Ada satu video shot yang mungkin bisa menggambarkan betapa populasi ikan di Raja Ampat sangat luar biasa, silahkan berkunjung ke One Cast One Strike di blog Hime Lure.
Bagi saya pribadi, dalam setahun bisa tiga kali bolak-balik ke salah satu “surga di bumi” yakni kepulauan Raja Ampat, Papua Barat, adalah sesuatu yang sangat-sangat saya syukuri. Tentunya pendapat ini akan berbeda dengan orang lain yang bisa jadi lebih sering misalnya. Saya mengenal dua pemancing Jakarta, dua kawan dekat ini mungkin dalam sebulan bisa dua minggu lebih di Raja Ampat, karena dia memiliki usaha di sana. Jadi bagi mereka, mungkin ke Raja Ampat layaknya saya bolak-balik kosan saya di Mampang usai bekerja di kantor, yang juga di Mampang letaknya. Bagi kawan-kawan yang lain yang belum pernah ke Raja Ampat, saya mungkin dianggap “enak banget” dan atau “enak ya jalan-jalan terus, bikin iri!” Padahal jelas-jelas saya kesana tidak untuk jalan-jalan (dalam artian bersenang-senang) melainkan untuk bekerja. Senang? Tentu! Tetapi apakah untuk bersenang-senang? Tidak! Kami dimanjakan oleh pemandangan dan susana laut yang menakjubkan, ya! Tetapi apakah tidur di atas pasir di dalam tenda selama seminggu itu selalu menyenangkan? Jawabnya silahkan ditanyakan kepada kepiting-kepiting di Pulau M, tempat kami mendirikan base camp selama seminggu. Hehehe.
Trip pertama ke Raja Ampat telah saya posting di blog iseng ini. Silahkan klik Pertarungan Selat Dampier untuk kembali membacanya. Disana terlihat jelas bawah pada trip bulan maret 2011 tersebut kami terlihat sedikit gagap karena bermain di fishing ground yang benar-benar baru kami kenal. Hasil sebenarnya sangat maksimal tetapi kami merasa sedikit kehabisan tenaga mengkover areal yang demikian luas sementara di langit sepuluh matahari membakar tubuh kami hingga kering. Namun kami puas karena ada setidaknya GT monster yang kami naikkan. Ketiga GT tersebut up 30 kg dan di rilis kembali. Trip kedua dilakukan bulan Mei 2011. Kami mendirikan base camp sendiri di sisi selatan Pulau Batanta karena tergoda dengan “rayuan” dari Kapten D, yang berkata pada bulan Maret, bahwa jika kami menginginkan monster GT, maka Tanjung B lah tempatnya. Namun tak mungkin jika saat itu juga kami mengeksplorasinya karena Kapten D ini berkata pada hari trip terakhir. Memang si Kapten D ini kelewatan, bilang ada spot monster di hari terakhir saat tenaga sudah habis, bbm tinggal tersisa sedikit, dan logistik juga sudah menipis. Maka pada bulan Mei tersebut, kami kembali untuk membayar lunas semua penasaran kami dengan menaikkan beberapa monster GT di Tanjung B. Apalagi dalam trip ini ada pemancing popping kelas wahid Indonesia, yakni Rudi Hadikesuma yang merupakan jaminan naikknya GT monster. Kisahnya ada di Tentang Pemancing, Bulan, Hujan dan Ikan. Dan semua perjalanan ke Raja Ampat ini telah menghasilkan lima episode eksklusif untuk Mancing Mania Trans|7.
Jadi dengan berbagai pelajaran berharga dari dua trip sebelumnya, pada akhir November 2011 kami kembali lagi ke Raja ampat dengan lebih yakin, bersemangat, dan dengan “armada” yang lebih besar. Ada tiga kapal! Satu kapal kayu 15 x 3 meter bermesin 40 x 2, satu speedboat 8 x 3 meter bermesin 40 x 2, dan terakhir adalah speedboat cepat Aurel milik seorang pemancing Sorong yang didorong oleh dua buah mesin besar. Saya lupa berapa pk, tak kurang dari 150 pk x 2 yang pasti. Di dua kapal terdahulu sebagian besar adalah para pemancing yang pada dua trip terdahulu juga ikut ke sini, “dikomandani” oleh Handoko Wiharja, pemancing senior asal Surabaya. Sedangkan di speedboat Aurel adalah “juragan-juragan”-nya Raja Ampat. Mereka adalah pemancing-pemancing yang tiap minggu memancing di Raja Ampat karena bolak-bolik Jakarta – Sorong mengurus usaha. Jika ditotal, termasuk dengan kru lokal, kami ada sekitar 30 orang lebih. Jadi tak heran jika selama tujuh hari penuh, Pulau M dan Pulau W yang menjadi base camp kami selama trip berubah menjadi “metropolitan”! Padahal sebelumnya kedua pulau tersebut adalah pulau yang hampir kosong! Hanya Pulau W yang berpenduduk sekitar 10 jiwa. Pulau M benar-benar kosong melompong sebelumnya. Jadi jika suatu saat Anda datang ke Pulau M ini dan kemudian sayup-sayup ada suara aneh menyanyikan lagu-lagu macam Utha Likumahua, The Mercys, dan atau Queen sekalipun, itu adalah hantu-hantu Pulau W yang telah hafal lagu-lagu yang kami putar di Ipod selama seminggu di pulau ini tiap malam. Hehehe.
Target kami dalam trip ini jelas ikan-ikan monster. Buat apa jauh-jauh kalau hanya menargetkan yang biasa? Bukan kami tidak menyukai size biasa, size berapapun ada nilainya, tetapi size does matter. Jadi kami memilih yang besar saja. Jadi kalaupun akhirnya dapatnya size sedang atau kecil, setidaknya telah menargetkan yang size “mama”. Tetapi lebih dari itu semua, kami akan memfokuskan pada titik-titik baru yang pada dua trip sebelumnya belum kami datangi. Kedua kami akan mencoba untuk kembali jigging mengejar “kapal selam” yang konon banyak bersliweran di salah satu karang dalam di Tanjung B. Lagi, kata Kapten D. Jadi jangan tanya tackle macam apa yang kami bawa. Tetapi saya kurang suka memotret tackle, karena tackle-tackle mahal itu bukan milik saya, jadi cukup jika sedikit saya singgung disini. Tackle popping ada kali 20 set! Reel didominasi oleh dua merk ternama yakni S dan D. Yang lebih beragam adalah rod-nya. Ada Smith, Hots, Carpenter, dll. Untuk jigging merk lebih beragam, tetapi saya paling suka memakai overhead-nya Accurate. Berat di awal, tetapi ternyata lebih nyaman dibandingkan jigging dengan spinning reel. Maklum pemula, baru tahu sekarang. Ditambah dengan popper range 80-140 gram, metal jig 170-350 gram, PE 5-12 dan lain sebagainya, sebenarnya tackle kami lebih dari cukup untuk membuka usaha toko pancing bernama Raja Ampat Fishing Tackle yang akan dijaka oleh Kapten D, “tukang kompor”asal Kampung Dome, Sorong!!!
Tidak usah bertele-tele. Jujur, kami tidak mendapatkan ikan monster dalam trip ini. Bahkan, GT up 30 kg pun tidak. Juga dogtooth up 10 kg pun tidak. Memang kami mendapatkan banyak dan beragam ikan, baik dengan teknik popping dan jigging. Jika tidak percaya silahkan tanya ke dang Joe Michael misalnya, salah satu pemancing dalam trip ini yang memakai speedboat Aurel, dia bahkan bisa landed hingga lebih dari 30 GT dalam dua hari saja! Teknik jigging juga gagal menaikkan monster, padahal target kami tidak muluk-muluk, yaaah kalau dogtooth tuna setidaknya up 10 kg lah. Atau kalau amberjack up 15 kg. Tetapi kami hanya mendapatkan beberapa yang sizenya under 10 kg semua. Teori itu, jika dalam sportfishing teori ini memang ada, ternyata benar. Kakek-kakek kita berkata,”Jika di spot mancing terlalu banyak ikan-ikan kecil, maka ikan-ikan monster akan selalu kalah cepat menyergap umpan-umpan kita”. Alasannya antara lain karena ikan besar kalah cepat bergerak dengan cucu-cucunya. Jika tidak percaya, ajak kakek Anda balapan lari. Sehingga meskipun di lokasi tersebut ada GT monsternya, dia pasti lebih memilih menjadi penonton cucu-cucunya berpesta popper daripada ikut rebutan. Dan “sialnya” Raja Ampat adalah surga ikan, baik dari tingkat populasi maupun keberagaman spesies! Jadi hingga hari terakhir trip, kami harus cukup puas dihibur dengan ikan-ikan GT size antara 8-20an kg saja. Namun ada momen yang bagi saya fantastis. Saat kawanan tenggiri berpesta menghajar pencil dan swimmer kita. Gimana tidak berkesan, lempar umpan sambil merem pun (memejamkan mata) pencil kita bisa langsung dihantam oleh tenggiri! Dan sizenya mak! Ada yang 25 kg an! Saat itu Cepy yang juara mendapatkan tenggiri paling besar. Lihat sendiri fotonya entah berapa kg itu.
Enaknya mengkover areal yang luas dengan tiga buah kapal adalah, kita tidak perlu rebutan spot mancing. Jadi jika misalnya Tim Joe Michael ada di spot A misalnya, maka dua kapal lain akan memilih untuk memancing di lokasi lain yang jaraknya berjauhan. Kadang jarak kami bisa terpisah 10 mil laut. Untungnya ada radio, meski lebih sering tidak bisa dipakai saking kami terpisah jauh, sehingag kami terkadang tetap bisa berkomunikasi. Untungnya lagi adalah kami membawa tiga buah kamera video. Jadi pas sudah, mau dimanapaun para pemancing mengadu nasib di spot pilihan masing-masing, tukang suting akan selalu ada menemani. Kurang apa? Silahkan mancing sepuasanya dan kami siap mendokumentasikan? Meski tukang suting suka gatal, dan sekali dua kali lemparan suka nimbrung.
Kembali tentang teori. Konon, kata kakek-kakek kita lagi (kalau pemancing-pemancing senior baca blog ini dan merasa masih muda saya bisa dilempar popper :d) ada pilihan untuk menghindari hantaman ikan-ikan kecil. Satu, dengan memakai umpan-umpan besar yang cenderung enggan dihantam ikan-ikan kecil. Khusus untuk GT, taruhlah memakai popper up 140 gr. Tetapi siapa yang mau sepanjang hari melemparkan umpan yang bisa mematahkan tangan ini? Untuk GT, kita bisa mengindari GT besar katanya dengan swimbait yang tipe subwalk, yakni bergerak di bawah permukaan. Tetapi nyatanya kami selama disini, selalu dikerumini oleh fans-fans abg (GT kecil). Cara berikut adalah cara yang sedikit unik, yakni menghabiskan ikan-ikan kecil (ini bukan berarti membunuh, maksudnya terus menaikkan ikan-ikan kecil tetapi kemudian dirilis lagi), karena trauma, ikan-ikan kecil kemudian akan malas menyambar umpan lagi sehingga memberi kesempatan untuk kakek GT tampil. Tetapi jika sepanjang hari sambaran ikan GT kecil tidak pernah habis? Kita yang repot. Kenyataan ini sebenarnya menggembirakan, karena ini membuktikan bahwa Raja Ampat adalah “surga di bumi”. Namun ini tidak bagus untuk para pemburu monster yang ingin mendapatkan ikan-ikan rekor ukuran besar yang bisa dipakai membuat pening kepala para pemancing lain akibat shock. Atau mungkin kami tidak diberkati oleh GT monster dalam trip ini karena kami terlalu kuat memiliki “niat jahat?”, yakni ingin menebar racun dosis tinggi yang bisa membuat pemancing lain sakau strike?! Hanya Tuhan yang tahu.
So, karena kisah ini sudah terlalu “berbusa” baiknya silahkan dinikmati saja foto-fotonya. Keterangan foto perlu juga untuk dibaca karena disana saya sertakan informasi penting juga. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silahkan hubungi saya melalui email. Tetapi maaf saudara-saudara, jika pertanyaan tersebut adalah tentang koordinat spot, apalagi spot jigging saya mungkin akan kesulitan menjawabnya. Bukan saya pelit berbagi informasi, tetapi justru saya tidak ingin mengurangi sensasi petualangan mancing Anda karena akan menghilangkan sisi “wild” dan “adventure” dalam trip yang mungkin akan Anda lakukan di Raja Ampat. Namun saya siap diajak berdiskusi tentang fishing trip ke Raja Ampat. Kecuali Anda adalah kru TV lain yang menjadi pesaing Trans7, tempat saya bekerja. Salam strike!!!
* Foto courtesy of Joe Michael/Andry Sugianto & Michael Risdianto. Don’t use or reproduce (especially for commercial purposes) without our permission. Especially if you are tackle shop, please don’t only make money from our pics without respect!!!
*Tarigan, pemancing asal Timika, mendapatkan ikan rainbow runner dengan teknik jigging // Ini dia popper juara selama trip, Batanta pinky 80 gram dari Hime Lure. Sssssst, bahkan merk Aussie dan merk lainnya pun kalah rate strike-nya // Handoko hooked up ikan tenggiri menggunakan umpan swimmer // Pulau Batanta & Salawati dilihat dari udara // Pohon kelapa di Pulau M // tenda-tenda kami dekat sekali dengan pohon kelapa. Harus banyak berdoa agar tidak ada kelapa yang jatuh // Tiba di base camp setelah 3 jam melaut dari Sorong // Cepy hooked up tenggiri besar dengan umpan popper // Tarigan hooked up GT // Joe Michael mungkin adalah pemancing dengan rate strikenya paling tinggi selama trip // Ahin akhirnya berhasil hooked up GT pertamanya. Ini adalah pengalaman pertamanya popping // Beramai-ramai foto dengan GT // Tarigan strike GT lagi // Beragam popper kami bawa // Takya dari Hime Lure juga sukses hooked up ikan tenggiri. Sayang tidak ada fotonya karena saya sibuk mengambil gambar video // Tiga foto terakhir adalah pembuat catatan iseng ini. Hehehe….. //
Bagi saya pribadi, dalam setahun bisa tiga kali bolak-balik ke salah satu “surga di bumi” yakni kepulauan Raja Ampat, Papua Barat, adalah sesuatu yang sangat-sangat saya syukuri. Tentunya pendapat ini akan berbeda dengan orang lain yang bisa jadi lebih sering misalnya. Saya mengenal dua pemancing Jakarta, dua kawan dekat ini mungkin dalam sebulan bisa dua minggu lebih di Raja Ampat, karena dia memiliki usaha di sana. Jadi bagi mereka, mungkin ke Raja Ampat layaknya saya bolak-balik kosan saya di Mampang usai bekerja di kantor, yang juga di Mampang letaknya. Bagi kawan-kawan yang lain yang belum pernah ke Raja Ampat, saya mungkin dianggap “enak banget” dan atau “enak ya jalan-jalan terus, bikin iri!” Padahal jelas-jelas saya kesana tidak untuk jalan-jalan (dalam artian bersenang-senang) melainkan untuk bekerja. Senang? Tentu! Tetapi apakah untuk bersenang-senang? Tidak! Kami dimanjakan oleh pemandangan dan susana laut yang menakjubkan, ya! Tetapi apakah tidur di atas pasir di dalam tenda selama seminggu itu selalu menyenangkan? Jawabnya silahkan ditanyakan kepada kepiting-kepiting di Pulau M, tempat kami mendirikan base camp selama seminggu. Hehehe.
Trip pertama ke Raja Ampat telah saya posting di blog iseng ini. Silahkan klik Pertarungan Selat Dampier untuk kembali membacanya. Disana terlihat jelas bawah pada trip bulan maret 2011 tersebut kami terlihat sedikit gagap karena bermain di fishing ground yang benar-benar baru kami kenal. Hasil sebenarnya sangat maksimal tetapi kami merasa sedikit kehabisan tenaga mengkover areal yang demikian luas sementara di langit sepuluh matahari membakar tubuh kami hingga kering. Namun kami puas karena ada setidaknya GT monster yang kami naikkan. Ketiga GT tersebut up 30 kg dan di rilis kembali. Trip kedua dilakukan bulan Mei 2011. Kami mendirikan base camp sendiri di sisi selatan Pulau Batanta karena tergoda dengan “rayuan” dari Kapten D, yang berkata pada bulan Maret, bahwa jika kami menginginkan monster GT, maka Tanjung B lah tempatnya. Namun tak mungkin jika saat itu juga kami mengeksplorasinya karena Kapten D ini berkata pada hari trip terakhir. Memang si Kapten D ini kelewatan, bilang ada spot monster di hari terakhir saat tenaga sudah habis, bbm tinggal tersisa sedikit, dan logistik juga sudah menipis. Maka pada bulan Mei tersebut, kami kembali untuk membayar lunas semua penasaran kami dengan menaikkan beberapa monster GT di Tanjung B. Apalagi dalam trip ini ada pemancing popping kelas wahid Indonesia, yakni Rudi Hadikesuma yang merupakan jaminan naikknya GT monster. Kisahnya ada di Tentang Pemancing, Bulan, Hujan dan Ikan. Dan semua perjalanan ke Raja Ampat ini telah menghasilkan lima episode eksklusif untuk Mancing Mania Trans|7.
Jadi dengan berbagai pelajaran berharga dari dua trip sebelumnya, pada akhir November 2011 kami kembali lagi ke Raja ampat dengan lebih yakin, bersemangat, dan dengan “armada” yang lebih besar. Ada tiga kapal! Satu kapal kayu 15 x 3 meter bermesin 40 x 2, satu speedboat 8 x 3 meter bermesin 40 x 2, dan terakhir adalah speedboat cepat Aurel milik seorang pemancing Sorong yang didorong oleh dua buah mesin besar. Saya lupa berapa pk, tak kurang dari 150 pk x 2 yang pasti. Di dua kapal terdahulu sebagian besar adalah para pemancing yang pada dua trip terdahulu juga ikut ke sini, “dikomandani” oleh Handoko Wiharja, pemancing senior asal Surabaya. Sedangkan di speedboat Aurel adalah “juragan-juragan”-nya Raja Ampat. Mereka adalah pemancing-pemancing yang tiap minggu memancing di Raja Ampat karena bolak-bolik Jakarta – Sorong mengurus usaha. Jika ditotal, termasuk dengan kru lokal, kami ada sekitar 30 orang lebih. Jadi tak heran jika selama tujuh hari penuh, Pulau M dan Pulau W yang menjadi base camp kami selama trip berubah menjadi “metropolitan”! Padahal sebelumnya kedua pulau tersebut adalah pulau yang hampir kosong! Hanya Pulau W yang berpenduduk sekitar 10 jiwa. Pulau M benar-benar kosong melompong sebelumnya. Jadi jika suatu saat Anda datang ke Pulau M ini dan kemudian sayup-sayup ada suara aneh menyanyikan lagu-lagu macam Utha Likumahua, The Mercys, dan atau Queen sekalipun, itu adalah hantu-hantu Pulau W yang telah hafal lagu-lagu yang kami putar di Ipod selama seminggu di pulau ini tiap malam. Hehehe.
Target kami dalam trip ini jelas ikan-ikan monster. Buat apa jauh-jauh kalau hanya menargetkan yang biasa? Bukan kami tidak menyukai size biasa, size berapapun ada nilainya, tetapi size does matter. Jadi kami memilih yang besar saja. Jadi kalaupun akhirnya dapatnya size sedang atau kecil, setidaknya telah menargetkan yang size “mama”. Tetapi lebih dari itu semua, kami akan memfokuskan pada titik-titik baru yang pada dua trip sebelumnya belum kami datangi. Kedua kami akan mencoba untuk kembali jigging mengejar “kapal selam” yang konon banyak bersliweran di salah satu karang dalam di Tanjung B. Lagi, kata Kapten D. Jadi jangan tanya tackle macam apa yang kami bawa. Tetapi saya kurang suka memotret tackle, karena tackle-tackle mahal itu bukan milik saya, jadi cukup jika sedikit saya singgung disini. Tackle popping ada kali 20 set! Reel didominasi oleh dua merk ternama yakni S dan D. Yang lebih beragam adalah rod-nya. Ada Smith, Hots, Carpenter, dll. Untuk jigging merk lebih beragam, tetapi saya paling suka memakai overhead-nya Accurate. Berat di awal, tetapi ternyata lebih nyaman dibandingkan jigging dengan spinning reel. Maklum pemula, baru tahu sekarang. Ditambah dengan popper range 80-140 gram, metal jig 170-350 gram, PE 5-12 dan lain sebagainya, sebenarnya tackle kami lebih dari cukup untuk membuka usaha toko pancing bernama Raja Ampat Fishing Tackle yang akan dijaka oleh Kapten D, “tukang kompor”asal Kampung Dome, Sorong!!!
Tidak usah bertele-tele. Jujur, kami tidak mendapatkan ikan monster dalam trip ini. Bahkan, GT up 30 kg pun tidak. Juga dogtooth up 10 kg pun tidak. Memang kami mendapatkan banyak dan beragam ikan, baik dengan teknik popping dan jigging. Jika tidak percaya silahkan tanya ke dang Joe Michael misalnya, salah satu pemancing dalam trip ini yang memakai speedboat Aurel, dia bahkan bisa landed hingga lebih dari 30 GT dalam dua hari saja! Teknik jigging juga gagal menaikkan monster, padahal target kami tidak muluk-muluk, yaaah kalau dogtooth tuna setidaknya up 10 kg lah. Atau kalau amberjack up 15 kg. Tetapi kami hanya mendapatkan beberapa yang sizenya under 10 kg semua. Teori itu, jika dalam sportfishing teori ini memang ada, ternyata benar. Kakek-kakek kita berkata,”Jika di spot mancing terlalu banyak ikan-ikan kecil, maka ikan-ikan monster akan selalu kalah cepat menyergap umpan-umpan kita”. Alasannya antara lain karena ikan besar kalah cepat bergerak dengan cucu-cucunya. Jika tidak percaya, ajak kakek Anda balapan lari. Sehingga meskipun di lokasi tersebut ada GT monsternya, dia pasti lebih memilih menjadi penonton cucu-cucunya berpesta popper daripada ikut rebutan. Dan “sialnya” Raja Ampat adalah surga ikan, baik dari tingkat populasi maupun keberagaman spesies! Jadi hingga hari terakhir trip, kami harus cukup puas dihibur dengan ikan-ikan GT size antara 8-20an kg saja. Namun ada momen yang bagi saya fantastis. Saat kawanan tenggiri berpesta menghajar pencil dan swimmer kita. Gimana tidak berkesan, lempar umpan sambil merem pun (memejamkan mata) pencil kita bisa langsung dihantam oleh tenggiri! Dan sizenya mak! Ada yang 25 kg an! Saat itu Cepy yang juara mendapatkan tenggiri paling besar. Lihat sendiri fotonya entah berapa kg itu.
Enaknya mengkover areal yang luas dengan tiga buah kapal adalah, kita tidak perlu rebutan spot mancing. Jadi jika misalnya Tim Joe Michael ada di spot A misalnya, maka dua kapal lain akan memilih untuk memancing di lokasi lain yang jaraknya berjauhan. Kadang jarak kami bisa terpisah 10 mil laut. Untungnya ada radio, meski lebih sering tidak bisa dipakai saking kami terpisah jauh, sehingag kami terkadang tetap bisa berkomunikasi. Untungnya lagi adalah kami membawa tiga buah kamera video. Jadi pas sudah, mau dimanapaun para pemancing mengadu nasib di spot pilihan masing-masing, tukang suting akan selalu ada menemani. Kurang apa? Silahkan mancing sepuasanya dan kami siap mendokumentasikan? Meski tukang suting suka gatal, dan sekali dua kali lemparan suka nimbrung.
Kembali tentang teori. Konon, kata kakek-kakek kita lagi (kalau pemancing-pemancing senior baca blog ini dan merasa masih muda saya bisa dilempar popper :d) ada pilihan untuk menghindari hantaman ikan-ikan kecil. Satu, dengan memakai umpan-umpan besar yang cenderung enggan dihantam ikan-ikan kecil. Khusus untuk GT, taruhlah memakai popper up 140 gr. Tetapi siapa yang mau sepanjang hari melemparkan umpan yang bisa mematahkan tangan ini? Untuk GT, kita bisa mengindari GT besar katanya dengan swimbait yang tipe subwalk, yakni bergerak di bawah permukaan. Tetapi nyatanya kami selama disini, selalu dikerumini oleh fans-fans abg (GT kecil). Cara berikut adalah cara yang sedikit unik, yakni menghabiskan ikan-ikan kecil (ini bukan berarti membunuh, maksudnya terus menaikkan ikan-ikan kecil tetapi kemudian dirilis lagi), karena trauma, ikan-ikan kecil kemudian akan malas menyambar umpan lagi sehingga memberi kesempatan untuk kakek GT tampil. Tetapi jika sepanjang hari sambaran ikan GT kecil tidak pernah habis? Kita yang repot. Kenyataan ini sebenarnya menggembirakan, karena ini membuktikan bahwa Raja Ampat adalah “surga di bumi”. Namun ini tidak bagus untuk para pemburu monster yang ingin mendapatkan ikan-ikan rekor ukuran besar yang bisa dipakai membuat pening kepala para pemancing lain akibat shock. Atau mungkin kami tidak diberkati oleh GT monster dalam trip ini karena kami terlalu kuat memiliki “niat jahat?”, yakni ingin menebar racun dosis tinggi yang bisa membuat pemancing lain sakau strike?! Hanya Tuhan yang tahu.
So, karena kisah ini sudah terlalu “berbusa” baiknya silahkan dinikmati saja foto-fotonya. Keterangan foto perlu juga untuk dibaca karena disana saya sertakan informasi penting juga. Jika ada pertanyaan lebih lanjut, silahkan hubungi saya melalui email. Tetapi maaf saudara-saudara, jika pertanyaan tersebut adalah tentang koordinat spot, apalagi spot jigging saya mungkin akan kesulitan menjawabnya. Bukan saya pelit berbagi informasi, tetapi justru saya tidak ingin mengurangi sensasi petualangan mancing Anda karena akan menghilangkan sisi “wild” dan “adventure” dalam trip yang mungkin akan Anda lakukan di Raja Ampat. Namun saya siap diajak berdiskusi tentang fishing trip ke Raja Ampat. Kecuali Anda adalah kru TV lain yang menjadi pesaing Trans7, tempat saya bekerja. Salam strike!!!
* Foto courtesy of Joe Michael/Andry Sugianto & Michael Risdianto. Don’t use or reproduce (especially for commercial purposes) without our permission. Especially if you are tackle shop, please don’t only make money from our pics without respect!!!
*Tarigan, pemancing asal Timika, mendapatkan ikan rainbow runner dengan teknik jigging // Ini dia popper juara selama trip, Batanta pinky 80 gram dari Hime Lure. Sssssst, bahkan merk Aussie dan merk lainnya pun kalah rate strike-nya // Handoko hooked up ikan tenggiri menggunakan umpan swimmer // Pulau Batanta & Salawati dilihat dari udara // Pohon kelapa di Pulau M // tenda-tenda kami dekat sekali dengan pohon kelapa. Harus banyak berdoa agar tidak ada kelapa yang jatuh // Tiba di base camp setelah 3 jam melaut dari Sorong // Cepy hooked up tenggiri besar dengan umpan popper // Tarigan hooked up GT // Joe Michael mungkin adalah pemancing dengan rate strikenya paling tinggi selama trip // Ahin akhirnya berhasil hooked up GT pertamanya. Ini adalah pengalaman pertamanya popping // Beramai-ramai foto dengan GT // Tarigan strike GT lagi // Beragam popper kami bawa // Takya dari Hime Lure juga sukses hooked up ikan tenggiri. Sayang tidak ada fotonya karena saya sibuk mengambil gambar video // Tiga foto terakhir adalah pembuat catatan iseng ini. Hehehe….. //
Comments