Umur manusia siapa yang tahu selain Dia? Beristirahatlah yang tenang
kawan. Semoga Tuhan memberikan tempat terbaik untukmu di sisi-Nya di
surga.Terimakasih atas segala suka dan duka selama Desember 2008 s/d
Februari 2009 di Pulau Weh yang kita cintai bersama.
Tak pernah terbayang di benak saya, pagi tadi saat membuka handset saya dan memeriksa beberapa email penting yang masuk, seorang kawan di Malaysia, Simon Tan, editor salah satu majalah mancing Rod and Line mengirimkan pesan ke saya bahwa Kapten Jafar passed away this morning. Dia yang orang jauh yang malah lebih tahu duluan karena beberapa waktu sebelumnya dia bercerita ke saya dia ingin mancing bersama beberapa angler Malaysia ke Pulau Rondo, Aceh. Yaitu pulau terluar di Aceh yang telah berada di dekat perbatasan perairan dengan Nikobar. Dan saya menyarankan kepadanya (nama kawan saya itu Simon Tan) agar berkoordinasi dengan Jafar karena memang hanya Jafar-lah satu-satunya kapten kapal di Pulau Weh, Aceh yang familiar dengan perairan di lepas pantai Pulau Weh tersebut.
Saya pun segera menelepon ke nomer Jafar yang masih ada pada saya dan diangkat oleh istrinya. Confirmed; Kapten Jafar passed away karena sakit di bagian kepala dan perut! Saya tidak mampu berkata-kata banyak dengan seorang wanita yang mengangkat telepon saya di seberang sana selain menyampaikan duka cita terdalam saya untuk keluarga yang ditinggalkan. Hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk Jafar semoga mendapatkan tempat terbaik di surga di samping-Nya. Usai menutup telepon, kilasan-kilasan kenangan bersama Jafar kembali menyeruak begitu dekat dan nyata. Pada tahun 2008 bulan Desember saya diundang oleh Jarwo, seorang anggota Kopaskhas yang bertugas di Pulau Weh, untuk datang dengan misi "mempromosikan potensi mancing di Pulau Weh" ke seluruh dunia. Dan meski dengan modal apa-adanya, maklum dulu Majalah Mancing (Indonesia Sportfishing Magazine) juga tidak kuat-kuat amat dana-nya, kami pun berusaha sekuat tenaga mengeksplore Pulau Weh, Pulau Rondo (21 mil dari KM Nol di Pulau Weh), Batu 13 (Pulau Brueh) dan bahkan hingga ke Pantee Utara yang jaraknya hampir 70 mil laut dari Pulau Weh ke arah perairan Nikobar.
Berniat hanya akan stay sekitar 1 minggu saja di Pulau Weh, saya tiba-tiba sudah tinggal sebulan di sana dan report mancing yang "dahsyat" saya luncurkan ke Jakarta untuk dipublikasikan. Beberapa kesan pribadi juga saya tuliskan di blog saya ini dan telah mendapatkan respon yang luar biasa dari banyak sekali angler di Indonesia, Malaysia, Singapura dan lain sebagainya. Hasilnya waktu itu tiba-tiba para saltwater angler di kawasan Asia Tenggara seperti dilanda "demam Aceh". Trip ke Pulau Weh dan sekitarnya pun membanjir. Jafar tenang karena kapalnya laku keras. Jarwo pun senang karena misinya terlaksana. Dan Pulau Weh dan sekitarnya pun menjadi begitu diminati oleh para pemancing di Indonesia. Misi tercapai. Trip saya ke Pulau Weh dan sekitarnya kemudian berlanjut pada bulan Februari 2009 selama sekitar sebulan lamanya. Bersama beberapa kawan dari FCAK banda Aceh, kemudian berlanjut dengan pemancing-pemancing "gila" Surabaya (Rudi Hadikesuma dan Wahyu Tamaela), dan tentunya bersama rekan-rekan Mancing Mania Trans|7 (Bayu Noer Rachman). Hasilnya makin luar biasa saja karena golongan pemancing yang masuk kategori pro yang melakukan trip. Puluhan GT monster berhasil kami dapatkan (salah satu yang terbesar up 45 kilogram) yang didapatkan oleh Pak Rudi Hadikesuma. Dan yang paling menghebohkan dunia adalah black marlin 150 kilogram yang anehnya hooked on metal jig dan didapatkan oleh Bayu Noer Rachman. Intinya, LUAR BIASA!!! Potensi mancing di Pulau Weh dan sekitarnya pun begitu populer di jagat sportfishing Asia.
Dan di antara gempita dan kepopuleran Aceh kini sebagai destinasi mancing di Asia Tenggara, sejujurnya, ada dua nama yang harus diakui sebagai "pembuka pintu" bagi dunia untuk mengenal potensi mancing di Pulau Weh yaitu Jarwo sang Kopaskhas, dan kemudian Jafar (Kapten Kapal KM Dian Sabang). Sedihnya keduanya telah berpulang! Jarwo berpulang setahun lalu di Pulau Simeuleu, Aceh Selatan. Saya tidak mampu ikut mengantarkan keduanya ke peristirahatan terakhir mereka karena masalah jarak yang terlalu jauh. Hanya doa. Untuk kalian berdua kawan tak ada lain yang ingin kuucapkan dan kupanjatkan sebagai doa selain REST IN PEACE!!! Sampai jumpa di fishing ground terbaik di surga!!!
* I took Jafar photo above on my expedition with Rudi Hadikesuma and Bayu Noer Rachman (Mancing Mania Trans|7) during February-March 2009. During at that time, I'm work as reporter-writer-photographer for Majalah Mancing (Indonesia Sportfishing Magazine). Jafar smile after we caught black marlin 300 lbs at Pulau Rondo.
* Please don’t use or reproduce (especially for commercial purposes) picture without our permission. Especially if you are tackle shop, please don’t only make money from our pics without respect!!!
Comments
R.I.P