Kali Pertama Biasanya Nervous: Short Report/Review Nusantara Fishing Tournament Piala Bupati Kutai Timur 2009
Hiruk-pikuk Nusantara Fishing Tournament Piala Bupati Kutai Timur 2009 (NFT 2009) yang digelar di Sangatta (ibukota kabupaten Kutai Timur) pada tanggal 19-20 Desember 2009 itu telah lama usai. Peserta yang juara mungkin masih tersenyum bahagia di rumah masing-masing karena keberhasilannya mengalahkan peserta yang lain. Peserta yang tidak juara mungkin banyak yang tiba-tiba menderita darah tinggi (hehehehe) mendadak. Panitia yang menyelenggarakan mungkin juga telah usai melakukan evaluasi. Awak media yang datang meliput turnamen ini mungkin juga telah kembali ke pangkalan masing-masing untuk menyelesaikan tugasnya ‘melaporkan’ kepada pubik jalannya turnamen tersebut. Pemda dan atau DKP Kutai Timur yang menjadi ‘sponsor’ turnamen ini mungkin juga telah selesai melakukan rapat panjang mengevaluasi turnamen yang baru pertama kali digelar di bumi Kutai Timur ini sambil harap-harap cemas apakah turnamen ini mampu mempromosikan daerah atau tidak.
Banyak yang tersisa, entah itu baik ataupun kurang baik. Pastinya banyak kekurangan karena ini adalah turnamen pertama. Tetapi secara pribadi saya menyatakan salut untuk Pemkab Kutai Timur yang melalui DKP-nya telah memiliki niat luhur dengan menyelenggarakan turnamen ini, semoga potensi bahari di Kutai Timur semakin dikenal masyarakat luas. Juga saya ingin menyampaikan selamat kepada rekan-rekan BFC (Borneo Fishing Club) Balikpapan yang telah berhasil menyelenggarakan turnamen ini dengan sukses. Kekurangan selalu ada, dan itu wajar. Maju terus, jangan terlalu dipikirkan omongan miring yang banyak muncul dari orang-orang berpikiran dangkal usai turnamen kemarin, kami tunggu gelaran turnamen di tahun mendatang! Oke bosss?!
Wacana akan digelarnya NFT 2009 telah saya dengar dari kawan-kawan BFC ketika saya melintas Balikpapan dalam perjalanan dari Makassar menuju Tanjung Redeb, Berau pada akhir Oktober 2009 lalu. Dan sesuai janji yang terucap saat itu, maka kami pun (saya, Bayu Noer, dan Gilang – 2nd tim Mancing Mania Trans 7) akhirnya hadir di Sangatta sebagai wujud silaturahmi kami kepada komunitas mancing di Kalimantan Timur khususnya di Sangatta dan sebagai bentuk dukungan kepada Pemkab Kutai Timur yang telah berbaik hati menggelar turnamen mancing untuk mempromosikan potensi baharinya. Hal yang harus dsyukuri karena tidak banyak Pemkab di negeri ini yang rela merogoh kocek untuk menggelar turnamen mancing seperti ini.
Dan akhirnya, bersama para pemancing Kalimantan Timur, hari itu (19-20 Desember 2009) kami berkumpul bersama di Dermaga KPC (Kaltim Prima Coal) di Sangatta untuk memulai turnamen. Turnamen yang berlangsung meriah sejak hari pertama. Jumlah tim yang mengikuti turnamen ini mungkin hanya 44 tim (tiap tim 5 orang) saja, jumlah yang sangat banyak sebenarnya untuk sebuah turnamen saltwater. Tetapi karena antusiasme publik Sangatta yang luar biasa, turnamen mancing ini telah menjelma layaknya konser band papan atas yang dihadiri ribuan massa. Menakjubkan sekali! Singkat cerita, turnamen satu setengah hari ini berjalan lancar meski ada gangguan cuaca pada akhir hari pertama. Tim yang saya ikuti sendiri kurang sukses karena gagal mendapatkan yellowfin tuna kebo, tetapi untungnya masih sukses merebut juara satu dan juara dua kategori yellowfin tuna.
Turnamen ini terbagi dalam banyak kategori, yakni: Kategori Jackpot (billfish up 100.1 kg – hadiahnya satu mobil avanza), Kategori Ikan Terberat, Kategori Billfish, Kategori GT, Kategori Kakap/Snapper, Tenggiri, Barakuda, Tuna, Kerapu dan Kategori Campuran. Hampir semua kategori terisi juaranya, meski sebagian tidak penuh terisi. Ini menunjukkan bahwa potensi bahari di Sangatta cukup potensial sebagai destinasi sportfishing. Yang paling ‘ramai’ adalah pada kategori tenggiri, dan GT. Banyak sekali peserta menimbang ikan untuk kategori ini. Lalu berikutnya yang juga cukup ‘ramai’ adalah kategori snapper, barakuda dan kerapu. Kategori Billfish yang kosong karena hanya satu ikan marlin yang berhasil naik pada turnamen ini. Karena ikan black marlin seberat 48 kg itu sudah diikutkan pada kategori ikan terberat, maka dia tidak mungkin diikutkan lagi pada kategori billfish sehingga kategori billfish kosong pemenang.
Saya tidak akan memasang semua nama pemenang di sini karena jumlahnya banyak sekali. Pusing bos! Hehehe. Tetapi yang lebih ingin saya soroti adalah keberagaman ikan dan berat yang ditimbang. Ikan yang berhasil naik sangat beragam, dapat dikatakan semua spesies yang dipertandingkan. Tetapi memang berat ikannya ada yang jujur saja tidak seberapa. Saat briefing turnamen saya mendengar bahwa berat minimal ikan yang bisa ditimbang adalah 5 kg, tetapi di rekapitulasi juara saya melihat ada ikan dengan berat 3 kg saja. Mungkin karena ada bargain pada saat briefing yang tidak saya dengar sehingga berat minimal ikan yang bisa ditimbang berubah. Tetapi overall, melihat keragaman spesies yang ditimbang dan berat ikannya saya cukup terkesan. Untuk ikan tenggiri misalnya, banyak peserta yang menimbang ikan tenggiri dengan berat up 9 kg. Untuk ikan GT lebih seru lagi, banyak peserta yang menimbang ikan up 15 kg. Kerapu pun, ada yang beratnya 23 kg! Sangatta berbicara melalui fakta, ini adalah fishing ground yang harus diperhitungkan.
Berbicara kekurangan, untuk turnamen yang baru pertama digelar, pasti ada. Jangankan turnamen pertama, di berbagai daerah lain saja turnamen yang kesekian kali terkadang masih ada kekurangannya juga. Wajar, justru jika tidak ada kekurangannya sama sekali tidak aka nada pembelajaran pada turnamen berikutnya. Tetapi secara pribadi saya agak menyayangkan karena ikan hiu dan pari dimasukkan pada kategori campuran. Hal yang kurang popular ini biasanya tidak dilakukan di turnamen lain. Karena kedua spesies ini tidak termasuk sebagai game fishes dan dilindungi oleh undang-undang karena terancam punah. Badan konservasi PBB setahu saya juga memasukkan hewan ini dalam Apendix II yang artinya harus dilindungi karena terancam punah. Di aturan turnamen lain di negeri ini hal ini juga terkadang terjadi, jadi ini bukan kali pertama. Hanya saja sialnya, di Sangatta kemarin ada peserta yang menaikkan hiu paus (whale shark) seberat up 200 kg yang dan akhirnya memenangkan kategori campuran. Karena terlalu ‘mencolok’ mata, whale shark raksasa ini pun ‘terbang’ ke berbagai penjuru negeri ini melalui serat-serat optik dan menjadi perbincangan luas di berbagai komunitas mancing. Alih-alih membuat turnamen ini mendatangkan simpati, akhirnya malah banyak dicerca gara-gara whale shark ini.
Tetapi rasa salut saya tetap lebih besar dibandingkan gundah saya. Semoga di even mendatang Sangatta semakin baik lagi dalam menggelar turnamen mancing sehingga potensi baharinya bisa terpromosikan secara maksimal. Hal-hal seperi whale shark up 200 kg itu kalau bisa tidak terjadi lagi karena hal itu menyedihkan sekali dan bertentangan dengan semangat go green yang melanda seluruh dunia, termasuk melanda komunitas mancing negeri ini. Untuk kawan-kawan BFC, kita sama-sama membaca kontroversi kasus whale shark ini di dunia maya. Semoga menjadi pembelajaran kita bersama. Mereka bisa berbicara apa saja bos, tetapi saya lebih salut kepada Anda semua yang telah mau bersusah-payah menggelar turnamen ini dibandingkan dengan mereka yang hanya bisa berbicara, itupun dengan nama dan id samaran pula. Jadi mari kita bertemu lagi tahun depan dalam sebuah turnamen yang lebih baik dan lebih meriah lagi. Oke bossss?! Salam strike!
* Image #1: Gambar sampul buku aturan turnamen.
* Foto #1 dan #2: Tim Banjar FT Balikpapan dan Tim Guntung Mania. Tak terbantah, turnamen menyatukan berbagai klub/komunitas mancing dalam silaturahmi yang meriah.
* Foto #3 dan #4: Tim Bukit Pelangi Juara Satu Kategori Tenggiri dan Kategori GT.
* Foto #5: Tim Dewandaru Balikpapan Juara Ikan Terberat dengan black marlin 48 kg.
* Foto #6 dan #7: Tim Banjar FT Juara 2 Ikan Terberat dengan Kerapu 23 kg. Dan Tim Scouts Fisher Juara 3 Ikan Terberat dengan GT 18 kg.
* Foto #8: Whale shark up 200 kg yang mengundang kontroversi. Foto by Welie Berau.
* All pics except Foto #8 diambil dari file dokumentasi masing-masing peserta.
Banyak yang tersisa, entah itu baik ataupun kurang baik. Pastinya banyak kekurangan karena ini adalah turnamen pertama. Tetapi secara pribadi saya menyatakan salut untuk Pemkab Kutai Timur yang melalui DKP-nya telah memiliki niat luhur dengan menyelenggarakan turnamen ini, semoga potensi bahari di Kutai Timur semakin dikenal masyarakat luas. Juga saya ingin menyampaikan selamat kepada rekan-rekan BFC (Borneo Fishing Club) Balikpapan yang telah berhasil menyelenggarakan turnamen ini dengan sukses. Kekurangan selalu ada, dan itu wajar. Maju terus, jangan terlalu dipikirkan omongan miring yang banyak muncul dari orang-orang berpikiran dangkal usai turnamen kemarin, kami tunggu gelaran turnamen di tahun mendatang! Oke bosss?!
Wacana akan digelarnya NFT 2009 telah saya dengar dari kawan-kawan BFC ketika saya melintas Balikpapan dalam perjalanan dari Makassar menuju Tanjung Redeb, Berau pada akhir Oktober 2009 lalu. Dan sesuai janji yang terucap saat itu, maka kami pun (saya, Bayu Noer, dan Gilang – 2nd tim Mancing Mania Trans 7) akhirnya hadir di Sangatta sebagai wujud silaturahmi kami kepada komunitas mancing di Kalimantan Timur khususnya di Sangatta dan sebagai bentuk dukungan kepada Pemkab Kutai Timur yang telah berbaik hati menggelar turnamen mancing untuk mempromosikan potensi baharinya. Hal yang harus dsyukuri karena tidak banyak Pemkab di negeri ini yang rela merogoh kocek untuk menggelar turnamen mancing seperti ini.
Dan akhirnya, bersama para pemancing Kalimantan Timur, hari itu (19-20 Desember 2009) kami berkumpul bersama di Dermaga KPC (Kaltim Prima Coal) di Sangatta untuk memulai turnamen. Turnamen yang berlangsung meriah sejak hari pertama. Jumlah tim yang mengikuti turnamen ini mungkin hanya 44 tim (tiap tim 5 orang) saja, jumlah yang sangat banyak sebenarnya untuk sebuah turnamen saltwater. Tetapi karena antusiasme publik Sangatta yang luar biasa, turnamen mancing ini telah menjelma layaknya konser band papan atas yang dihadiri ribuan massa. Menakjubkan sekali! Singkat cerita, turnamen satu setengah hari ini berjalan lancar meski ada gangguan cuaca pada akhir hari pertama. Tim yang saya ikuti sendiri kurang sukses karena gagal mendapatkan yellowfin tuna kebo, tetapi untungnya masih sukses merebut juara satu dan juara dua kategori yellowfin tuna.
Turnamen ini terbagi dalam banyak kategori, yakni: Kategori Jackpot (billfish up 100.1 kg – hadiahnya satu mobil avanza), Kategori Ikan Terberat, Kategori Billfish, Kategori GT, Kategori Kakap/Snapper, Tenggiri, Barakuda, Tuna, Kerapu dan Kategori Campuran. Hampir semua kategori terisi juaranya, meski sebagian tidak penuh terisi. Ini menunjukkan bahwa potensi bahari di Sangatta cukup potensial sebagai destinasi sportfishing. Yang paling ‘ramai’ adalah pada kategori tenggiri, dan GT. Banyak sekali peserta menimbang ikan untuk kategori ini. Lalu berikutnya yang juga cukup ‘ramai’ adalah kategori snapper, barakuda dan kerapu. Kategori Billfish yang kosong karena hanya satu ikan marlin yang berhasil naik pada turnamen ini. Karena ikan black marlin seberat 48 kg itu sudah diikutkan pada kategori ikan terberat, maka dia tidak mungkin diikutkan lagi pada kategori billfish sehingga kategori billfish kosong pemenang.
Saya tidak akan memasang semua nama pemenang di sini karena jumlahnya banyak sekali. Pusing bos! Hehehe. Tetapi yang lebih ingin saya soroti adalah keberagaman ikan dan berat yang ditimbang. Ikan yang berhasil naik sangat beragam, dapat dikatakan semua spesies yang dipertandingkan. Tetapi memang berat ikannya ada yang jujur saja tidak seberapa. Saat briefing turnamen saya mendengar bahwa berat minimal ikan yang bisa ditimbang adalah 5 kg, tetapi di rekapitulasi juara saya melihat ada ikan dengan berat 3 kg saja. Mungkin karena ada bargain pada saat briefing yang tidak saya dengar sehingga berat minimal ikan yang bisa ditimbang berubah. Tetapi overall, melihat keragaman spesies yang ditimbang dan berat ikannya saya cukup terkesan. Untuk ikan tenggiri misalnya, banyak peserta yang menimbang ikan tenggiri dengan berat up 9 kg. Untuk ikan GT lebih seru lagi, banyak peserta yang menimbang ikan up 15 kg. Kerapu pun, ada yang beratnya 23 kg! Sangatta berbicara melalui fakta, ini adalah fishing ground yang harus diperhitungkan.
Berbicara kekurangan, untuk turnamen yang baru pertama digelar, pasti ada. Jangankan turnamen pertama, di berbagai daerah lain saja turnamen yang kesekian kali terkadang masih ada kekurangannya juga. Wajar, justru jika tidak ada kekurangannya sama sekali tidak aka nada pembelajaran pada turnamen berikutnya. Tetapi secara pribadi saya agak menyayangkan karena ikan hiu dan pari dimasukkan pada kategori campuran. Hal yang kurang popular ini biasanya tidak dilakukan di turnamen lain. Karena kedua spesies ini tidak termasuk sebagai game fishes dan dilindungi oleh undang-undang karena terancam punah. Badan konservasi PBB setahu saya juga memasukkan hewan ini dalam Apendix II yang artinya harus dilindungi karena terancam punah. Di aturan turnamen lain di negeri ini hal ini juga terkadang terjadi, jadi ini bukan kali pertama. Hanya saja sialnya, di Sangatta kemarin ada peserta yang menaikkan hiu paus (whale shark) seberat up 200 kg yang dan akhirnya memenangkan kategori campuran. Karena terlalu ‘mencolok’ mata, whale shark raksasa ini pun ‘terbang’ ke berbagai penjuru negeri ini melalui serat-serat optik dan menjadi perbincangan luas di berbagai komunitas mancing. Alih-alih membuat turnamen ini mendatangkan simpati, akhirnya malah banyak dicerca gara-gara whale shark ini.
Tetapi rasa salut saya tetap lebih besar dibandingkan gundah saya. Semoga di even mendatang Sangatta semakin baik lagi dalam menggelar turnamen mancing sehingga potensi baharinya bisa terpromosikan secara maksimal. Hal-hal seperi whale shark up 200 kg itu kalau bisa tidak terjadi lagi karena hal itu menyedihkan sekali dan bertentangan dengan semangat go green yang melanda seluruh dunia, termasuk melanda komunitas mancing negeri ini. Untuk kawan-kawan BFC, kita sama-sama membaca kontroversi kasus whale shark ini di dunia maya. Semoga menjadi pembelajaran kita bersama. Mereka bisa berbicara apa saja bos, tetapi saya lebih salut kepada Anda semua yang telah mau bersusah-payah menggelar turnamen ini dibandingkan dengan mereka yang hanya bisa berbicara, itupun dengan nama dan id samaran pula. Jadi mari kita bertemu lagi tahun depan dalam sebuah turnamen yang lebih baik dan lebih meriah lagi. Oke bossss?! Salam strike!
* Image #1: Gambar sampul buku aturan turnamen.
* Foto #1 dan #2: Tim Banjar FT Balikpapan dan Tim Guntung Mania. Tak terbantah, turnamen menyatukan berbagai klub/komunitas mancing dalam silaturahmi yang meriah.
* Foto #3 dan #4: Tim Bukit Pelangi Juara Satu Kategori Tenggiri dan Kategori GT.
* Foto #5: Tim Dewandaru Balikpapan Juara Ikan Terberat dengan black marlin 48 kg.
* Foto #6 dan #7: Tim Banjar FT Juara 2 Ikan Terberat dengan Kerapu 23 kg. Dan Tim Scouts Fisher Juara 3 Ikan Terberat dengan GT 18 kg.
* Foto #8: Whale shark up 200 kg yang mengundang kontroversi. Foto by Welie Berau.
* All pics except Foto #8 diambil dari file dokumentasi masing-masing peserta.
Comments