Guys. Sebelum tahun 2009, blog ini menjadi tempat seorang kru Majalah Mancing, Indonesia Sportfishing Magazine menuliskan hal-hal biasa yang tak mungkin dimuat di majalah. Dan beberapa waktu kemudian, sejak Juli 2009, blog ini tak dapat dihindari ikut mengabarkan trip-trip yang dilakoni oleh tim Mancing Mania Trans|7 ke berbagai penjuru negeri dan manca negara. Seiring dengan datangnya “pancaroba” yang tak mampu saya tuliskan dengan detail, postingan ini menandai kembalinya blog sepele ini sebagai tempat seorang pemancing biasa curhat tentang apa saja. Terimakasih atas dukungan dan kunjungannya selama ini.
Minnow Masuk Angin Ala Tegal (28-31 Desember 2011)
Dimulai dari pergantian tahun dari 2011 ke 2012 rasanya saya seperti terus mengalami dan melihat perubahan-perubahan penting. Dan rasanya itu berujung pada tanggal 17 Februari 2012 kemarin saat saya ‘naik’ ke Cipanas, Cianjur untuk meliput mancing ikan-ikan Amazon koleksi seorang kawan baik di Jakarta. Semuanya itu, saya yakin demi yang terbaik bagi semuanya. Saya percaya Tuhan telah merencanakan semuanya. Saya mulai kisah “the change of the season” ini dengan mampirnya saya ke Tegal di pergantian tahun dua bulan lalu. Saya lupa tanggalnya, tetapi kalau tidak salah tanggal 28 Desember 2011. Saya dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Mampir ke kota Tegal sagat sulit untuk dihindari, apalagi saat itu saya melakukan perjalanan darat melalui jalur Pantura. Kota kecil ini telah menjadi tempat yang khusus buat saya. Bermula pada tahun 2007, saat saya masih seorang newbie di dunia mancing Indonesia yang kompleks ini, kini kota Tegal telah menjadi seperti kampung halaman sendiri. Banyak sahabat, banyak saudara. Aneh tapi nyata, penyebab ini semua adalah karena adanya ikan talang-talang di sebuah reef dangkal dekat kota yang disebut Karang Jeruk (KJ).
Dulu, bersama para pemancing Tegal kami memancing ikan talang-talang di KJ menggunakan umpan bandeng hidup yang dikoncer dan atau popper Yo-Zuri Hydro Popper. Tetapi kini ikan bandeng hidup semakin mahal dan tidak cocok bagi para sportfisherman. Sehingga kini semakin jarang yang menggunakannya. Popper sudah tidak laku lagi, mungkin talang-talang itu sudah bosan dibohongi dengan popper. Namun selalu ada umpan untuk memancing ikan. Kawan-kawan Tegal setelah melalui beberapa percobaan akhirnya ‘menemukan’ umpan terbaru untuk menaklukkan ikan talang-talang di KJ. Sebenarnya bukanlah umpan yang benar-benar baru, malah ini sebenarnya umpan kategori ‘klasik’ karena sejatinya umpan tersebut adalah minnow dari sebuah merk terkenal dengan panjang 11 cm. Saya tak perlu menyebut merk dan nama minnownya, tetapi Anda bisa inbox saya jika penasaran. Namun perlu ada sedikit modifikasi pada minnow-minnow tersebut jika kita ingin strike ikan talang-talang di Tegal saat ini. Minnow-minnow tersebut harus kita kerok untuk membuang catnya sehingga akhirnya menjadi minnow bening dan atau putih polos.
Inspirasi minnow yang saat ini di Tegal disebut “minnow masuk angin” ini adalah karena baitfish (ikan umpan) di KJ adalah ikan-ikan teri yang berwarna transparan. Dan hasil inovasi ini hingga hari ini masih terbukti efektif. Saat turun ke Tegal pada tanggal 29/12, bertiga kami landed 7 ekor talang-talang good size. Keeseokan harinya lebih gila lagi, bertiga, kami landed 24 ekor ikan talang-talang. Kecerdikan kawan-kawan di Tegal ini mungkin bisa dicoba di tempat lain. Saat ikan sudah jenuh dengan umpan artificial yang itu-itu saja, saatnya ‘memodifikasi’ umpan kita agar menjadi efektif.
Temensis Villaku Kuning, Cipanas (17-19 Januari 2012)
Jakarta kembali menelan hari-hari saya untuk beberapa lama. Tidak ada kegiatan mancing yang berarti. Bekerja di Mampang, dan lalu di waktu luang usai bekerja hanya kesana-sini bertemu kawan-kawan dan baku cerita tentang kenangan-kenangan pergantian tahun. Salah satu kawan dekat saya, Joe, kemudian tiba-tiba mengajak saya ke VK, villa milik keluarga Joe di Cipanas, Cianjur. Joe adalah suami dari penyanyi kondang era 80-90an, idola saya, Rita Effendy. Saya yakin Anda pernah mengenal hits dari Teh Rita (saya memanggilnya Teteh secara dia urang Sunda) seperti Selamat Jalan Kekasih, Saling Setia, dan Januari di Kota Dilli. Dan meski niatnya liburan dan bersantai, kegiatan utama kami tetap, mancing dan mancing. Hehehehehe. Beberapa fotonya saya pasang disini. Catatan penting ketika mancing di kolam pribadinya Joe, yang dihuni oleh ikan-ikan Amazon dan ikan-ikan ‘mahal’ lainnya, bahwa saat itu, fly fishing keluar sebagai juara mengalahkan mancing kasting. Hehehehe. Ini adalah kali pertama teknik fly fishing saya terapkan di kolam pribadi Joe, dan strike paling banyak pula. Mantaaaaab!!! Semoga Joe dan ponakannya Andry tidak membaca postingan ini, bisa tidak diajak mancing lagi nanti saya?! Hehehe.
Saya sebenarnya tak yakin bahwa masih bisa mancing fly fishing setelah sekian lama teknik ini saya tinggalkan karena lebih memilih teknik spinning yang lebih populer dan lebih mudah dipakai menggaet ikan-ikan besar. Fly fishing juga bisa sebenarnya. Malahan sensasi luar biasa, sama seperti juga kerumitannya, tetapi jujur saja, di Indonesia tak banyak lokasi yang mendukung penggunaan aplikasi teknik ini. Apalagi lokasi freshwater-nya. Sungai-sungai kita sudah begitu tercemar dan overfishing (kecuali mungkin di luar Jawa). Kalau lokasi saltwater jelas bejibun. Masalahnya tackle set fly yang saya punya adalah tackle freshwater yaknik fly set #6-7 saja yang hanya direuntukkan untuk freshwater, mentok-mentok masih bisa lah dipakai di perairan payau. Eh ternyata saya tidak lupa-lupa amat dengan fly fishing. Landed 9 ekor ikan mulai dari Chicla temensis, managuense, dan Chicla monoculus sangat menghibur setelah sekian lama saya tidak menyentuh fly fishing. Jadi tampaknya saya tak lagi boleh melulu fokus dengan spinning fishing, fly fishing juga harus kembali saya ‘sentuh’ dengan lebih intense. Apalagi kini semakin banyak waktu untuk menggelutinya karena tampaknya jadwal trip spinning fishing yang pernah begitu super padat akan berkurang dengan nyata.
Tasik Kenyir, Malaysia hingga Pilot Project, Thailand (28 Jan – 5 Feb 2012)
Suddenly. Saya dan Joe terbang ke Malaysia pada tanggal 28 Januari 2012. Tim Mancing Mania Trans|7 terdiri dari saya, mas Dudit Widodo dan kamera person Arfane. Sedangkan Joe bersama Andry dan temennya Edi. Saya tidak akan menuliskan bagian perjalanan ke Malaysia ini dengan detail karena hanya akan membuka ‘luka’ terutama bagi sponsor trip ini yakni sobat saya Joe. Maksud saya begini. Kami tidak berangkat karena mengiggau, kami berangkat setelah mendapatkan informasi dari para guide yang biasa memandu para pemancing dan petualang ke danau terbesar di Malaysia ini, itupun kami memeriksa berkali-kali informasi dari mereka ke berbagai sumber lain. Namun meski selama tanggal 29 Januari hingga 2 Februari 2012, kami telah menempuh jalan darat hampir 1000 km bolak-balik Kuala Lumpur – Terengganu, dan selama di Tasik Kenyir (Danau Kenyir) kami tinggal di atas houseboat selama berhari-hari, memancing sepanjang siang dan malam, abai pada panas dan hujan, tetapi kami tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Sialnya permasalahannya terletak pada musim yang kurang tepat, hujan membuat air danau naik hampir 10 meter. Hal yang juga kami tahu sejak masih di Indonesia, tetapi kemudian kami abaikan faktor ini karena bahkan guide yang sudah 15 tahun keliling Tasik Kenyir saat itu berkata kepada kami melalui email bahwa kami bisa memancing di sini dengan hasil yang tidak akan mengecewakan.
Oleh karenanya, saya dan Joe berinisiatif “mengganti” kegagalan di Malaysia dengan langsung bergeser ke Thailand pada tanggal 3-5 Februari. Free for all! Tujuan pertama adalah kolam Mekong catfish di Bungsamran. Dar der dor ibaratnya, sehari disini materi untuk satu episode sudah ditangan. Esok harinya kami menyasar lokasi yang berbeda di Bungma, 2 jam dari Bangkok, ke kolam catch and release barramundi. Setengah hari kami habiskan disini bersama ikan-ikan kakap putih yang kami pancing dengan teknik kasting. Menjelang sore kami bergeser ke Pilot Project 111 untuk kasting ikan tomman (Channa micropeltes). Malam tiba, materi satu episode berikutnya kembali di tangan. Esok harinya tepat tanggal 5 kami kembali ke Jakarta, molor sehari dari jadwal seharusnya yakni tanggal 4 Februari. Kegagalan di Malaysia “dibayar” lebih di Thailand. Paragraf ini adalah pernyataan saya kepada siapapun yang merasa kurang nyaman (atau tidak suka) terutama terhadap hasil trip Malaysia tetapi merembet juga kepada hasil back up di Thailand. Satu hal bung, selama di Tasik Kenyir bahkan kami tidur dan menjalani hari-hari di atas perahu, di sudut danau entah dimana di dalam hutan, jauh dari peradaban, abai pada dingin, abai pada hujan petir dan panas, kami tidak bersantai! Seharusnya semua bisa dinilai secara fair.
Dihibur oleh Temensis Villaku Kuning (17-19 Februari 2012)
Dan suatu hari, Jumat malam yang berhujan lebat, ketika saya kembali ‘mendaki’ ke Puncak untuk kembali menuju VK di Cipanas, yang terpikir oleh saya adalah kembali mempersembahkan hal-hal yang dianggap terbaik saja, meski yang terasa hanyalah perih. Terimakasih brader Joe dan Teh Rita untuk segalanya. Dan andai engkau semua juga bisa membaca tulisan ini wahai para Chicla temensis, terimakasih karena telah menghibur dengan beberapa strike kasar tak beraturan yang menghantam umpan fly fishing saya berkali-kali selama 17-19 Februari 2012 di Villaku Kuning. Dangke all!
* Foto courtesy of Michael Risdianto. Don’t use or reproduce (especially for commercial purposes) without our permission. Especially if you are tackle shop, please don’t only make money from our pics without respect!!!
* Keterangan foto: Hooked on flies. Seekor Chicla temensis besar hooked up sempurna dengan umpan fly fishing // Dua ekor talang-talang Tegal yang hooked up dengan “minnow masuk angin” // Foto profil "minnow masuk angin" ala pemancing Tegal. Strike dengan fly fishing memang tiada dua. Saat fly rod melengkung seperti ini rasanya seperti lupa segala-galanya // Hasilnya adalah seekor Chicla temensis besar yang aduhai // Houseboat di Tasik Kenyir tempat kami mengadu nasib selama di Malaysia // Salam ala Lubuk.net // Joe hooked up tomman dan barramundi di Thailand // Saya ikut mejeng juga ah daripada pusing! // Chicla temensis jumbo lagi berhasil hooked up dengan fly fishing // Indodatz tigerfish yang juga hooked up on fly fishing //
Minnow Masuk Angin Ala Tegal (28-31 Desember 2011)
Dimulai dari pergantian tahun dari 2011 ke 2012 rasanya saya seperti terus mengalami dan melihat perubahan-perubahan penting. Dan rasanya itu berujung pada tanggal 17 Februari 2012 kemarin saat saya ‘naik’ ke Cipanas, Cianjur untuk meliput mancing ikan-ikan Amazon koleksi seorang kawan baik di Jakarta. Semuanya itu, saya yakin demi yang terbaik bagi semuanya. Saya percaya Tuhan telah merencanakan semuanya. Saya mulai kisah “the change of the season” ini dengan mampirnya saya ke Tegal di pergantian tahun dua bulan lalu. Saya lupa tanggalnya, tetapi kalau tidak salah tanggal 28 Desember 2011. Saya dalam perjalanan kembali ke Jakarta. Mampir ke kota Tegal sagat sulit untuk dihindari, apalagi saat itu saya melakukan perjalanan darat melalui jalur Pantura. Kota kecil ini telah menjadi tempat yang khusus buat saya. Bermula pada tahun 2007, saat saya masih seorang newbie di dunia mancing Indonesia yang kompleks ini, kini kota Tegal telah menjadi seperti kampung halaman sendiri. Banyak sahabat, banyak saudara. Aneh tapi nyata, penyebab ini semua adalah karena adanya ikan talang-talang di sebuah reef dangkal dekat kota yang disebut Karang Jeruk (KJ).
Dulu, bersama para pemancing Tegal kami memancing ikan talang-talang di KJ menggunakan umpan bandeng hidup yang dikoncer dan atau popper Yo-Zuri Hydro Popper. Tetapi kini ikan bandeng hidup semakin mahal dan tidak cocok bagi para sportfisherman. Sehingga kini semakin jarang yang menggunakannya. Popper sudah tidak laku lagi, mungkin talang-talang itu sudah bosan dibohongi dengan popper. Namun selalu ada umpan untuk memancing ikan. Kawan-kawan Tegal setelah melalui beberapa percobaan akhirnya ‘menemukan’ umpan terbaru untuk menaklukkan ikan talang-talang di KJ. Sebenarnya bukanlah umpan yang benar-benar baru, malah ini sebenarnya umpan kategori ‘klasik’ karena sejatinya umpan tersebut adalah minnow dari sebuah merk terkenal dengan panjang 11 cm. Saya tak perlu menyebut merk dan nama minnownya, tetapi Anda bisa inbox saya jika penasaran. Namun perlu ada sedikit modifikasi pada minnow-minnow tersebut jika kita ingin strike ikan talang-talang di Tegal saat ini. Minnow-minnow tersebut harus kita kerok untuk membuang catnya sehingga akhirnya menjadi minnow bening dan atau putih polos.
Inspirasi minnow yang saat ini di Tegal disebut “minnow masuk angin” ini adalah karena baitfish (ikan umpan) di KJ adalah ikan-ikan teri yang berwarna transparan. Dan hasil inovasi ini hingga hari ini masih terbukti efektif. Saat turun ke Tegal pada tanggal 29/12, bertiga kami landed 7 ekor talang-talang good size. Keeseokan harinya lebih gila lagi, bertiga, kami landed 24 ekor ikan talang-talang. Kecerdikan kawan-kawan di Tegal ini mungkin bisa dicoba di tempat lain. Saat ikan sudah jenuh dengan umpan artificial yang itu-itu saja, saatnya ‘memodifikasi’ umpan kita agar menjadi efektif.
Temensis Villaku Kuning, Cipanas (17-19 Januari 2012)
Jakarta kembali menelan hari-hari saya untuk beberapa lama. Tidak ada kegiatan mancing yang berarti. Bekerja di Mampang, dan lalu di waktu luang usai bekerja hanya kesana-sini bertemu kawan-kawan dan baku cerita tentang kenangan-kenangan pergantian tahun. Salah satu kawan dekat saya, Joe, kemudian tiba-tiba mengajak saya ke VK, villa milik keluarga Joe di Cipanas, Cianjur. Joe adalah suami dari penyanyi kondang era 80-90an, idola saya, Rita Effendy. Saya yakin Anda pernah mengenal hits dari Teh Rita (saya memanggilnya Teteh secara dia urang Sunda) seperti Selamat Jalan Kekasih, Saling Setia, dan Januari di Kota Dilli. Dan meski niatnya liburan dan bersantai, kegiatan utama kami tetap, mancing dan mancing. Hehehehehe. Beberapa fotonya saya pasang disini. Catatan penting ketika mancing di kolam pribadinya Joe, yang dihuni oleh ikan-ikan Amazon dan ikan-ikan ‘mahal’ lainnya, bahwa saat itu, fly fishing keluar sebagai juara mengalahkan mancing kasting. Hehehehe. Ini adalah kali pertama teknik fly fishing saya terapkan di kolam pribadi Joe, dan strike paling banyak pula. Mantaaaaab!!! Semoga Joe dan ponakannya Andry tidak membaca postingan ini, bisa tidak diajak mancing lagi nanti saya?! Hehehe.
Saya sebenarnya tak yakin bahwa masih bisa mancing fly fishing setelah sekian lama teknik ini saya tinggalkan karena lebih memilih teknik spinning yang lebih populer dan lebih mudah dipakai menggaet ikan-ikan besar. Fly fishing juga bisa sebenarnya. Malahan sensasi luar biasa, sama seperti juga kerumitannya, tetapi jujur saja, di Indonesia tak banyak lokasi yang mendukung penggunaan aplikasi teknik ini. Apalagi lokasi freshwater-nya. Sungai-sungai kita sudah begitu tercemar dan overfishing (kecuali mungkin di luar Jawa). Kalau lokasi saltwater jelas bejibun. Masalahnya tackle set fly yang saya punya adalah tackle freshwater yaknik fly set #6-7 saja yang hanya direuntukkan untuk freshwater, mentok-mentok masih bisa lah dipakai di perairan payau. Eh ternyata saya tidak lupa-lupa amat dengan fly fishing. Landed 9 ekor ikan mulai dari Chicla temensis, managuense, dan Chicla monoculus sangat menghibur setelah sekian lama saya tidak menyentuh fly fishing. Jadi tampaknya saya tak lagi boleh melulu fokus dengan spinning fishing, fly fishing juga harus kembali saya ‘sentuh’ dengan lebih intense. Apalagi kini semakin banyak waktu untuk menggelutinya karena tampaknya jadwal trip spinning fishing yang pernah begitu super padat akan berkurang dengan nyata.
Tasik Kenyir, Malaysia hingga Pilot Project, Thailand (28 Jan – 5 Feb 2012)
Suddenly. Saya dan Joe terbang ke Malaysia pada tanggal 28 Januari 2012. Tim Mancing Mania Trans|7 terdiri dari saya, mas Dudit Widodo dan kamera person Arfane. Sedangkan Joe bersama Andry dan temennya Edi. Saya tidak akan menuliskan bagian perjalanan ke Malaysia ini dengan detail karena hanya akan membuka ‘luka’ terutama bagi sponsor trip ini yakni sobat saya Joe. Maksud saya begini. Kami tidak berangkat karena mengiggau, kami berangkat setelah mendapatkan informasi dari para guide yang biasa memandu para pemancing dan petualang ke danau terbesar di Malaysia ini, itupun kami memeriksa berkali-kali informasi dari mereka ke berbagai sumber lain. Namun meski selama tanggal 29 Januari hingga 2 Februari 2012, kami telah menempuh jalan darat hampir 1000 km bolak-balik Kuala Lumpur – Terengganu, dan selama di Tasik Kenyir (Danau Kenyir) kami tinggal di atas houseboat selama berhari-hari, memancing sepanjang siang dan malam, abai pada panas dan hujan, tetapi kami tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Sialnya permasalahannya terletak pada musim yang kurang tepat, hujan membuat air danau naik hampir 10 meter. Hal yang juga kami tahu sejak masih di Indonesia, tetapi kemudian kami abaikan faktor ini karena bahkan guide yang sudah 15 tahun keliling Tasik Kenyir saat itu berkata kepada kami melalui email bahwa kami bisa memancing di sini dengan hasil yang tidak akan mengecewakan.
Oleh karenanya, saya dan Joe berinisiatif “mengganti” kegagalan di Malaysia dengan langsung bergeser ke Thailand pada tanggal 3-5 Februari. Free for all! Tujuan pertama adalah kolam Mekong catfish di Bungsamran. Dar der dor ibaratnya, sehari disini materi untuk satu episode sudah ditangan. Esok harinya kami menyasar lokasi yang berbeda di Bungma, 2 jam dari Bangkok, ke kolam catch and release barramundi. Setengah hari kami habiskan disini bersama ikan-ikan kakap putih yang kami pancing dengan teknik kasting. Menjelang sore kami bergeser ke Pilot Project 111 untuk kasting ikan tomman (Channa micropeltes). Malam tiba, materi satu episode berikutnya kembali di tangan. Esok harinya tepat tanggal 5 kami kembali ke Jakarta, molor sehari dari jadwal seharusnya yakni tanggal 4 Februari. Kegagalan di Malaysia “dibayar” lebih di Thailand. Paragraf ini adalah pernyataan saya kepada siapapun yang merasa kurang nyaman (atau tidak suka) terutama terhadap hasil trip Malaysia tetapi merembet juga kepada hasil back up di Thailand. Satu hal bung, selama di Tasik Kenyir bahkan kami tidur dan menjalani hari-hari di atas perahu, di sudut danau entah dimana di dalam hutan, jauh dari peradaban, abai pada dingin, abai pada hujan petir dan panas, kami tidak bersantai! Seharusnya semua bisa dinilai secara fair.
Dihibur oleh Temensis Villaku Kuning (17-19 Februari 2012)
Dan suatu hari, Jumat malam yang berhujan lebat, ketika saya kembali ‘mendaki’ ke Puncak untuk kembali menuju VK di Cipanas, yang terpikir oleh saya adalah kembali mempersembahkan hal-hal yang dianggap terbaik saja, meski yang terasa hanyalah perih. Terimakasih brader Joe dan Teh Rita untuk segalanya. Dan andai engkau semua juga bisa membaca tulisan ini wahai para Chicla temensis, terimakasih karena telah menghibur dengan beberapa strike kasar tak beraturan yang menghantam umpan fly fishing saya berkali-kali selama 17-19 Februari 2012 di Villaku Kuning. Dangke all!
* Foto courtesy of Michael Risdianto. Don’t use or reproduce (especially for commercial purposes) without our permission. Especially if you are tackle shop, please don’t only make money from our pics without respect!!!
* Keterangan foto: Hooked on flies. Seekor Chicla temensis besar hooked up sempurna dengan umpan fly fishing // Dua ekor talang-talang Tegal yang hooked up dengan “minnow masuk angin” // Foto profil "minnow masuk angin" ala pemancing Tegal. Strike dengan fly fishing memang tiada dua. Saat fly rod melengkung seperti ini rasanya seperti lupa segala-galanya // Hasilnya adalah seekor Chicla temensis besar yang aduhai // Houseboat di Tasik Kenyir tempat kami mengadu nasib selama di Malaysia // Salam ala Lubuk.net // Joe hooked up tomman dan barramundi di Thailand // Saya ikut mejeng juga ah daripada pusing! // Chicla temensis jumbo lagi berhasil hooked up dengan fly fishing // Indodatz tigerfish yang juga hooked up on fly fishing //
Comments
Pak Darmadi: Iya keren2 Pak.... Thank you Pak. GBU.....