Selamat Pagi Jakarta: Entah Kapan Kita Semua Akan Sadar, Bahwa Uang dan Gedung-gedung Tinggi Tidak Bisa Kita Minum
Pagi yang hingar, musim libur sekolah telah tiba, anak-anak kecil dekat kontrakan saya berkumpul bermain di halaman sebuah PAUD, bising, tetapi bising yang terkadang membuat saya rindu akan sebuah masa yang telah lama berlalu dan tidak akan kembali. Mesin pompa air di halaman PAUD menyala, seutas selang air panjang mengarah ke sebuah rumah yang berjarak sekitar 30 meter dari PAUD. Sesekali saya melihat ibu-ibu dan bapak-bapak melintas membawa jerigen air, usai mengambil air dari rumah seorang warga dekat kontrakan saya. Ini di Jakarta, dan meski musim hujan sudah berlangsung hampir sebulan, ada sebagian warganya masih tidak memiliki air tawar untuk minum dan kebutuhan lainnya, karena sumur-sumur pompa mereka masih kering! Saya teringat komentar seorang kawan dari Jawa yang kemarin berkunjung ke Jakarta, kemudian kita ngopi di sebuah warung kecil di sekitar Lapangan Banteng, menurutnya beda ya rasa air tawar di Jakarta ini dengan di Jawa? Hehehe. Saya teringat sebagian masyarakat Pulau Lombok di daerah Sekaroh, harus berhemat air tawar sebab sumur-sumur tradisional mereka tidak lagi melimpah isinya. Hal yang sama juga terjadi di beberapa titik di Pulau Sumbawa dan masih banyak lagi di daerah lainnya. Intinya, alam sedang sakit!
Saya juga menjadi teringat sebuah komunitas kecil masyarakat di pesisir selatan Yogyakarta, Desa Ngobaran, mereka harus memperhatikan pasang surut demi mendapatkan air minum yang hanya bisa diambil dari cerukan karang di pantai cukup terjal di depan kampung mereka. Apa yang terjadi di Ngobaran berbeda dengan yang saya lihat pagi ini di Mampang Prapatan. Ngobaran berada di ujung bagian timur bagian selatan Pegunungan Karts Gunung Sewu, salah satu pegunungan karts yang ada di Pulau Jawa. Karakter pegunungan karts memang unik, pertama curah hujan relatif tidak banyak, dan kemudian kandungan air tanahnya tersimpan jauh di bawah tanah dalam sungai bawah tanah dan cerukan-cerukan berbatu yang terkadang menjadi sulit untuk dimanfaatkan. Dari usaha warga Ngobaran untuk mendapatkan air bersih ini, kita semakin memahami betapa air bersih harus diperjuangkan, karena memang air adalah elemen penting bagi apapun yang hidup, terutama untuk manusia (pelajaran SD ini sebenarnya, maafkan saya)! Warga Ngobaran, meski hidup di wilayah geografis yang unik, tidak kebingungan kemana mencari air bersih, hanya perlu sedikit usaha untuk mendapatkannya dari ceruk air yang tidak pernah mengering sepanjang tahun. Di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan sebagian warga mulai kesulitan air bersih karena sumur-sumur mengering, karena cadangan air tanah yang berkurang, lebih jauh lagi karena alam yang berubah. Saya bukan ahli yang mengerti perihal hidrologi, air tanah, apapun itu terkait dengan "air" dan kehidupan, disini saya hanya mencoba menghadirkan kenyataan dari apa yang terlihat oleh mata saya, siapa tahu bisa menggugah semangat sebagian pengunjung blog ini untuk menyadari kondisi lingkungan yang ada di sekitar kita.
Sekarang kita tengok secara umum perihal air tawar di negeri kita. Indonesia sebenarnya memiliki
potensi perairan tawar yang luar biasa. Jumlah sungai misalnya ada sekitar
5.590 yang tersebar di seantero negeri. Beberapa sungai terbesar dan terpanjang
di Indonesia adalah Sungai Kapuas (terpanjang di Kalimantan dan di Indonesia):
1.143 km. Sungai Mahakam: 920 km. Sungai Barito: 900 km. Sungai Batanghari (terpanjang
di Sumatera): 800 km. Sungai Musi: 750 km. Sungai Memberamo (terpanjang di
Papua): 670 km.Bengawan Solo (terpanjang di Jawa): 548 km. Sungai di Indonesia
menjadi bagian penting kehidupan masyarakat sejak jaman kuno antara lain sumber
energi, air minum, irigasi, transportasi, perikanan, wisata, dan lain
sebagainya.
Jumlah danau di Indonesia juga mencapai ribuan. Menurut data
Kementerian Lingkungan Hidup, sebagaimana disampaikan dalam Konferensi Nasional
Danau Indonesia I tahun 2009, jumlah danau di Indonesia diperkirakan sebanyak
840 danau besar dan 735 danau kecil (situ).
Dari total jumlah tersebut, danau di Indonesia mampu menampung hingga 500 km3
air atau 72% dari total persediaan air permukaan di Indonesia. Daya tampung air
yang cukup besar tersebut, danau menjadi andalan persediaan air untuk sektor
pertanian, sumber air baku masyarakat, perikanan, PLTA, pariwisata, dan lain
sebagainya. Dari 1.575 danau besar dan kecil yang dipunyai Indonesia beberapa
di antaranya mempunyai ukuran yang sangat besar sehingga layak dianggap sebagai
danau paling luas dan besar di Indonesia. Danau Toba di Sumatera Utara misalnya
memiliki luas 100 km x 30 km dan merupakan danau terluas di Indonesia dan Asia
Tenggara. Di dunia Indonesia menempati peringkat ke-5 sebagai negara dengan
cadangan air tawar sebesar 2838 metrik kubik, potensi ini masih belum digarap
secara serius (Mapsoftheworld.com, 2013).
Sayangnya, warisan untuk seluruh kehidupan yang ada di negeri kita
ini semakin mendapat ancaman strategis. Kawasan hutan di Indonesia pernah
menempati urutan ketiga terluas di dunia (pertama Brasil, kedua Kongo) dengan
luas 162 juta hektar. Kita bisa bayangkan manfaat dari “paru-paru dunia” ini
dari keberagaman flora faunanya, fungsi tata air, untuk ilmu pengetahuan,
farmasi, dan lain sebagainya. Sayangnya paru-paru dunia ini telah lama dan
terus terkoyak oleh pembalakan liar dan kebakaran hutan dan lahan (tahun 2007
Indonesia mendapat juara sebagai negara dengan deforestasi tertinggi dari
Guiness World Records dengan tingkat kerusakan 300 kali lapangan bola setiap
jamnya). Dari kebakaran hutan dan lahan pada kurun waktu 1997-1998 saja terjadi
deforestasi sekitar 9,75 juta hektare (ADB), namun menurut Walhi luasnya
mencapai 13 juta hektar. Deforestasi lain yang menggerus hutan-hutan Sumatera,
Kalimantan hingga Papua, hingga tahun 1997 diyakini tidak kurang telah merobek
paru-paru dunia ini seluas 10 juta ha. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1980-1990an juga terjadi
dengan mulai merosotnya kualitas lingkungan dan pelanggaran hak dan tradisi
masyarakat setempat. Untungnya kita masih memiliki harapan dari hutan yang
lain, misalnya saja luas hutan mangrove kita masih menempati urutan pertama di
dunia dengan 19% dari luas negara atau sekitar 3,062 ribu ha, lebih luas dari
Australia (10%) dan Brasil (7%). Beragam manfaat kawasan hutan mangrove
Indonesia (pangan, perikanan, ekosistem, kemampuan menyimpan karbon) belum
digarap secara maksimal, padahal dengan panjang total hampir 95,000 km di
seluruh pesisir Indonesia, menyumbang 23 % ekosistem mangrove dunia. Jadi ibarat
hutan tropis primer kita kolaps, kita setidaknya masih bisa berharap dari
keberadaan hutan mangrove.
Yah lumayanlah masih ‘untung’ daripada buntung (hilang ekor kita), tetapi sampai kapan kita akan ber-‘untung’
terus? Keberuntungan akan musnah kalau kita tetap hidup seenak jidat sendiri.
Buktinya mulai terjadi, untuk urusan perairan tawar saja misalnya, jika kemarau
beratus daerah di negeri kita mulai kesulitan air tawar bahkan sekedar untuk memenuhi
kebutuhan air minum, tetapi kalau musim hujan, air juga terkadang seringnya tidak
bersahabat, banjir dan tanah longsor melanda dimana-mana. Melimpahnya air tawar
di negeri kita sekarang ini banyak diiringi dengan munculnya tragedi sebagai
akibat alam kita sudah ‘penyakitan’. Banyak yang berargumen, tidak penting
membahas air tawar dan apapun itu tentang cara hidup ramah lingkungan, itu
bukan urusan saya! Yang paling penting adalah kita memiliki uang sebanyak-banyaknya
maka apapun akan bisa kita dapatkan. Peduli setan hutan habis, sungai
mengering, air tanah hilang, dan lain sebagainya. Memang sebanyak apa uang yang
kita miliki, yakin bisa membeli semua ‘kehidupan’? Entahlah apa yang saya tulis
ini, mungkin saya sedang lelah. Tetapi bayangkan begini, untuk kita saja yang
ada di Jakarta misalnya, seandainya ketika kemarau tidak sulit air, ketika
musim hujan juga tidak dilanda banjir (mau banjir kiriman dari Bogor ataupun karena
sampah numpuk di kanal-kanal kota), apa hidup tidak menjadi indah? Nah kalau
sudah begitu, bukannya uang kita rasanya lebih enak tuh?!
* Foto-foto merupakan bagian dari behind the scenes Jejak Petualang Trans7. Saya abadikan di Pantai Ngobaran, Yogyakarta bulan Februari 2015. Saat itu saya, Medina Kamil, dan Eko Priambodo sedang membuat liputan untuk membangun kesadaran, mengingatkan kembali tentang kondisi (serta pentingnya) dan perlakuan kita terhadap air tawar yang unik sekaligus kondisi terkini utamanya di Pulau Jawa. Daerah Gunung Kidul, Yogyakarta menurut kami dapat menjadi sumber inspirasi yang unik tentang air tawar ini. Mengingat daerah ini tepat berada di Pegunungan Karts Gunung Sewu. Curah hujan sedikit, air tawar banyak terdapat di sungai-sungai bawah tanah. Tetapi hebatnya sebagai bentuk timbal balik alam pada cara hidup orang Gunung Kidul yang ramah lingkungan, mereka selalu memiliki persediaan air tawar yang cukup untuk menyokong kehidupan mereka sehari-hari. Bahkan di beberapa titik di Gunung Kidul, ketersediaan air tawar yang ada bisa dikonversi menjadi atraksi wisata yang menggerakan roda perekonomian masyarakat. No
watermark on the pictures, but please don't use or reproduce (especially for
commercial purposes) without my permission. Don't make money with my pictures
without respect!!!
Comments
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut