Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2016

Lebih dari Apapun, Saya Tetap Memilih Untuk Lebih Peduli Pada Ekosistem Perairan Agar Dapat Diwariskan Kepada Generasi Selanjutnya

Kehadiran saya di sebuah desa pedalaman Kalimantan Barat beberapa waktu lalu sebenarnya adalah untuk ‘melihat’ dengan lebih dalam tentang bagaimana sebuah unit sosial yang berada jauh di pedalaman menjalani kehidupannya, berikut dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada saat ini. Masyarakat Dayak Beginci, ada juga yang menyebutnya Dayak Laman Peruya, adalah sebuah sub suku yang konon merupakan anak suku Ot-Danum di Kalimantan Tengah. Perjalanan sejarah juga politik pada masa lampau (pada jaman kerajaan-kerajaan) kemudian membuat sub suku ini terpaksa masuk dalam wilayah Kalimantan Barat. Baiknya saya tidak perlu membahas migrasi sekaligus ‘perpindahan’ unit sosial ini pada masa lampau karena kisahnya terlalu panjang dan juga pada beberapa bagian cukup sensitif. Kini (setelah migrasi panjang dan terus berpindah selama beberapa generasi) masyarakat ini mendiami sebuah noktah kecil di daerah aliran Sungai B***** K***, sekitar 10 jam dari kota Pontianak, Kalimantan Barat. Desa kecil

Wild Water Indonesia Stop Setrum, Racun, Bom Ikan: Langkah Kecil Untuk Ikut Peduli Masa Depan Perairan Indonesia

Catatan ini awalnya ditulis di sebuah kampung terpencil di pedalaman Kalimantan Barat. Bukan karena saya memiliki segalanya sehingga selalu bisa berkeliling negeri tercinta sekaligus memiliki banyak koyak ini, tetapi justru sebaliknya. Semua perjalanan dalam sepuluh tahun terakhir ini semata karena banyak orang memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk berkarya, untuk mengabarkan, dan lebih jauh lagi sebuah amanat untuk menjadi lebih bermanfaat untuk kehidupan banyak orang, juga untuk beribadah. Saya percaya, bahwa banyak pihak yang memiliki kepedulian tinggi terhadap kondisi perairan baik itu perairan tawar (sungai dan danau) maupun laut yang ada di negeri ini. Namun sepertinya orang-orang seperti ini jumlahnya tidak banyak dan cenderung ‘kesepian’ dan tidak memiliki kemampuan sangat besar menyuarakan aspirasi, dan apalagi mengkonversi kegelisahan   yang mereka alami dengan tindakan-tindakan nyata. Ini bukan salah mereka, hanya saja jaman yang memang sepertinya terlalu