Catatan Seorang Yang Hanya Terkadang Memancing: Apakah Popper Yang Baik Itu Harus Selalu Tegak Lurus?
Saat ini di depan saya, berjarak lima belas meter dari laptop butut ini, dan sekitar setengah meter dari tempat saya duduk, “menggeletak” dengan santainya sebuah popper kayu mahoni yang dibuat oleh seorang rekan saya di workshop beberapa waktu lalu. Berat popper tersebut adalah 140 gram, cukup berat dan kurang populer di Indonesia karena di negeri ini yang banyak diminati adalah popper dengan berat antara 60 hingga 100 gram. Popper ini memiliki warna pink. Warna yang dulu tidak populer sama sekali ketika saya dan tim saya mempublikasikannya tetapi saat ini tiba-tiba menjadi “booming”. Yang tentunya kemudian warna ini banyak dipakai oleh pihak lain. No problem! Saya hanya berpikir, kemana saja mereka selama ini? Bukannya mereka selama ini adalah para pemain lama? Mata popper ini juga biasa saja, putih pada lingkaran luar, dan hitam bulat pada bagian dalamnya. Warna popper ini termasuk warna yang sangat sangat sederhana namun “menuai” kesuksesan besar di pasaran dan merupakan popper paling klasik dalam daftar produk Hime Lure. Saya sendiri pernah membuktikan dengan tangan saya sendiri di Pulau Sumba, NTT, ikan Giant trevally (GT) terbesar yang pernah saya pancing berhasil saya dapatkan dengan popper jenis ini, meski saat itu saya menggunakan yang berwarna hitam. Berat ikan GT yang saya pancing pada November tahun lalu tersebut adalah 38 kg, dan uniknya saya dapatkan hanya di sela-sela waktu luang sebagai “pemain cadangan” kameraman, karena kameraman utama kami saat itu tidak bisa ikut akibat keterbatasan jumlah kru, sementara trip untuk tim kami sangat-sangat padat.
Popper kayu ini saya bawa beberapa waktu terakhir ini kemanapun saya pergi, karena saya terusik dan kemudian menjadi gelisah, oleh sebuah pertanyaan sederhana tentang popping, yang mungkin juga dilontarkan iseng saja oleh seorang yang tidak saya kenal di internet, yang bertanya kepada saya yang kira-kira bunyinya seperti ini,”Saya ingin membeli popper buatan tim bapak, tetapi apakah popper buatan bapak tegak lurus di dalam air?” Pertanyaan yang cukup cerdas meski saya tahu dia bertanya seperti itu karena kebanyakan “nongkrong” di forum-forum mancing yang kebanyakan membahas hal-hal yang terlalu luas itu, yang dipenuhi oleh para “suhu” mancing yang merasa bahwa “opini” adalah “teori”. Saya mohon maaf atas pandangan skeptis saya, ya saya menyadari bahwa banyak hal baik yang dibicarakan dan dibagi disana tentang ilmu mancing dan lain sebagainya, tetapi kita juga harus jujur, atas nama “kebersamaan” dan “keharmonisan” terkadang hal-hal yang tidak dan kurang tepat dibiarkan tetap menjadi salah dan kurang tepat. Ada standar ganda yang terkadang menjadi manipulatif disana. Hal yang kurang tepat bisa dibiarkan saja, misalnya trip “buta” yang mengangkat puluhan ikan GT ke darat di suatu spot secara besar-besaran, hanya karena dilakukan oleh anggota forum, maka didiamkan saja tanpa kritik yang yang tegas. Dan banyak hal lagi yang lainnya. Saya pernah mengalaminya. Saya memang gelisah dengan pertanyaan tersebut, karena itu dilakukan oleh seseorang yang tidak saya kenal dan terkesan seperti sedang menguji saya. Tetapi saya kemudian menganggap itu adalah tantangan yang positif untuk saya untuk kembali menuangkan apa yang telah saya tahu meski masih begitu dangkal. Ketika ada waktu luang saya kemudian melakukan sebuah “riset” kecil dengan beberapa popper yang ada di dalam tackle box di kamar kos saya, dan kemudian saya cocokkan dengan pengalaman di lapangan yang pernah saya alami.
Popper Yang Baik Harus Tegak Lurus di Dalam Air?
Pertanyaan pertama yang ingin saya jawab, dengan bukti dari popper yang saya buat sendiri, tepatnya dibuat oleh tim saya sendiri. Dan jawabannya adalah bisa “ya” dan atau “tidak”. Bagaimana bisa ya atau tidak? Tidakkah ada sesuatu yang pasti dan tunggal dalam hal lure popper ini. Saya tidak bisa menjawabnya sejauh itu karena saya bukan “suhu” mancing. Saya hanyalah tukang mancing yang terkadang saja karena berkat dari Tuhan mendapatkan kesempatan memancing bersama para bos, dan atau para seleb mancing negeri ini saja. Tetapi saya akan member bukti kepada Anda semuanya tentang jawaban saya tadi. Karena jika tidak ada bukti tentu saya bisa dianggap “ngaco” dan “asal” oleh Anda. Saya tidak mau dianggap begitu hanya karena Anda tidak pernah bertemu saya secara online. Hanya karena saya mungkin tidak nice dan warm seperti orang-orang yang begitu “ramai” di media-media online. Banyak pendapat di dunia mancing, yang oleh para pemancing baru, karena pendapat tersebut dikeluarkan oleh mereka yang dianggap suhu, dianggap sebagai “teori” yang satu-satunya. Padahal mancing itu tidak bisa diteorikan, menurut pendapat saya. Memang ada banyak hal yang dapat dijawab dengan pasti. Misalnya saat arus deras maka kita harus memakai metal jig berat. Dan lain sebagainya. Tetapi misalnya saya mengambil satu contoh pertanyaan yang akan sulit dijawab secara pasti,”Popper apakah yang paling ampuh? Benarkah yang berwarna merah putih?” Pertanyaan yang keluar karena sebuah pengalaman seseorang yang kemudian tersebar ke orang lain melalui berbagai media, tetapi sayangnya kemudian menjadi panutan satu-satunya bagi orang lainnya.
Hal itu juga seperti dengan situasi yang saya hadapi dengan
pertanyaan “tegak lurus” yang dilontarkan oleh seseorang yang sekarang juga
entah kemana tersebut. Memang ada kriteria-kriteria yang umum tentang popper
yang baik. Perkenankan saya menuliskannya meski ilmu saya kurang cukup untuk
hal ini. Misalnya adalah mengapung di atas air (namanya juga umpan
permukaan/surface/top water, terendam setengah badan atau tegak lurus dan atau
mengapung biasa di atas air, terbuat dari material yang baik (kayu mahoni
misalnya) – bayangkan jika meski terapung dia atas air namun terbuat dari
singkong?, memiliki action yang bagus saat disentak, mengeluarkan suara dan splash
(cipratan air) yang baik, memiliki pelengkap yang juga dalam kondisi baik (wire
dan swivel, dan terkadang timbal adjusting) dan lain sebagainya.
Dari dua paragraf terakhir di atas, saya yakin Anda bisa mengerti setidaknya bahwa “popper yang baik HARUS terendam tegak lurus di dalam air” – yaitu pada saat direndam tanpa treble hook, bukanlah satu-satunya teori tentang lure popping yang kita sebut popper! Itu adalah, hanyalah, salah satu pengalaman saja dari seseorang atau banyak orang lainnya yang pernah popping, yang biasanya kemudian sukses dengan tripnya dengan popper model tersebut, dan kemudian menyebar melalui berbagai saluran online. Maka kemudian munculah anggapan bahwa popper yang baik itu harus tegal lurus saat berada di dalam air tanpa treble hook. Jika sudah seperti itu, itu baru popper yang baik. Yang tidak seperti itu jelek! Benarkah demikian saudara-saudara? Saya tidak percaya sepenuhnya, karena apa, karena kenyataan dan pengalaman saya membuktikan bahwa popper yang mengapung biasa saat saya rendam di dalam air, dan kemudian saya bawa dalam sebuah trip, juga dihajar GT! Tetapi saya tidak mengatakan bahwa popper yang baik itu yang terendam biasa saat di dalam air tanpa treble hook. Karena ilmu saya masih secetek akuarium di toko-toko ikan hias. Yang ingin saya tekankan disini, bahwa popper yang baik itu harus dilihat dari banyak faktor. Kita tidak bisa memisahkannya serampangan begitu saja bahwa yang tidak baik itu dinilai begitu saja dengan berdasarkan dari pengalaman orang lain, yang bisa jadi berbeda dengan kita. Pendapat saya tentang popper “tegak lurus” ini pun tidak saya anggap sebagai benar, ini hanyalah sebagai gambaran saja agar sama-sama menjadi “jendela” sehingga kit abisa memandang dan menilai semuanya dengan lebih menyeluruh. Saya pernah bicara empat mata dengan seorang master popping Indonesia tentang banyak hal, salah satunya adalah tentang popper. Popper yang baik itu menurut beliau bla bla bla, intinya tidak bisa dinilai dari satu sisi saja. Dulu saya tidak bisa menuliskan kembali isi pembicaraan saya tersebut karena tidak memiliki pengalaman popping yang cukup, seiring berjalannya waktu, saya kini memberanikan diri untuk menuangkannya.
Konsekuensi Lurus dan Tidaknya Popper di dalam Air
Mari sekarang kita tidak usah bertele-tele membahas yang terlalu luas. Jika ternyata bahwa popper kosong tanpa hook tidak harus tegak lurus posisinya saat ditaruh di dalam air, yang artinya popper yang mengapung biasa di atas air juga harus diperhitungkan, bagaimana penjelasannya? Dari pengetahuan saya yang sekedarnya tentang popping ini ijinkan saya menjelaskannya. Bisa jadi penjelasan ini kurang lengkap dan “keren” oleh karenanya harap dimaklumi karena saya tidak termasuk dalam kategori “suhu” dalam dunia mancing negeri ini. Kita mulai dengan popper yang mungkin bagi beberapa orang dianggap kurang baik, karena posisinya di dalam air tidak terendam tegak lurus. Saya tidak akan mengambil contoh popper yang dibuat oleh orang lain karena nantinya bisa dianggap saya memasukkan mereka ke dalam kategori yang dianggap oleh orang yang bertanya tersebut sebagai popper yang kurang baik. Padahal, pengrajin popper kelas dunia sekalipun juga membuat popper-popper yang juga beberapa diantaranya mengapung biasa saja tidak tegak lurus. Saya punya foto-fotonya, bukankah saya sudah bilang saya telah melakukan riset? Tetapi kurang etis mempublikasikannya karena saya tidak mau dianggap sebagai penyerang. Oleh karenanya saya akan mengambil contoh dari popper merk Hime Lure, “bayi” baru dalam ranah popping Indonesia yang say abuat bersama beberapa teman di Jakarta.
Foto di atas adalah popper pinky seri Batanta. Popper dengan
berat 170 gram tersebut telah dipasangi double treble hook nomor 5/0.
Perhatikan posisinya saat berada di dalam air. Apakah terendam tegak lurus di
dalam air? Jelas tidak. Padahal sudah diberi dua buah double treble hook.
Padahal kata orang popper yang baik itu terendam tegak lurus di dalam air meski
tanpa hook. Lalu kenapa saya dan teman-teman tetap nekat memproduksi dan
kemudian mempublikasikan popper pinky ini? Apakah saya ingin memperdaya
pemancing yang membelinya? Jawabannya adalah. Karena saya dan teman-teman ingin
menciptakan popper yang seperti ini. Popper dengan berat 170 gram bukanlah
mainan. Saat sudah berada di dalam air, apalagi sudah ditambah treble hook,
beratnya bisa naik hampir 50% dari berat kayunya saja. Karena materialnya
adalah kayu mahoni, seiring dengan terendam air, beratnya bisa naik lagi
sehingga untuk memainkannya saja perlu tenaga ekstra. Itulah saya bilang,
popper dengan berat 170 gram ini bukanlah popper mainan. Jadi bayangkan misalnya
kita ingin menggunakannya sehari, sehari saja, untuk popping, kita memerlukan
tenaga yang tidak sedikit. Tenaga yang tidak sedikit tidak akan kita bahas
disini karena memang begitulah sportfishing.
Maksud saya, popper dengan posisi di dalam air seperti ini sudah
cukup menguras tenaga untuk memainkannya. Jadi bayangkan dengan popper yang
saat terendam di dalam air posisinya tegak lurus. Jadi yang harus kita catat
adalah ada dua konsekuensi penting dari posisi popper saat berada di dalam air
yaitu besaran tenaga yang akan kita keluarkan. Jadi jika ada yang membuat
popper dengan posisi seperti ini, itu karena mereka ingin bahwa penggunanya
tidak terlalu mengeluarkan banyak tenaga untuk memainkannya. Memang ada
konsekuensi lain dengan popper seperti ini. Antara lain, bunyi “pop”-nya tidak
sebesar popper yang tegak lurus karena bunyinya cenderung nyaring dengan flash
yang standar di atas permukaan. Berbeda dengan popper yang tegak lurus,
bunyinya lebih nge-bass, lebih nge-booom saat di dalam air dengan tambahan
kombinasi splash dan menyelam sebentar di dalam air. Intinya lebih atraktif,
lebih mengganggu, lebih menarik perhatian predator. Tetapi apakah semua popper
harus seperti itu? Kita bisa membenturkan pertanyaan ini dengan kondisi fishing
ground di negeri kita, dimana lambat laun spot-spot popping semakin meredup
akibat overfishing. Dengan popper yang anggaplah paling ideal, maka kita
benar-benar full kerja keras saat memancing. Namun dengan popper yang sedikit
lebih fleksibel aksinya, maka kita bisa sediit menghemat tenaga.
Saya sendiri memilih fleksibel. Karena mancing meski itu sportfishing bukan melulu hard work melainkan juga harus ada sisi fun dan rasional. Bagi saya, tenaga kita juga harus dialokasikan untuk banyak hal. Saat popping di laut, kita menggunakan tenaga kita bukan hanya untuk melempar dan memainkan popper. Ada simpul yang harus dibenahi, peralatan lain yang harus diperhatikan, ada banyak “acara” lain yang juga memerlukan energi. Jadi jika semua tenaga kita habiskan untuk melempar dan memainkan popper, kita menjadi sangat-sangat serius dan menjauhkan sisi fun dalam trip yang kita lakukan. Saya tidak mau seperti itu. Oleh karenanya di fishing ground yang sulit tersebut, karena populasi ikan sudah semakin menurun, maka popper yang bisa menghemat tenaga menurut saya adalah yang paling cocok untuk digunakan. Bayangkan beratnya menggunakan popper tegak lurus tersebut di spot mancing yang sudah susah ikannya, ditambah misalnya arus yang besar, sementara kita menggunakan popper up 100 gram saja! Namun jika berada di fishing ground yang cukup “perawan” misalnya, karena populasi ikan masih banyak dan tidak sulit bagi kita mendapatkan hantaman ikan predator, popper-popper terbaik, yang tegak lurus tersebut paling sering saya gunakan. Karena meski berat dan memerlukan tenaga super ekstra, kita tidak terlalu membuang banyak energy dan waktu karena sambaran ikan relatif mudah kita dapatkan.
Yang ingin saya sampaikan melalui tulisan iseng ini adalah, popper
dengan karakternya masing-masing yang khas, ada maksudnya dan tujuannya. Barang
dari kayu mahoni tersebut tidak sembarangan dibuat oleh pengrajinnya. Bahkan
meski barang itu dibuat oleh nama baru seperti Hime Lure yang tidak dikenal
oleh banyak orang, jangan begitu saja mengambil sikap sinis hanya karena Anda
pernah mendengar bahwa popper yang baik itu adalah yang “tegak lurus di dalam
air”. Anda boleh tidak percaya, namun jika Anda memiliki sedikit waktu luang,
cobalah rendam beberapa popper jenis chugger koleksi Anda, lemparkan ke dalam
kolam ikan atau kolam renang, atau bak mandi Anda sekalipun, apakah semuanya
posisinya tegak lurus saat berada di dalam air? Anda sendiri akan tahu
jawabannya. Selamat mencoba dan selamat datang di dunia sportfishing yang tidak
bisa begitu saja dibuat teorinya. Lempar terus gak usah mikir!!! Salam!!!
* All cap pictures taken by Me. Except shark picture (1st picture) took by Andry Sugianto/Papua Sportfishing Adventure. Don’t use or reproduce (especially for commercial purposes) without our permission. Especially if you are tackle shop, please don’t only make money from our pics without respect!!!
* Foto pertama paling atas adalah hasil popping di Tanjung Menangis, Sumbawa. Foto baru (2014) tetapi saya tambahkan ke catatan ini untuk menambah kekuatan 'racun'catatan ini pada tanggal 21 Desember 2016.
* Photos caption: Foto 1-2 terlihat seekor ikan hiu di Raja Ampat, Papua Barat hooked on Batanta pinky 140 gram pada trip yang digelar beberapa hari lalu oleh Tim Joe Michael// GT Sumba hooked on Batanta black 140 gram pada trip yang saya lakukan bulan November 2011// Foto Batanta black dengan modifikasi warna orange yang saya masukkan ke dalam bath thub sebuah hotel. Bagaimana menjelaskannya? Popper ini tidak tegak lurus di dalam air, tetapi toh berhasil hooked up GT!// Foto popper Batanta pinky yang tegak lurus saat dimasukkan ke dalam bath thub. Apakah harus semua ini popper di seluruh dunia itu? Harus persis seperti ini saat direndam di air?// Foto Joe Michael hooked up GT Papua pada trip tahun lalu di Raja Ampat dengan lure Batanta pinky 80 gram// Popper pinky yang saya pakai hooked up ikan GT di Raja Ampat// Padahal posisinya yang bahkan setelah saya pasangi treble hook biasa saja saat mengapung di dalam air// Splash atau cipratan air dari Batanta black 100 gram buatan Hime Lure saat dipakai mancing di Raja Ampat// Perhatikan salah satu hasil ikannya, ikan dog tooth tuna. Momen yang jarang terjadi, padahal posisi black Batanta saat berada di dalam air juga biasa saja//
Comments
tinggal tunggu popper batanta pinky dan black nya aja nih..he..he..
well thanks for the lesson mr.Mike :)