Sudah lama sekali saya tidak menulis tentang
mancing. Secara kini waktu memancing sudah tidak seperti dahulu lagi. Tetapi
siapa yang bisa menghentikan hasrat dari seorang yang memang hobi memancing?
Bagaimanapun caranya, akan selalu berupaya unttuk pergi memancing meski
terkadang banyak ‘taruhannya’. Dimarahin pacar, istri, dan lain sebagainya. Masa
dimana hari-hari saya hanya dipenuhi dengan acara, obrolan, kawan-kawan dan
semua hal tentang memancing telah berlalu, oleh karenanya saya harus rasional
dan profesional. Bahwa ada pekerjaan lain yang lebih utama yang harus saya
kerjakan dengan segenap kemampuan terbaik saya. Foto disamping adalah foto Pak Guru Rusmihadi Yus, "jakwir" mancing saya asal Brebes yang merupakan salah satu rekan pemancing paling aktif di Tegal saat ini. Aktif mengirim kabar ke Jakarta, aktif mengirim 'racun' mancing juga ke saya, dan lain sebagainya. Terimakasih Pak e!
Meski begitu, saya selalu meluangkan waktu, mencari
waktu, berusaha mendapatkan waktu untuk memancing itu. Meski terkadang hanya
sekali dalam sebulan. Penting bisa “get wet”, sudah lega rasanya. Meski
terkadang masalah “get wet” ini tidak dimengerti oleh mereka yang dekat dengan
saya. Masalah hasil tentu tidak menentu, bukankah kita para sportfisher tidak
memerlukan hasil yang harus selalu sempurna? Hasil itu merupakan ‘buah’ dan
banyak sekali faktor. Ada faktor alam, keberuntungan, usaha, dan faktor –Nya
yang mutlak. Jadi masalah hasil janganlah membuat acara mancing kita menjadi
sia-sia dan tidak berarti. Saya hanya percaya, selama kita berusaha sebaik
mungkin, berusaha menerapkan teknik yang tepat, terus fokus dan terus
menyesuaikan diri dengan kondisi alam tempat kita bermain, hasil akan
mengiringi. Banyak yang berteriak hasil mancingnya selalu tidak bagus, kemudian
menyalahkan alam dan juga terkadang orang-orang di sekitarnya, tetapi lupa
memeriksa diri sendiri. Semoga saya tidak menjadi demikian.
Perjalanan mancing terbaru saya adalah ke sebuah
spot bernama Karang Jeruk, sekitar dua mil dari kota Tegal, Jawa Tengah.
Kebetulan selama tiga minggu kemarin saya ada tugas ke kota ini. Selama saya
berada di sana musim baratan sedang ‘meledak’, sama seperti di daerah lain di
Indonesia. Sehingga saya dapat fokus terlebih dahulu pada tugas-tugas saya,
meski dorongan untuk segera “get wet” itu begitu kuat, dan terkadang terfikir
untuk mengambil resiko pada cuaca yang sedang tidak menentu. Otomatis waktu
saya kemudian hanya habis untuk bekerja dan setelah itu bersama-sama
kawan-kawan di sekitar Tegal dan Brebes menikmati keramahan kota. Saya memiliki
hubungan dekat dengan kedua kota ini, sehingga bukan bermaksud sombong jika
saya memiliki lusinan kawan dekat di dua kota tersebut. Baik itu pemancing dan
non pemancing. Paling banyak adalah para pemancing, karena sejak 2007 saya
telah menjalin persahabatan baik dengan mereka. Sebagian malah sudah menjadi
layaknya saudara sendiri.
Di antara kesibukan bekerja yang hampir 24 jam itu,
dari pagi buta hingga menjelang pagi lagi, masih ada waktu sedikit untuk bersosialisasi
dan memantau kondisi cuaca. Saya terus melakukan kontak dengan rekan-rekan mancing
di kota Tegal dan Brebes. Dimana sebagian ada yang sudah seumuran ayah saya di
kampung. Dan kemudian di penghujung tugas saya di Tegal, yakni tanggal 27
Januari 2013 ternyata Tuhan memberi hadiah kepada saya, angin tiba-tiba
berhenti ‘meledak’, dimana kecenderungan ini sebenarnya telah saya pantau sejak
kemarin sore bersama dua rekan saya Pak Rusmihadi Yus, dan mas Anang. Dua
pemancing yang sangat aktif, satu mewakili Brebes, satu lagi mewakili Tegal.
Haha! Dalam sunyi, tentu saja dalam sunyi karena kami berangkat meninggalkan
dermaga Muarareja, Tegal pada pukul 04.30 wib, kami pun telah melaju menuju ke
spot Karang Jeruk. Tak sampai satu jam kami bertiga telah melemparkan umpan minnow-minnow
kami dengan semangat. Bayangkan saja, hasrat memancing telah tertahan sekian
lama akibat angin baratan, sekali ada kesempatan, dalam satu menit kami bisa
melempar berkali-kali tanpa berhenti.
Spot Karang Jeruk adalah karang dangkal dengan
kedalaman sekitar tiga hingga sepuluhan meter, yang konon katanya jika dilihat
dari ketinggian, bentuk karangnya menyerupai buah jeruk, itulah sebabnya
disebut Karang Jeruk. Ini adalah lokasi yang serupa ‘supermarket’ yang
menyediakan banyak makanan bagi ikan predator pelagis yang melintasi perairan
pesisir utara Pulau Jawa, karena di sekitar Karang Jeruk banyak sekali terdapat
ikan teri. Sehingga saat kita mancing disini, jangan heran jika ada
berlusin-lusin kapal nelayan teri yang sedang menjaring. Tetapi tenang, mereka
tidak mengejar ikan talang-talang yang menjadi target utama para sportfisher
yang turun memancing disini. Jadi meskipun itu akan ada 100 kapal ikan teri,
ikan talang-talang tetap aman. Karena ikan talang-talang bermain di sekitar
tubiran (drof off) di sekitar karang,
dimana lokasi ini tidak mungkin dijaring oleh para nelayan karena taruhannya jaring
mereka tersangkut dan rusak dan tidak akan bisa dipakai lagi, sehingga areal
bermain para sportfisher tetap terbuka lebar. Semacam telah ada pembagian fair
antara para nelayan dan pemancing di tempat ini.
Pada pukul tujuh pagi hari itu saya telah menaikkan
empat ekor ikan talang-talang (Queenfish), merubah tatanan skor di atas kapal
kami yang posisinya menjadi 4-0-0. Ini kejadian langka, karena jarang-jarang
saya leading duluan dibandingkan dua ‘suhu’ ikan talang-talang dari Tegal dan
Brebes tersebut. Biasanya saya selalu strike paling terakhir. Mungkin karena
amal dan perbuatan saya malam sebelumnya cukup baik sehingga Tuhan memberi
ganjaran yang setimpal kepada saya sepagi itu. Haha! Namun skor saya ini
perlahan disusul oleh Mas Anang, tetapi Tuhan sedang baik kepada saya, jadi
sampai pada pukul 11.30 wib saya tetap leading 7-6-3. Sebenarnya Mas Anang juga
landing 7 ekor, namun karena satunya adalah ikan kerapu ‘untu-unyu’, tidak
dihitung sebagai skor oleh sang kapten. “Hanya ikan talang-talang, tenggiri dan
barakuda yang dihitung,” kata Kapten Tardi dengan logat ngapak yang mantap! Apa kata kapten dah, lagian kami juga tidak
mencari skor, apalagi mencari trophi. Hehehehe.
Intinya acara trip mancing
dadakan kami happy ending, total ikan talang-talang yang berhasil kami naikkan
berjumlah 16 ekor. All dengan kasting dengan piranti PE 1-2. Jadi kebayang khan
serunya karena piranti kecil kami bisa sampai menjerit dan melengkung tidak
karuan menahan ‘gempuran’ ikan talang-talang. Jumlah ini tidak seberapa
sebenarnya, saya sendiri bersama Mas Anang, pernah landed talang-talang
sebanyak 37 ekor dalam 4 jam di lokasi yang sama. Masih tidak seberapa
dibandingkan dengan pemancing lainnya, karena ada yang saking hokinya segede
gunung, pernah landed 50 ekor berdua dalam waktu 4 jam saja!
Mohon Maaf Memberi Tips & Trik
Tips dan trik ini juga saya pelajari dari melihat,
mendengar dan diberitahu oleh para pemancing Tegal dan Brebes. Masalah cuaca,
perbekalan dan lainnya saya kira kita semua sama-sama memahami bagaimana
seharusnya jika bermain di alam, laut maksud saya. Oleh karenanya saya hanya
akan menuliskan sedikit mengenai bagaimana memainkan umpan minnow kita saat
kasting di Karang Jeruk. Uniknya minnow yang harus kita pakai di Karang Jeruk
adalah minnow tertentu saja, itu jika Anda ingin hasil mancingnya bagus. Yaitu
minnow sinking dengan panjang 9 atau 11 sentimeter. Merk apapun sebenarnya bisa
dipakai, meski setahu saya hanya merk dari pabrik bermerk “D” saja yang paling
sukses di sini. Minnow tersebut harus Anda kerok dahulu, jadi cat luarnya harus
dibuang, supaya minnow-nya hanya berwarna putih bening kusam saja. Para pemancing Tegal memberinya nama "minnow masuk angin", jadi harus dikerok dahulu. Persis warna
ikan teri yang putih kuning keperakkan. Umpan seperti itulah yang akan sukses di
Karang Jeruk. Dengan catatan, minnow tersebut dilemparkan dan dimainkan oleh
pemancingnya dengan benar. Bukan hanya dilemparkan sejauh mungkin, tetapi juga
dimainkan (dengan sentakan pendek yang cepat) secara konsisten, terus menerus!
Akan ada momen dimana kita mendapatkan ritme yang tepat, pada momen itulah ikan
talang-talang akan terus menghantam umpan kita. Tanpa irama dan gerakan umpan
yang benar, jangan heran jika pemancing di sebelah Anda strike up 20 ekor, dan
Anda bahkan belum strike satu ekor pun! Jangan heran jika ikan talang-talang di
bawah hanya mengiktui umpan kita tetapi tanpa ‘menerkamnya’! Bagaimana tepatnya
cara ini? Baiknya Anda turun dahulu ke Karang Jeruk, Tegal. Salam!
*
Total catch 16 good size of queenfish, I got 7. My friends got 6 and 3 fish
(about 4 hours fishing).
* Terimakasih
Pak Guru Rusmihadi Yus yang meminjami saya rod dalam trip ini, maklum pak kuli
keliling seperti saya tidak bisa leluasa membawa rod kemana-mana. Thanks juga
kepada masbro Anang untuk teladan semangat memancingnya yang luar biasa. Salam
strike!
*
Please don’t use or reproduce, (especially for commercial purposes)-picture
without our permission. Especially if you are tackle shop, please don’t only
make money from my pics without respect!!!
Comments