkesan. Saya telah membuktikannya. Pemancing-pemancing lain sudah membuktikannya. Hanya daya eksplorasi, penguasaan teknik, kejelian menganalisa kondisi di lapangan, kearifan Anda pada kondisi-kondisi lokal di daerah, serta keuletan Anda sendiri lah yang membuat apakah Anda akan sukses atau tidak saat memancing di pulau indah ini. Dua kali sudah saya berada di sana. Dan jika ditotal hampir 20 hari sudah saya habiskan di perairan Pulau Weh, jadi saya bicara bukan dari hasil surfing data di internet.
Desa kecil bernama Iboih kini tidak hanya ramai oleh divers. Namun juga oleh kehadiran pemancing dari berbagai penjuru tanah air. Belum banyak memang fishing trip kesana namun dari hari ke hari terlihat bahwa semakin banyak mata pemancing terbuka bahwa ujung barat negeri ini juga memiliki potensi mancing yang tak kalah hebatnya dengan ujung timur seperti Sumba dan Papua. Jika semua energi positif ini bersinergi dengan harmonis maka penggandaan wajah Iboih selain sebagai divers village menjadi sportfishing village adalah keniscayaan. Namun jika ada duri tajam menghadangnya, seperti misalnya pihak-pihak tertentu yang hanya mementingkan keuntungan besar untuk diri sendiri dalam waktu singkat, maka hasrat surga kecil bernama Iboih untuk berkembang lebih luas akan terhambat. Maka doaku untukmu Iboih semoga kamu bisa melalui semua rintangan dengan tenang dan tangguh. Aku akan membantumu semampuku.
Untuk diri sendiri saya tidak berharap apa-apa. Cukuplah bagi saya suatu saat jika saya mendapatkan kesempatan kembali lagi ke Iboih, saya tidak lagi melihat satu buah kapal mancing di dermaga desa melainkan selusin kapal. Lalu seorang remaja bernama Dian menghidangkan kopi Aceh panas kepada saya. Dan kemudian dia akan tersipu saat ayahnya bernama Jafar yang sudah mulai tua menceritakan bahwa “Foto ayah dengan ikan besar itu Om Item inilah dulu yang memotretnya.”
Intinya perairan sekitar Pulau Weh, seperti sudah saya ungkapkan di Majalah Mancing edisi Februari 2009, adalah destinasi mancing yang memang sangat layak untuk Anda datangi. Semua teknik bisa dilakukan di perairan sana. Saya tidak mengatakan bahwa setiap melemparkan popper maka Anda akan strike GT 40 kg. Atau setiap Anda menurunkan metal jig pasti disambar dogtooth tuna 50 kg. Tetapi saya bisa menjamin bahwa fishing trip Anda kesana pasti akan sangat berkesan. Saya telah membuktikannya. Pemancing-pemancing lain sudah membuktikannya. Hanya daya eksplorasi, penguasaan teknik, kejelian menganalisa kondisi di lapangan, kearifan Anda pada kondisi-kondisi lokal di daerah, serta keuletan Anda sendiri lah yang membuat apakah Anda akan sukses atau tidak saat memancing di pulau indah ini. Dua kali sudah saya berada di sana. Dan jika ditotal hampir 20 hari sudah saya habiskan di perairan Pulau Weh, jadi saya bicara bukan dari hasil surfing data di internet.
Desa kecil bernama Iboih kini tidak hanya ramai oleh divers. Namun juga oleh kehadiran pemancing dari berbagai penjuru tanah air. Belum banyak memang fishing trip kesana namun dari hari ke hari terlihat bahwa semakin banyak mata pemancing terbuka bahwa ujung barat negeri ini juga memiliki potensi mancing yang tak kalah hebatnya dengan ujung timur seperti Sumba dan Papua. Jika semua energi positif ini bersinergi dengan harmonis maka penggandaan wajah Iboih selain sebagai divers village menjadi sportfishing village adalah keniscayaan. Namun jika ada duri tajam menghadangnya, seperti misalnya pihak-pihak tertentu yang hanya mementingkan keuntungan besar untuk diri sendiri dalam waktu singkat, maka hasrat surga kecil bernama Iboih untuk berkembang lebih luas akan terhambat. Maka doaku untukmu Iboih semoga kamu bisa melalui semua rintangan dengan tenang dan tangguh. Aku akan membantumu semampuku.
Untuk diri sendiri saya tidak berharap apa-apa. Cukuplah bagi saya suatu saat jika saya mendapatkan kesempatan kembali lagi ke Iboih, saya tidak lagi melihat satu buah kapal mancing di dermaga desa melainkan selusin kapal. Lalu seorang remaja bernama Dian menghidangkan kopi Aceh panas kepada saya. Dan kemudian dia akan tersipu saat ayahnya bernama Jafar yang sudah mulai tua menceritakan bahwa “Foto ayah dengan ikan besar itu Om Item inilah dulu yang memotretnya.”
Comments
Sukses terus buat bung Michael dengan majalahnya mancingnya...asyik banget bisa mancing di laut...pengalaman yang tak semua orang bisa dapatkan.
Blog ini memberikan wawasan yang luas buat saya, yang sangat awam dengan dunia mancing...
Sekali lagi sukses dan tetap semangat....
Rahmat
keep blogging..
Salam