Tumpahan Minyak Mentah Montara PTTEP Australasia Berimbas Pada Game Fishes di Perairan Kabupaten Rote Ndao
Pada 21 Agustus 2009, ladang minyak Montara PTTEP Australasia meledak, dan membanjirlah minyak mentah dan partikel lainnya sebanyak 500.000 liter per hari ke Laut Timor, perairan yang disebut oleh dunia internasional sebagai salah satu lautan yang paling kaya dengan keragaman biota laut. Kabarnya, berbagai usaha menhentikan kebocoran minyak ini masih belum mendapatkan hasil memuaskan hingga hari ini. Laporan di berbagai media dalam dan luar negeri serta beberapa LSM internasional menyatakan dengan jelas bahwa akibatnya sangat fatal untuk biota laut di Laut Timor. Dan bahkan efek itu terus terjadi sampai sekarang. Nelayan di Kabupaten Rote Ndao misalnya saat ini mengaku sulit sekali mendapatkan ikan. Petani rumput laut juga menjerit karena budidaya rumput yang menjadi sandaran hidup mereka juga ikut hancur. Anda bisa mendapatkan keterangan lebih lengkap dan bervariasi mengenai ledakan ladang minyak Montara ini di Google, silahkan ketik “Montara oil spill + Timor Sea” maka Anda akan terperangah. Sebuah link menarik yang sangat lengkap misalnya Tumpahan Minyak Montara Cemari Laut Timor, Merugikan Nelayan. Atau link foto-foto ledakan Montara misalnya Montara (West Atlas) Blowout and Oil Spill, Western Australia, August 2009 dan Marine life affected by Timor Sea oil spill yang dipublikasikan oleh Guardian.
Selama hampir seminggu, 19-25 Maret 2010 lalu saya kebetulan berada di perairan Rote Ndao. Selama di sana saya dan bos saya (Mas Dudit Widodo) bersama para pemancing dari Kupang kami memancing dengan teknik popping dan jigging mengelilingi seluruh penjuru; Nuse, Do’o, Dana, dan Aliana. Target sangat jelas, game fishes (baca: ikan-ikan pancingan yang biasa diburu para sportfisherman) dengan size monster, size up 30 kg! Karena memang selama ini perairan ini adalah surga bagi para pemancing popping dan jigging karena dihuni oleh banyak sekali ikan berukuran monster. Bukti tak terbantah misalnya pada turnamen mancing NTT Grand Prix Fishing Tournament beberapa bulan lalu yang hasilnya begitu luar biasa itu. Tetapi apa daya, hasil kami selama 5 hari penuh menjelajahi spot-spot terbaik di perairan ini kemarin hanyalah rasa lelah karena kami “dihajar” oleh popper dan metal jig! Hasil ada, tetapi jauh sekali dari harapan. Padahal selama ini trip mancing ke perairan ini tidak pernah mengecewakan para sportfisherman! Kami pun gundah!
Kegagalan sebuah trip mancing memang bisa disebabkan oleh banyak faktor. Pertama, mungkin karena kami yang datang tidak tepat waktu. Arus tidak bersahabat misalnya, terlalu kencang untuk jigging, atau terlalu lemah untuk popping. Tetapi kemarin itu segalanya ideal. Metal jig 250 gram sudah bisa menyentuh dasar. Dan arus juga sangat bagus untuk popping. Kedua, mungkin karena spot memancing yang meleset atau salah. Tetapi untuk yang ini tidak mungkin sekali karena ‘pemimpin’ kami, Mas Dudit Widodo telah hafal betul tempat ini. Dan kami juga sempat membawa beberapa pawang terbaik dari desa sekitar Nembrala dan Oeseli untuk memandu kami mencari spot-spot lain yang selama ini tidak kami ketahui, hasilnya tetap saja, nol! Sebab lainnya mungkin karena kami yang tidak bisa memancing alias tidak pandai membaca situasi di lapangan. Kalau yang terakhir ini, bukan saya mengklaim saya bisa memancing dengan baik, tetapi saya mengesampingkannya.
Hingga kemarin saat kami masih berada di Nembrala, warga kampung yang membudidayakan rumput laut dan juga nelayan-nelayan yang bertemu dengan kami semua mengatakan bahwa efek Montara masih terasa hingga hari ini. Rumput laut sulit berkembang dan akhirnya tumbuh dengan tidak baik, dan ikan-ikan pancingan yang selama ini melimpah seperti musnah ditelan lautan. Kami bukan ahli kelautan dan juga perikanan. Tetapi jika menilik pada kerusakan rumput laut akibat minyak Montara, bisa jadi plankton-plankton yang ada di seluruh Laut Timor hingga di pesisir Kabupaten Rote Ndao juga terkena imbas minyak Montara ini. Kesimpulan serampangan saya, jika plankton rusak, maka tentunya akan sangat mengganggu rantai makanan biota lautnya. Dan ini sangat mungkin mengganggu ikan-ikan besar. Bisa jadi ikan-ikan besar eksodus besar-besaran ke perairan lain? Atau mereka menjadi malas sekali makan karena ‘sakit perut’ misalnya? Seperti sedang bercanda ya saya? Tetapi ini serius, semua sangat mungkin terjadi akibat minyak Aussie sialan ini. Mas Dudit Widodo berpendapat, selain hal tersebut di atas, bisa jadi ikan-ikan besar terganggu penglihatannya karena minyak mentah dan partikel lainnya yang tercampur di air laut. Sehingga praktis ikan-ikan besar sangat sulit melihat artificial lure kami yang telah kami usahakan bergerak ‘se-erotis’ mungkin?
Kami gundah karena gagal. Tetapi kegundahan terdalam, bagi saya pribadi, adalah karena akibat Montara yang harus dipikul oleh rakyat kecil di Kabupaten Rote Ndao dan di pesisir NTT lainnya, Pulau Sabu misalnya. Australia menikmati minyaknya, kita menerima limbah dan akibat lainnya. Lalu apa yang dilakukan oleh pemerintah kita melihat sampah Montara mengotori Laut Timor dan membuat rakyat kita menderita? Hingga hari ini, tidak ada kabar menggembirakan yang dilakukan mereka! Selalu begitu!
* Foto #1: Foto saat Montara Platform meledak. Foto diambil dari GotMercury.Org. Foto oleh Annabelle Sandes/Kimberley Whale Watching/WWF.
* Foto #2: Minyak mentah dan partikel lain yang menyatu dan mengapung di permukaan air. Foto diambil dari Guardian.Co.Uk.
* Foto #3: Image persebaran minyak mentah dan partikel lain pada tanggal 21 Oktober 2009 seperti dilansir oleh SkyTruth di Flickr.Com. Foto #4: Peta Rote Ndao dari Google.
* Foto #4-#6: Wajah Pulau Aliana, salah satu sarang monster di Rote Ndao. Tetapi kemarin sunyi sepi seperti kuburan. Pictures taken by Me.
* Foto # ; Rumput laut hasil petani yang sedikit. #8; Salah satu hambatan di Rote tepatnya di Nembrala adalah ketiadaan dermaga. #9; GT kecil yang kami dapat. # 10; Hehehehe...
Selama hampir seminggu, 19-25 Maret 2010 lalu saya kebetulan berada di perairan Rote Ndao. Selama di sana saya dan bos saya (Mas Dudit Widodo) bersama para pemancing dari Kupang kami memancing dengan teknik popping dan jigging mengelilingi seluruh penjuru; Nuse, Do’o, Dana, dan Aliana. Target sangat jelas, game fishes (baca: ikan-ikan pancingan yang biasa diburu para sportfisherman) dengan size monster, size up 30 kg! Karena memang selama ini perairan ini adalah surga bagi para pemancing popping dan jigging karena dihuni oleh banyak sekali ikan berukuran monster. Bukti tak terbantah misalnya pada turnamen mancing NTT Grand Prix Fishing Tournament beberapa bulan lalu yang hasilnya begitu luar biasa itu. Tetapi apa daya, hasil kami selama 5 hari penuh menjelajahi spot-spot terbaik di perairan ini kemarin hanyalah rasa lelah karena kami “dihajar” oleh popper dan metal jig! Hasil ada, tetapi jauh sekali dari harapan. Padahal selama ini trip mancing ke perairan ini tidak pernah mengecewakan para sportfisherman! Kami pun gundah!
Kegagalan sebuah trip mancing memang bisa disebabkan oleh banyak faktor. Pertama, mungkin karena kami yang datang tidak tepat waktu. Arus tidak bersahabat misalnya, terlalu kencang untuk jigging, atau terlalu lemah untuk popping. Tetapi kemarin itu segalanya ideal. Metal jig 250 gram sudah bisa menyentuh dasar. Dan arus juga sangat bagus untuk popping. Kedua, mungkin karena spot memancing yang meleset atau salah. Tetapi untuk yang ini tidak mungkin sekali karena ‘pemimpin’ kami, Mas Dudit Widodo telah hafal betul tempat ini. Dan kami juga sempat membawa beberapa pawang terbaik dari desa sekitar Nembrala dan Oeseli untuk memandu kami mencari spot-spot lain yang selama ini tidak kami ketahui, hasilnya tetap saja, nol! Sebab lainnya mungkin karena kami yang tidak bisa memancing alias tidak pandai membaca situasi di lapangan. Kalau yang terakhir ini, bukan saya mengklaim saya bisa memancing dengan baik, tetapi saya mengesampingkannya.
Hingga kemarin saat kami masih berada di Nembrala, warga kampung yang membudidayakan rumput laut dan juga nelayan-nelayan yang bertemu dengan kami semua mengatakan bahwa efek Montara masih terasa hingga hari ini. Rumput laut sulit berkembang dan akhirnya tumbuh dengan tidak baik, dan ikan-ikan pancingan yang selama ini melimpah seperti musnah ditelan lautan. Kami bukan ahli kelautan dan juga perikanan. Tetapi jika menilik pada kerusakan rumput laut akibat minyak Montara, bisa jadi plankton-plankton yang ada di seluruh Laut Timor hingga di pesisir Kabupaten Rote Ndao juga terkena imbas minyak Montara ini. Kesimpulan serampangan saya, jika plankton rusak, maka tentunya akan sangat mengganggu rantai makanan biota lautnya. Dan ini sangat mungkin mengganggu ikan-ikan besar. Bisa jadi ikan-ikan besar eksodus besar-besaran ke perairan lain? Atau mereka menjadi malas sekali makan karena ‘sakit perut’ misalnya? Seperti sedang bercanda ya saya? Tetapi ini serius, semua sangat mungkin terjadi akibat minyak Aussie sialan ini. Mas Dudit Widodo berpendapat, selain hal tersebut di atas, bisa jadi ikan-ikan besar terganggu penglihatannya karena minyak mentah dan partikel lainnya yang tercampur di air laut. Sehingga praktis ikan-ikan besar sangat sulit melihat artificial lure kami yang telah kami usahakan bergerak ‘se-erotis’ mungkin?
Kami gundah karena gagal. Tetapi kegundahan terdalam, bagi saya pribadi, adalah karena akibat Montara yang harus dipikul oleh rakyat kecil di Kabupaten Rote Ndao dan di pesisir NTT lainnya, Pulau Sabu misalnya. Australia menikmati minyaknya, kita menerima limbah dan akibat lainnya. Lalu apa yang dilakukan oleh pemerintah kita melihat sampah Montara mengotori Laut Timor dan membuat rakyat kita menderita? Hingga hari ini, tidak ada kabar menggembirakan yang dilakukan mereka! Selalu begitu!
* Foto #1: Foto saat Montara Platform meledak. Foto diambil dari GotMercury.Org. Foto oleh Annabelle Sandes/Kimberley Whale Watching/WWF.
* Foto #2: Minyak mentah dan partikel lain yang menyatu dan mengapung di permukaan air. Foto diambil dari Guardian.Co.Uk.
* Foto #3: Image persebaran minyak mentah dan partikel lain pada tanggal 21 Oktober 2009 seperti dilansir oleh SkyTruth di Flickr.Com. Foto #4: Peta Rote Ndao dari Google.
* Foto #4-#6: Wajah Pulau Aliana, salah satu sarang monster di Rote Ndao. Tetapi kemarin sunyi sepi seperti kuburan. Pictures taken by Me.
* Foto # ; Rumput laut hasil petani yang sedikit. #8; Salah satu hambatan di Rote tepatnya di Nembrala adalah ketiadaan dermaga. #9; GT kecil yang kami dapat. # 10; Hehehehe...
Comments
Salam, sonny sukada
Saya bisa dihubungi di s.sukada@gmail.com 0811197944 Pin BB 22BE6F36
Terima kasih