Ketika 'coretan' ini mulai dibuat, Mentawai baru saja kembali dilanda tsunami, sudah 100 orang dilaporkan tewas (dan dipastikan angka ini akan terus bertaambah) dan 500 orang lebih sudah dilaporkan hilang. Tak terhitung harta benda dan infrastruktur yang rusak. Gunung Merapi di Jawa Tengah tadi sore mulai batuk dan mulai ‘muntah-muntah’, Mbah Maridjan (juru kunci Merapi masih dicari-cari Tim SAR karena diduga tertimbun 'wedhus gembel' yang 'menyerbu' desanya) dan belum ada laporan korban jiwa hingga malam ini. Jakarta masih super macet dan disana-sini tergenang banjir sisa ‘horror’ banjir 9 jam kemarin. Namun meski terus didera musibah, korupsi di negeri ini tetap merajalela, dan manipulasi terhadap kekuasaan terus berlangsung di negeri ini. Semoga Tuhan memberi kekuatan kepada semua rakyat yang terkena musibah. Semoga Tuhan melaknat orang-orang biadab di ‘atas’ sana yang tak juga insaf.
Telah lama berlalu usai trip mancing ke Cianjur kembali kami lakukan. Namun trip sederhana ke kota kecil di Jawa Barat ini tak segera mendapat tempat di blog sederhana ini karena berbagai hal. Sakit tiba-tiba mendera membuat ‘pelaporan’ trip ini menjadi tersendat karena saya harus bergulat dengan fisik yang tiba-tiba terjun bebas ke titik rendah licin dan berbahaya. Namun puji Tuhan kini semua hampir kembali normal. Tuhan telah kembali memberi saya kekuatan untuk kembali bekerja dan kembali menulis. Mancing ke Cianjur adalah mancing dengan harapan penuh pada ikan-ikan kecil. Hal yang tak semua pemancing bisa terima. Di sini kita memang tidak bisa berharap menangkap ikan air tawar berukuran besar. Meski sebenarnya mungkin saja terjadi, namun tingkat kemungkinannya sangat tipis mengingat sama seperti daerah lain di Pulau Jawa, perairan tawar di Cianjur juga telah mengalami tekanan lingkungan yang hebat sejak lama.
Telah beberapa kali kami datang ke Cianjur, terutama ke waduk ataupun danau air tawar di daerah ini, namun semuanya selalu terasa berbeda dan istimewa sehingga kami selalu merasa sangat nyaman. Mungkin karena di Cianjur kita selalu bertemu dengan wajah-wajah ramah yang begitu gembira dengan kehadiran kami. Dalam trip kali ini, kami mencoba untuk memperkaya nuansa mancing yang kami dapatkan di daerah ini. Sungai Cisokan menjadi destinasi pertama dengan target ikan-ikan lalawak dan keting (ikan Gerang). Lokasi kedua adalah sungai kecil di Desa Cipeuyeum dengan target ikan beunteur (paray/wader/lunjar), udang air tawar dan ikan betok. Sedangkan lokasi terakhir adalah Jangari dengan target ikan-ikan nila.
Patin-patin Sungai Cisokan
Sungai Cisokan adalah anak Sungai Citarum. Banyak yang salah menyebutnya dengan Sungai Citarum saking besarnya. Letaknya di daerah Ciranjang, 20 menit dari kota Cianjur. Sungai Citarum sebenarnya juga tak jauh letaknya dari sini, namun kondisinya berbeda. Jika Citarum sangat lebar namun sepi, Sungai Cisokan sempit namun lebih ramai dengan aktivitas para pemancing, penjaring ikan, dan warga yang bepergian menggunakan perahu dan rakit bambu. Sungai ini selain terhubung dengan Citarum juga terhubung dengan Waduk Cirata, lokasi budidaya ikan air tawar terbesar di Jawa Barat, sehingga tak heran di Sungai Cisokan para penjaring ikan sering berpesta ikan-ikan berukuran monster terutama untuk spesies ikan patin. Darimana asal ikan ini selain dari keramba-keramba ikan yang bocor di Waduk Cirata?
Namun target utama kami kemarin itu bukanlah ikan-ikan patin yang ‘kabur’ dari keramba itu. Target utama kami di Sungai Cisokan justru ikan-ikan mungil namun menantang ketekunan dan teknik mancing kita, yakni ikan lalawak dan ikan keting (gerang). Ikan lalawak adalah spesies yang merupakan ‘sepupu’ ikan tawes namun ukurannya lebih kecil lagi. Ikan keting sebenarnya tidak menantang sama sekali karena ikan ini sebenarnya sangat mudah dipancing. Umpan yang kami gunakan dalah umpan yang disebut kleper. Binatang ini hidup di busa-busa sampah yang terendam air (kami mengorder busa sampah ini dari Jangari), dan bentuknya seperti binatang orong-orong. Orong-orong adalah binatang yang kerjanya mem-buldoser tanah untuk sarangnya. Agak sulit menjelaskannya apalagi saya juga lupa memotretnya.
Dengan semangat tinggi pantang menyerah hujan mendera deras sekalipun tak menghalangi niat kami di Sungai Cisokan. Memang tak mudah untuk berpesta strike di sini. Hingga lewat tengah hari kami hanya berhasil strike beberapa ikan keting, satu ekor lalawak, dan satu ekor ikan beunteur paray (wader pari atau lunjar pari). Satu-satunya kegemparan selama beberapa jam di sungai ini hanya satu hal, yakni saat Kang Asep, rekan mancing terbaik kami di Cianjur, berhasil mendapat strike dari seekor ikan patin (Pangasius hypothalamus) jumbo saat dia iseng mancing dengan umpan geleng (campuran daging tuna yang diawetkan, makanan anak-anak chiki, dan kuning telur bebek). Strike ikan patin ini benar-benar di luar perhitungan kami. Andai kami tahu bahwa banyak ikan patin besar di sini, tentunya kami akan membawa piranti spinning dan umpan untuk ikan-ikan patin, dan bukannya membawa full set piranti tradisional super light tackle untuk ikan-ikan seukuran jari tangan. Sebelum pulang kami juga disuguhi tontonan ‘edan’ saat dua orang warga Cianjur yang pulang dari menjaring ikan, membawa 3 ekor patin berukuran monster hasil menjaring ikan di salah satu badan sungai. Andai saja dari semula kami tahu bahwa di sini banyak ikan patin jumbo seperti ini, tentu foto-foto yang akan saya pajang disini bukanlah ikan-ikan berukuran liliput!
Betok Tak Dapat, Beunteur dan Udang Pun Jadi
Hari berikutnya kami pindah spot menuju ke sebuah sungai kecil di Desa Cipeuyeum, masih di daerah Ciranjang juga. Niatnya mencari ikan betok (bethik/pepuyu/climbing gouramy atau Anabas testudineus) dan atau ikan beunteur (ikan family Cyprinidae), udang sungai dan atau ikan apa saja yang mungkin bisa dipancing dengan piranti tradisional. Umpan geleng kembali menjadi andalan kami selama di sini. Kami sebenarnya mencoba menghindari ikan-ikan beunteur, karena ikan-ikan ini pernah kami pancingi di Desa Cibiuk beberapa waktu lalu, dan juga pernah ditayangkan di Mancing Mania Trans 7. Namun rupanya ikan-ikan betok yang menjadi alternatif utama kami sudah susah didapatkan di daerah ini. Akhirnya ikan beunteur kembali menjadi sasaran utama kami. Hasilnya hingga makan siang tak kurang dari 40-an ekor ikan berhasil kami pancing. Juga beberapa udang air tawar seukuran jari.
Kami bahkan juga mendapat ikan jeler (Nemacheilus spiniferus) yang telah mulai langka. Dan anehnya, meski akhirnya kami kembali mancing ikan-ikan beunteur, kegembiraan tak juga pergi dari sekitar kami karena sepanjang hari kami dikerubuti rombongan fans yang luar biasa banyak jumlahnya (anak-anak kecil), dan juga karena nasi liwet dan sambal pedas khas Cianjur menyambut kami di ujung acara mancing ini. Sungguh, saya belum pernah merasakan nasi liwet seenak di Cianjur ini! Apalagi ditambah dengan ikan beunteur yang digoreng garing!
Memburu Strike di Pinggir Keramba Jangari
Keeseokan harinya kami langsung tancap gas ke Jangari. Sebenarnya ini adalah sebuah desa di dalam ‘kompleks’ Waduk Cirata. Jangari adalah lokasi budidaya ikan-ikan air tawar terbesar di Jawa Barat. Dari lokasi inilah ikan-ikan air tawar hasil budidaya para petani ikan kemudian disebarkan ke berbagai daerah di Jawa Barat dan Jakarta. Jadi usah bingung lagi memikirkan dari mana ikan-ikan air tawar yang ada di meja makan Anda berasal, hampir dapat dipastikan itu berasal dari Jangari. Kami kembali membawa joran-joran tradisional khas Cianjur yang disebut jeujeur itu. Namun kali ini bukan jenis super light tackle seperti untuk ikan beunteur. Jeujeur yang kami bawa kali ini lebih kaku dan pendek khusus untuk ikan nila (Oreochromis niloticus). Tetapi jangan salah, kami tidak sedang ingin mancing di dalam keramba. Apalagi kami juga tak punya keramba ikan disini? Haha! Kami akan mancing di sekitar keramba, namun umpan dijatuhkan di luar keramba. Jadi tetap mancing di perairan umum. Di Jangari banyak sekali ikan-ikan budidaya yang lolos ke perairan umum. Nah, ikan-ikan yang lolos dari keramba ikan inilah yang akan kami pancing. Jenisnya beragam, ada ikan nila, ikan mas, dan bahkan ikan patin juga dapat kita jumpai. Namun kami akan fokus pada satu spesies saja yakni ikan nila. Oleh karenanya umpan yang kami bawa dari Cianjur hanyalah lumut (jukut) saja. Umpan paling ampuh untuk ikan nila.
Keramba yang kami tumpangi untuk mancing ikan nila ini adalah keramba ikan milik Kama, rekan Kang Asep kawan kami. Kang Asep telah kenal dekat dengan Kama, sehingga kami dapat leluasa numpang di pinggiran keramba miliknya untuk mancing. Kami lalu menyebar di titik-titik paling potensial dengan masing-masing membawa satu baskom atau satu ember lumut plus beberapa piranti mancing. Untuk ikan nila, mata pancing yang kita gunakan biasanya yang berukuran nomor 4 dengan tali 4 pounds. Jeujeur yang kami gunakan tak ada kelasnya, namun kira-kira ukurannya 6-10 pounds (maksimal). Karena jujur saja ini adalah mancing ngomset, cari lauk pauk, kadang satu orang pemancing bisa membawa 10 joran sekaligus dan dipasang berjejer di lokasinya. Saya hanya membawa satu joran saja dan hasilnya juga tak buruk karena berhasil strike 7 ekor ikan nila! Padahal ini adalah trip mancing ikan nila pertama saya ke Jangari.
Namun strike tak datang begitu saja, dengan teknik tertentu, ikan-ikan nila harus kita undang dahulu ke spot kita dengan cara memercikkan air berkali-kali atau mengguyur tepian keramba dengan air. Ini adalah tipuan seakan-akan lokasi itu sedang ditebari makanan. Dan biasanya, cara ini sangat efektif mendatangkan ikan-ikan nila berkumpul di titik lokasi kita. Tandanya cukup dengan mengamati gelembung-gelembung air yang mendekat ke sekitar kita. Dan memang cara ini cukup efektif. Hingga senja tak kurang dari 50 ekor ikan nila dan ikan mas kami dapatkan! Lebih dari cukup untuk sebuah acara mancing nebeng di keramba orang?!
Dan karena semua menggunakan joran-joran lentur khas Cianjur. Setiap strike ikan nila, apalagi jika ukuran ikannya setelapak tangan, sensasi strikenya sudah seperti menarik ikan-ikan monster di laut dalam. Mendebarkan dan heboh. Ternyata kegembiraan dan kepuasan mancing bisa kita dapatkan dimana saja. Dari trip berbiaya puluhan juta per hari ke pelosok negeri yang jauh, atau dari trip mancing nebeng di keramba orang seperti di Cianjur ini. Salam!
* Most pictures by me. Don’t use or reproduce (especially for commercial purposes) without our permission. Especially if you are tackle shop, please don’t only make money from our pics without respect!!! Foto 0: Kang Asep dan Galih memikul ikan-ikan patin perolehan untuk dibawa pulang. Karena dijepret dengan kamera hp, foto kurang bagus tetapi semoga mewakili kekagetan kami dengan tangkapan 'monster' di Sungai Cisokan ini. Foto 1-4: Sungai Cisokan dipotret dari atas. Perahu dan rakit yang akan kami gunakan. Rakit kemudian diseret dengan perahu menuju spot mancing. Foto 5: Hasil ikan patin di Sungai Cisokan. Foto 6: Ikan lalawak bentuknya seperti ini, foto dari koleksi Yan Yan FM (Cirebon). Foto 7: Ikan paray yang kami dapat di Cisokan. Foto 8-9: Ikan-ikan patin perolehan kami di Cisokan. Mantab bukan?! Foto 10: Umpan geleng (campuran kuning telur bebek, chiki, dan potongan daging tuna/tongkol). Foto 11: Joran khas Cianjur (jeujeur). Foto 12: Ikan beunteur di Desa Cipeuyeum. Foto 13: Ikan jeler (sili/tilan/tiluk/arelot). Foto 14: Bunteur goreng yang ‘nendang’ abis rasanya! Foto 14: Suasana di Jangari, perahu-perahu sewaan ditamba di tepi waduk. Foto 15-16: Berangkat menuju spot mancing. Foto 17-19: Piranti khas Cianjur (jeujeur) dan umpan lumut berikut cara masang lumut di mata pancing. Foto 20-21: Ikan nila hitam dan nila merah perolehan saya. Foto 22: Mas Dudit Widodo dan para fans. Hehehehe!
Comments
Salam strike.
SmS Menyebalkan