Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2015

Tentang Secangkir Kopi Hitam di Suatu Pagi dan Sebuah Keluarga di Tepian Sungai Sebangau, Kalimantan Tengah

Judulnya tiba-tiba menjadi sentimentil, layaknya seorang cancer sejati. Tetapi sudahlah mumpung masih anget , semua ditulis saja. Ada yang lucu dan sedikit menjengkelkan ketika saya hendak menuju ke sebuah rumah di Desa Paduran, Sebangau Kuala, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Padahal saya sudah bolak-balik ke desa ini dan hapal seperti sudah hafal di luar kepala. Tetapi anehnya hari itu kami malah nyasar ke Bahaur, sekitar 40an kilometer dari Paduran. Berangkat dari Palangkaraya pukul 13.30 wib, seharusnya sebelum magrib saya dan rombongan sudah sampai. Tetapi gara-gara nyasar ini, kami tiba pukul 21.00 wib! Aneh sekali kejadian nyasar ini, mobil kami tiba-tiba sudah berada di tengah kebun di Desa Bahaur. Nyasar 40 km jika di kota atau di Jawa, mungkin hanya perlu satu jam untuk tarik balik. Tetapi di kawasan ini jalanan masih goyang dombret penuh lubang, jadilah itu tadi, pukul 21.00 wib baru tiba di Desa Paduran. Bapak yang punya rumah, bapak kepala Desa Paduran sedang ada acara

Ngebeng Ikan Betutu di Bangka Selatan: Behind The Scene Jejak Petualang Wild Fishing

Ngebeng , bahasa Bangka Selatan untuk menyebut kegiatan menangkap ikan dengan tangan kosong. Ini hasil dokumentasi Juni tahun lalu. Kemarau sedang berada di puncaknya, panas membakar bumi hingga mendidih. Dan kami berjibaku di bendungan yang mulai mengering, menangkap ikan betutu bersama warga Bangka Selatan. Host waktu itu adalah Vika Fitriyana, gadis keturunan Batak yang cantik dengan semangat kerja yang luar biasa. Hasilnya adalah dokumentasi tentang kearifan lokal yang atraktif, seru, dan sekaligus menginspirasi. Ini tergolong dokumentasi paling berat yang pernah kami lakukan (mengingat panasnya cuaca di Bangka Selatan, dan dalamnya lumpur bendungan yang 'menghisap' kami). Ikan betutu sendiri adalah ikan khas perairan tawar Indonesia, dan saat ini tergolong ikan bernilai ekonomi tinggi. Akibat banyaknya permintaan pasar luar negeri terhadap spesies yang dianggap mampu mendongkrak kejantanan kaum pria ini. Perburuan terhadap ikan ini di Indonesia menjadi masif dan secara

Untuk Orang-orang Barunai di Tepian Sungai Rungan & Ikan-ikan yangTerjebak di Danau Terisolasi (Bagian 2)

Untuk orang-orang Petuk Barunai di sekitar Sungai Rungan, Kalimantan Tengah. Yang tetap mampu bersikap dan melihat dengan keluhuran akal budi, ketika badai ‘jahat’ menimpa saya satu tahun lalu, dan efek-efek yang ditimbulkannya terkadang masih muncul sporadis hingga hari ini. Pernah terlintas untuk menghapus semua file foto, video, dan ingatan usai trip yang terjadi ke desa indah ini satu tahun lalu. Penyebabnya adalah isu-isu tidak bertanggung jawab yang ditimpakan kepada saya oleh pihak-pihak tertentu dengan segunung uang dan pengikut loyal yang sebagian besar hanya bisa menilai semuanya dengan ‘bias’. Untungnya, ketika saya merasa sendiri dan tertekan dan merasa dunia runtuh saat itu, saya masih diingatkan oleh Tuhan, bahwa semua selalu ada masanya. Tidak selamanya seseorang ataupun sesuatu mampu ‘menyetir’ semua orang. Mata yang silau akan mampu melihat kembali, yang lupa akan kembali sadar. Kini, setahun berselang, saya membuka kembali file Petuk Barunai, untuk mengenang oran

Untuk Orang-orang Barunai di Tepian Sungai Rungan & Ikan-ikan yang Terjebak di Danau Terisolasi (Bagian 1)

Untuk orang-orang Petuk Barunai di sekitar Sungai Rungan, Kalimantan Tengah. Yang tetap mampu bersikap dan melihat dengan keluhuran akal budi, ketika badai ‘jahat’ menimpa saya satu tahun lalu, dan efek-efek yang ditimbulkannya terkadang masih muncul sporadis hingga hari ini. Pernah terlintas untuk menghapus semua file foto, video, dan ingatan usai trip yang terjadi ke desa indah ini satu tahun lalu. Penyebabnya adalah isu-isu tidak bertanggung jawab yang ditimpakan kepada saya oleh pihak-pihak tertentu dengan segunung uang dan pengikut loyal yang sebagian besar hanya bisa menilai semuanya dengan ‘bias’. Untungnya, ketika saya merasa sendiri dan tertekan dan merasa dunia runtuh saat itu, saya masih diingatkan oleh Tuhan, bahwa semua selalu ada masanya. Tidak selamanya seseorang ataupun sesuatu mampu ‘menyetir’ semua orang. Mata yang silau akan mampu melihat kembali, yang lupa akan kembali sadar. Kini, setahun berselang, saya membuka kembali file Petuk Barunai, untuk m