Waktu malam, di beberapa ruas jalan kota Tegal, Jawa Tengah kita dapat dengan jelas bertemu dengan lampu warna-warni yang membentuk tulisan Tegal Laka Laka (Tegal Tidak Ada Duanya). Kepercayaan diri kota bahari di pantura ini memang demikian kuat mengingat mereka memang benar-benar memiliki potensi yang mungkin hanya dimiliki oleh mereka sendiri. Untuk bidang sportfishing kita mengenal Tegal sebagai kotanya kakap putih (barramundi). Ikan petarung yang sangat prestisius yang suka hidup di perairan payau seperti muara sungai. Kakap putih di sungai dan muara di sekitar kota ini memang sangat banyak. Dari yang ukuran di bawah 1 kg sampai 27 kg. Maka tak heran jika hampir seluruh pemancing Tegal pasti menekuni teknik mancing kakap putih ini lebih dahulu sebelum mereka beranjak ke teknik (atau wilayah) mancing yang lain.
Orang Tegal bilang kita belum menjadi pemancing kalau belum pernah (dan atau bisa) memancing kakap putih. Tetapi Tegal tidak hanya memiliki kakap putih. Mereka juga memiliki spot saltwater yang luar biasa hebat meski secara size ikan tidak besar yakni Karang Jeruk yang letaknya sekitar 3 mil di Utara kota. Jika menggunakan perahu bermesin dongfeng dari dermaga Muara Reja spot ini bisa dicapai dalam waktu tidak lebih dari 45 menit. Karang Jeruk adalah karang dangkal yang kedalamannya sekitar 8-10 meter. Ikan yang banyak dijumpai di sini adalah talang-talang (queenfish), kuwe gerong (giant trevally) dan barakuda (barracuda) dan tenggiri (mackarel). tetapi yang palin banyak dan dapat dijumpai hampir setiap hari adalah talang-talang dan giant trevally. Seperti saat saya menengok reef ini minggu lalu. Semua ikan yang menyambar artificial lure kami adalah talang-talang atau kuwe gerong. Memang size-nya tidak besar. Di bawah 5 kg semua. Tetapi strike yang terjadi sangat banyak. Bisa 50 strike lebih dalam setengah hari. Bayangkan... Hanya dalam waktu setengah hari sebuah tim mancing bisa mendapatkan 50 strike lebih!!! Taruhlah rata-rata per angler bisa mendapatkan 15 strike dalam setengah hari. MANTAP bukan?!
Artificial lure yang laku di sini adalah spoon, kemudian popper, lalu stickbait atau pencil dan terutama sekali tentunya livebait macam belanak dan atau udang. Tantangannya memancing di Tegal adalah perahu-perahu kayu yang bisa dipakai semuanya memiliki filosofi "maju tak gentar" alias tidak bisa mundur karena mesinnya tidak memiliki gearbox. Perahu-perahu yang ada pun tidak dalam kondisi prima karena merupakan perahu nelayan yang biasanya sudah lama dipakai melaut dan kondisinya meski mungkin baik-baik saja selalu terlihat kumuh. Kelebihannya trip di Tegal biayanya sangat murah. Masih banyak lagi kelebihan Tegal sebagai destinasi mancing Anda. Tunggu liputan lengkapnya di Majalah Mancing edisi Agustus 2008 ya. Hehehehe
* Foto: Popper saya disambar baby GT di spot Karang Jeruk, Tegal (Photo oleh Ponco Suharyanto)
Orang Tegal bilang kita belum menjadi pemancing kalau belum pernah (dan atau bisa) memancing kakap putih. Tetapi Tegal tidak hanya memiliki kakap putih. Mereka juga memiliki spot saltwater yang luar biasa hebat meski secara size ikan tidak besar yakni Karang Jeruk yang letaknya sekitar 3 mil di Utara kota. Jika menggunakan perahu bermesin dongfeng dari dermaga Muara Reja spot ini bisa dicapai dalam waktu tidak lebih dari 45 menit. Karang Jeruk adalah karang dangkal yang kedalamannya sekitar 8-10 meter. Ikan yang banyak dijumpai di sini adalah talang-talang (queenfish), kuwe gerong (giant trevally) dan barakuda (barracuda) dan tenggiri (mackarel). tetapi yang palin banyak dan dapat dijumpai hampir setiap hari adalah talang-talang dan giant trevally. Seperti saat saya menengok reef ini minggu lalu. Semua ikan yang menyambar artificial lure kami adalah talang-talang atau kuwe gerong. Memang size-nya tidak besar. Di bawah 5 kg semua. Tetapi strike yang terjadi sangat banyak. Bisa 50 strike lebih dalam setengah hari. Bayangkan... Hanya dalam waktu setengah hari sebuah tim mancing bisa mendapatkan 50 strike lebih!!! Taruhlah rata-rata per angler bisa mendapatkan 15 strike dalam setengah hari. MANTAP bukan?!
Artificial lure yang laku di sini adalah spoon, kemudian popper, lalu stickbait atau pencil dan terutama sekali tentunya livebait macam belanak dan atau udang. Tantangannya memancing di Tegal adalah perahu-perahu kayu yang bisa dipakai semuanya memiliki filosofi "maju tak gentar" alias tidak bisa mundur karena mesinnya tidak memiliki gearbox. Perahu-perahu yang ada pun tidak dalam kondisi prima karena merupakan perahu nelayan yang biasanya sudah lama dipakai melaut dan kondisinya meski mungkin baik-baik saja selalu terlihat kumuh. Kelebihannya trip di Tegal biayanya sangat murah. Masih banyak lagi kelebihan Tegal sebagai destinasi mancing Anda. Tunggu liputan lengkapnya di Majalah Mancing edisi Agustus 2008 ya. Hehehehe
* Foto: Popper saya disambar baby GT di spot Karang Jeruk, Tegal (Photo oleh Ponco Suharyanto)
Comments