Kata jermal pernah sangat popular gara-gara sebuah film yang berjudul sama yang menceritakan eksploitasi anak-anak di bawah umur yang dipekerjakan di ‘neraka’ di tengah laut itu. Tetapi kata “jermal” bisa berarti macam-macam, tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Bagi penikmat kuliner kata “jermal” tentunya sangat populer karena dari tempat inilah teri medan yang terkenal itu dapat dinikmati dimana-mana. Nah bagi pemancing jermal juga memiliki makna tersendiri yaitu sebagai spot mancing yang menantang! Pemancing-pemancing Medan menjadikan jermal sebagai fishing ground yang sangat menarik dan full adrenalin rush!!
Jermal di daerah Sumatra Utara terbuat dari kayu-kayu besar dan memiliki skema serta struktur konstruksi yang sangat kokoh. Dibangun dengan proyeksi penggunaan puluhan tahun ke depan. Jermal agak berbeda dengan bagan tancap yang mungkin pernah kita lihat di Kepulauan Seribu atau Ujung Kulon misalnya dimana bagan tersebut dibuat dari bambu-bambu yang diikat satu sama lain. Jermal lebih kekar dan kuat dan mampu bertahan lama.
Jermal dibangun dengan pola konstruksi yang telah dipikirkan secara matang. Secara garis besar jermal membentuk huruf “V” dimana di ujung atau di dasar “V” diletakkan rumah jermal sekaligus jarring-jaring dan alat-alat penarik. Sementara di dua ‘antena’ V dilesakkan patok-patok kayu beragam ukuran. Huruf V ini pada akhirnya membentuk sebuah pola arus dan juga pola jebakan untuk ikan-ikan yang tertarik bermain di sana. Ikan-ikan akan tergiring ke dasar V dan saat malam karena godaan lampu maka ikan-ikan itu akan sangat mudah dijaring. Hanya ikan-ikan kecil terutama teri yang menjadi target jermal-jermal tersebut.
Ada ikan kecil, biasanya ada ikan besar. Dan pemancing-pemancing Medan telah membuktikan bahwa banyak ikan GT yang bermain di sekitar jermal-jermal tersebut. Dan ini telah menjadikan jermal sebagai sebuah medan pertarungan yang menarik antara pemancing popping dengan ikan-ikan GT yang berkumpul di sekitar jermal karena mengikuti ikan-ikan teri tersebut. Namun karakter “jermal fishing ground” ini agak berbeda dengan karakter spot popping yang berbentuk batu karang atau batu mandi di tengah laut misalnya. Di spot batu karang dan atau batu mandi, ikan GT berada di sana karena bersarang atau tinggal di wilayah itu. Di jermal ikan GT berada di sana hanya dalam rangka berburu makanan saja, tidak tinggal menetap karena memang tidak punya KTP jermal. Haha! Sehingga popping di jermal hanya akan efektif pada jam-jam tertentu saat ikan-ikan GT itu sedang feeding frenzy saja dan ini biasanya pagi hari atau sore hari, itupun berlangsung dalam waktu yang sebentar (1-2 jam saja). Agar efektif, popping di jermal harus dilakukan pada saat feeding frenzy tersebut.
Popping di jermal memiliki kesulitan tersendiri.
Bagi yang belum terbiasa akan kesulitan bermain disini. Pertama, kita tidak bisa menggunakan kapal mancing yang besar karena akan kesulitan manuver. Kedua, akurasi lemparan kita harus sangat tinggi karena titik-titik lemparan kita adalah sekitar tonggak-tonggak kayu (disanalah GT berada menunggu ikan-ikan teri), jika kita tidak bisa melempar secara akurat maka popper akan tersangkut di tiang-tiang jermal.Ketiga, kekuatan lemparan juga harus diatur, jika tidak popper bisa melewati tiang-tiang jermal dan saat kita tarik melah tersangkut di tiang-tiang itu karena arus. Keempat, ini yang sangat penting, drag reel kita harus disetel pada posisi mati jika ingin berhasil!
Drag mati? Bukankah ini tidak umum dalam teknik popping karena bisa membuat tali putus dan atau joran kita patah?! Ini mau tidak mau memang harus dilakukan. Di jermal, jika drag tidak disetel pada posisi mati maka ikan-ikan GT akan terus-terusan menjadi pemenang karena saat menarik popper kita ikan-ikan predator bertenaga kuat itu akan langsung berlari ke sela-sela kayu yang telah ditumbuhi oleh kerang-kerang yang cangkangnya sangat tajam tersebut. Dan ini berarti tali kita pasti akan putus. Pasti! Maka jika drag kita tidak mati maka tidak satu ekor ikan pun bisa kita angkat ke kapal. Pertarungan dengan posisi drag mati memang menjadi “hardcore”, benar-benar adu betot dan berlangsung cepat serta heboh. Tidak “slow motion” seperti saat kita popping di spot karang dangkal atau di dekat-dekat batu mandi.
Kira-kira begitulah cara mancing popping di jermal. Mengenai kekuatan tackle popping, tackle kisaran PE6-PE8 kiranya yang paling cocok digunakan disini. Jika Anda berkesempatan pergi ke Medan, jangan hanya fokus ‘popping’ duren saja, silahkan dicoba popping di jermal. Lebih menarik daripada ‘popping darat’. Hehe! Salam strike!
Foto #1: Suasana senja saat kami mancing di jermal di Pantai Cermin, Medan (01/10/2009).
Comments