Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2008

Lelahnya Mancing Popping Melawan Angin Selatan

Di musim angin Selatan seperti sekarang ini memancing di perairan Selatan Pulau Jawa sesungguhnya kurang pas. Dari segi apapun. Dari segi gelombang dan ombak Samudera Hindia sekarang sudah pasti selalu besar. Seperti saat kemarin saya ke Ujung Kulon. Memang swell saat saya mancing cuma sekitar 3 koma sekian meter dan wave sekitar 1 koma sekian meter. Tetapi angin yang demikian besar dan dingin (konon angin dingin ini karena asalnya dari Australia) praktis membuat swell dan wave terasa demikian perkasa. Mau popping repotnya minta ampun karena kita malah jadinya sibuk menjaga keseimbangan. Ombak yang besar juga berefek besar pada salah satu elemen suksesnya mancing dengan teknik popping, splash popper kita misalnya. Karena saat mencapai bibir-bibir batu atau karang riak ombak semakin banyak, splash dari popper jadinya juga sulit terlihat oleh ikan. Akibatnya popper selalu kesepian sepanjang hari karena tidak ada sambaran dari "pacarnya" yakni sang giant trevally. Belum lagi fak

Memang Sebagian Ikan di Kolam Ini Adalah 'Invaders', Tetapi Kenapa Baru Sekarang Marah?

Dalam kultur Indonesia kehadiran orang asing di suatu daerah akan langsung dipantau dengan sangat seksama. Dulu mungkin masih dengan senyum yang meski seringnya dibuat-buat. Tetapi kini lupakanlah keramahan macam itu karena ternyata kultur kita kini adalah penuh curiga dan penuh prasangka. Ditambah lagi ini adalah jaman teroris jalan-jalan di mal dan tempat-tempat ibadah sambil menenteng belanjaan berisi es krim. Kecuali yang datang ke suatu daerah itu adalah orang asing yang datang itu berpenampilan mentereng dengan segudang simbol-simbol kekayaan maka kita akan langsung menyembah dan siap menjadi budaknya. Tidak percaya? Hitung saja sudah berapa lama kita menjadi budak utang luar negeri? Ilustrasi di atas mungkin mirip dengan kasak-kusuk yang mulai merebak di kalangan pemancing Indonesia menyikapi kehadiran kolam peacock bass di daerah Pondok Cabe, Jakarta. Banyak yang setuju dengan kehadiran kolam ini karena memang spesies yang ada di kolam catch and release ini sangat eksotis mula

Salah Satu Keanggunan Indonesia Yang Mulai Hilang, Ikan Belida (Notopteus chitala)

Gambar ikan di perangko yang direlease tahun 1997 ini adalah ikan belida ( Notopteus chitala ). Bentuk ikan ini adalah berbadan pipih dengan kepala kecil. Bentuk kepala dekat punggung cekung. Bungkuk dibagian tengkuk dan memiliki sisik kecil-kecil. Rahang semakin panjang sesuai dengan meningkatnya umur sampai jauh melampaui batas belakang mata. Sisik pasa penutup insang terdapat 20 – 22 baris. Berwarna agak kelabu dibagian punggung dan agak putih keperakan di bagian perut. Pola warna bervariasi sesuai dengan fasenya. Panjang maksimum kurang lebih 875 mm dan berat tubuh dapat mencapai 15 kg. Sisi badannya dihiasi deretan bola hitam yang masing-masing dikelilingi lingkaran putih seperti jendela kapal laut. Kalau sudah dewasa, gambaran tubuh itu hilang dengan sendirinya, diganti dengan sejumlah garis seperti sabuk hitam. Walaupun ukurannya bisa menjadi besar, namun ikan ini juga digemari orang sebagai ikan hias untuk dipajang di akuarium air tawar. Mulut ikan Belida luar biasa lebar

Cinta Pertama Saya Kepada Fly Fishing Itu Gara-gara Ikan Pacu Ini... :D

Rencananya weekend kemarin saya pergi ke Ujung Kulon meliput trip popping dari beberapa pemancing Jakarta dan Bekasi. Tapi apa daya trip ternyata di pending karena sesuatu hal. Lumayan pusing karena sudah siap sejak 3 minggu sebelumnya. Karena saya tidak siap untuk bengong di weekend saya lalu menghubungi teman-teman pemancing yang lain. Akhirnya saya memutuskan bergabung dengan Mr. Hock J Lim (Singaporean angler) untuk ikut mancing di kolam milik Ariel Tan (Malaysian angler) di daerah Pondok Cabe, Pamulang, Tangerang. Ceritanya hanya berniat ngintip acara fly fishing dari para master fly fishing ini, eh ternyata Mr. Hock punya agenda lain. Beliau rupanya ingin meruntuhkan "iman" light tackle casting saya dengan mengajari teknik fly fishing. Hari sabtu saya belajar "setengah mati" cara cast dengan teknik ini. Benar-benar setengah mati karena memang sangat sulit dan melelahkan, apalagi untuk pemula seperti saya yang terbiasa spinning cast. Hasilnya, memang beberapa

Susahnya Mencari Popper Yo-Zuri Hydro Series

Mencari artificial lure produksi luar negeri ternyata masih dapat dikatakan gampang-gampang susah di Jakarta ini. Semuanya ada sih memang, mau merk apa saja tinggal tergantung kemampuan kantong kita. Mau Rapala ataupun merk-merk lain misalnya Halco, Daiwa dan lain-lain juga ada. Dari yang harganya murah sampai yang harganya mahal. Tetapi selalu, selalu tidak dalam seri yang lengkap. Misalnya popper Hydro Series dari Yo-Zuri ini. Saya sudah berkeliling ke hampir semua toko di Jakarta tetapi adanya cuma yang red head dan green mackerel. Sebuah toko pancing besar di Jakarta malah memiliki stock dalam jumlah yang tidak akan habis setahun tetapi hanya dalam dua warna tadi. Aneh. Padahal setahu saya banyak sekali yang mencari warna-warna lain dari seri ini. Misalnya warna blue mackerel, popper yang warna ini misalnya sangat ampuh dipakai popping di beberapa fishing ground di Jawa tengah. Warna blue and silver/white juga sangat banyak peminatnya. Juga warna gold. Sudah saatnya toko pancing me

Kangen Sosolat, Desa Tenggiri Halmahera Yang Mendunia

Entah kenapa tiba-tiba saya sangat merindukan Desa Sosolat. Desa terpencil di keindahan dan keperawanan Pulau Halmahera, Maluku Utara. Desa yang tiba-tiba mendunia di kalangan sportfisherman karena VCD "Tenggiri Halmahera" yang dirilis oleh Majalah SIRIP (Malaysia) berdasarkan trip pemancing Surabaya bernama Rudi Hadikesuma. Mungkin karena saat di sana saya lupa segalanya saking indahnya. Mungkin karena di sana tidak ada sinyal cellular. Mungkin karena di sana saya tidak mendengar bunyi klakson kendaraan umum karena memang di sana tidak ada kendaraan umum selain beberapa perahu kecil di dermaga desa. Mungkin karena selama di sana saya menjadi terasing. Mungkin karena "bius" daging tenggiri (yang luar biasa itu rasanya) yang untuk mendapatkannya saya tinggal pergi memancing ke tanjung yang jaraknya hanya 3 mil di depan desa. Mungkin karena masakan Ros (juru masak Kepala Desa Sosolat) yang luar biasa rasanya. Mungkin karena "sihir" wilayah terpencil yang kon

Semoga Perairan Ujung Kulon, Banten Bersahabat Dengan Pemancing

Gambar ini adalah prediksi angin dan gelombang dari FNMOC. Di image yang dirilis oleh institusi militer USA ini terlihat bahwa perairan sekitar Ujung Kulon akan cukup tenang sampai 144 jam ke depan. Jika diperhatikan secara seksama di ujung Timur bagian Selatan Pulau Jawa tinggi gelombang berkisar antara 3-4 feet dan atau maksimal 4-5 feet (1 feet sama dengan sekitar 0.3 meter). Wah berarti kepergian saya trip ke sana tanggal 20-22 Juni mendatang akan asyik dong? Ombak tidak akan tinggi dan tentunya bisa mancing dengan aman dan nyaman. Asal jangan sampai angin bertiup kencang saja. Dan juga sampai mati arus saja. Bisa-bisa mancing in heart kalau sampai arus mati. Tetapi sejujurnya agak sedikit was-was dengan warna hijau di perairan Selatan Jawa. Warna hijau menunjukkan tinggi gelombang akan berkisar antara 6-7 feet. Ini kalau ditambah dengan angin yang bertiup kencang rasanya sudah akan "goyang dombret" patah-patah ditambah dengan bonus "buang sauh". Semoga warna hi

Temanku Hock J Lim dan Ikan Black Bass Sungai Handil

Ini dia Mr. Hock yang baru pulang dari trip kasting di Sungai Handil di Kalimantan Timur. Luar biasa bukan black bass yang berhasil didapatkannya di sana. Ngomong-omong black bass memang sedang naik daun menjadi selebritis di kalangan pemancing. Para pemancing saltwater pun banyak yang tergoda untuk memancing ikan yang konon sebagai yang terkuat di keluarga barra ini. Baru pulang dari Kalimantan Timur Mr. Hock sudah email saya dan bilang "Saya ingin pergi ke Hamlahera Utara," tulisnya. Spot yang dimaksud oleh dia tentunya adalah sebuah sungai yang sempat saya kunjungi Maret lalu. Tampaknya Mr. Hock sudah membaca khabar singkat tentang "mengamuknya" black bass di Halmahera Utara. Kalau Pak Hock ke sana Mike ikut ya? Hehehe * Foto: Hock J Lim dengan black bass Sungai Handil, Kalimantan Timur (Foto koleksi Hock J Lim)

Sarah Ayu: Pemancing Cilik Yang Sangat Luar Biasa

Weekend kemarin saya tidak pergi mancing. Secara tidak ada tugas liputan dari kantor, saya juga lagi bokek. Jadilah saya bertapa di kamar saja. Menabung tidur agar malamnya siap melototin jagoan bola beraksi di layar kaca. Hehehe... Banyak update mancing dari berbagai daerah masuk ke kamar saya yang sempit dan pengap itu. Pertama yang menggegerkan saya adalah berita dari Halmahera Utara. Rudi Hadikesuma sms ke saya bahwa dirinya dan rombongan pemancing Surabaya, Bali dan Trans 7 berhasil menaikkan 19 ekor black bass dengan berat terkecil 5 kg. Sebagian besar di release kembali tentunya. Saya tentu saja salut sekaligus iri. Sebab saat dua bulan lalu ke spot black bass tersebut (bersama Pak Rudi juga) strike dari black bass tidak seberapa banyak. Kami malah disambut GT, barakuda dan talang-talang di sungai itu. Yang bikin saya lebih iri pada trip ini adalah di rombongan ini ada pemancing cilik (9 tahun) bernama Sarah (puteri Pak Wahyu, kakak Pak Rudi) yang sangat mahir memancing baik di

Konon Mereka Pernah Memancing Monster GT di Malang Selatan

Spot mancing yang saat ini paling saya ingin kunjungi secepatnya ada dua. Pertama kembali ke Majingklak karena saya sangat penasaran dengan GT di sana. Di beberapa spot di Majingklak kemarin banyak GT besar bersliweran tetapi tidak mau menyambar popper besar model chugger. Kalaupun ada yang menyambar popper model chugger itu pasti baby GT. Kenapa bisa begini? Saat itu ingin mencoba pencil atau stickbait besar tetapi tidak ada di tackle box. Tampaknya diperlukan umpan artificial jenis lain selain popper jika ingin mendapatkan strike dari GT monster di sana. Kedua adalah kembali ke Malang Selatan, kampung halaman saya. Meski rumah saya tidak persis di tepi pantai, untuk sampai di pesisir Selatan hanya diperlukan waktu antara 30 menit sampai satu jam. Pesisir Selatan di sanam hampir semuanya adalah rock. Sangat sedikit yang berpasir sehingga sangat ideal untuk rock kasting dan atau popping. Desember tahun lalu saya sempat pulang dan juga sempat menjajal beberapa spot. Sialnya Desember ada

Plus Minus Kapal-kapal Mancing di Majingklak, Jawa Barat

Kapal mancing di Majingklak, Jawa Barat adalah kapal-kapal katir kecil yang merupakan bantuan dari pemerintah usai wilayah ini diterjang tsunami beberapa waktu lalu. Kapal berukuran sekitar 12 kali 1 meter itu dipasangi mesin tempel 15 PK. Hanya ada satu crew yang merangkap kapten di kapal ini. Jika untuk aplikasi popping kapal ini maksimal hanya bisa diisi dengan 3 angler. Itupun angler yang berdiri di belakang sudah mulai agak kerepotan dalam memainkan umpan karena di depannya ada katir kapal. Belum kalau tiba-tiba ada strike misalnya lalu ikan langsung membawa tali ke bawah. Tali pancing akan bergesekan dengan katir kapal dan pemancing akan kesulitan berpindah tempat apalagi jika ikannya adalah ikan besar predator macam GT. Tetapi dengan kapal kecil semacam ini ada kelebihannya juga. Manuver cepat jadi meski ombak di sana lumayan besar karena langsung berhadapan dengan Samudera Hindia kapal ini bisa lincah bermain ombak. Kalau misalnya ikan sedang tidak makan dan atau saat pemancing

Kuswandi, (Mungkin) Adalah Kapten Kapal Terhandal di Majingklak

Sebelah kanan adalah Candra Sonjaya, seorang pemancing (dan sahabat saya) dari Bandung. Di sebelah kirinya adalah Kus, seorang kapten kapal (lebih tepatnya pemilik kapal perahu kecil) terhandal di Majingklak. Foto ini diambil tanggal 8 Juni 2008 saat kami beristirahat siang di spot yang disebut Bantar Panjang, Pulau Nusa Kambangan, Jawa Tengah. Bantar Panjang adalah areal berpasir di Pulau Nusa Kambangan yang bisa didarati perahu dimana para pemancing atau nelayan sering melewatkan waktu istirahat siangnya di sini untuk kemudian berangkat melaut (atau memancing) lagi pada sore harinya. Kus menurut saya adalah tipe pemilik perahu, yang meski perahunya sangat kecil, memegang moto bahwa semua penyewa perahunya harus dia servis habis-habisan. Tentunya dengan perhitungan yang win win solution . Dan saya sangat gembira melihat seorang warga lokal yang sangat giat bekerja dan juga rajin belajar dari masukan-masukan kliennya seperti dia ini. Menurut saya Kus sangat memahami dengan jernih efek

Mancing di Majingklak: Ekonomis, Nyaman dan Strikeeee!

Nama Majingklak selama ini memang kurang terdengar di kalangan pemancing. Maklum daerah ini tidak tertulis dalam peta. Jika di peta daerah ini tertulis dengan nama Kalipucang karena nama Majingklak mengacu pada "wilayah" dan bukan kota atau desa melainkan mengacu pada daerah di sekitar muara dan delta besar di sebelah timur Pangandaran (Jawa Barat) dan atau sebelah Barat Cilacap (Jawa Tengah). Jika dari Bandung jaraknya hampir 200 kilometer dan dapat ditempuh dengan roda empat dengan waktu sekitar 4 jam. Saat baru menginjakkan kaki di dermaga di fishing ground ini awalnya saya kurang terkesan dengan terutama kondisi daerah yang terlihat "biasa saja". Tetapi ada yang menarik saat saya masih di darat yakni bahasa setempat yang merupakan perpaduan antara bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Suhu udara yang sangat dingin juga membuat saya nyaman. Padahal ini adalah daerah pantai yang biasanya panas. Pangandaran misalnya yang tidak sampai 1 jam di sebelah Timur Majingklak uda

Belajar Catch & Release Ikan Dari Kolam Nguseup Lauk, Pondok Cabe

Mungkin ini adalah kolam pemancingan catch and release pertama di Indonesia yang benar-benar murni menerapkan konsep C&R. Pemancing bisa melakukan aktivitas mancing di sini dengan membeli tiket untuk memancing sehari penuh (12 jam), harga tiketnya antara 100-150rb, dan semua ikan hasil pancingan tidak boleh ada yang dibawa pulang. Semua harus C&R. Kalau ada ikan yang sampai mati karena terlalu lama fight atau karena terlalu lama dijadikan "model" untuk difoto pemancing akan terkena denda. Di Kediri konon juga ada kolam C&R tetapi menerapkan konsep pembayaran Rp. 5 ribu per kg. Konsepnya sama bahwa semua ikan musti dilepaskan kembali tetapi kalau kolam yang di Kediri pemancing di charge berdasarkan total kg ikan yang berhasil dia pancing hari itu. Jadi misalnya seorang pemancing dalam sekali mancing berhasil menaikkan 10 kg ikan maka dia akan kena charge Rp. 50 ribu. Apapun konsep pembayarannya kehadiran kolam C&R sejujurnya harus disambut dengan gembira. Tentu

Lure Reject Hasil Dahsyat: Report Kasting Bawal @ Alam Endah, Purwakarta

Harga dan warna artificial lure itu mungkin sedikit berbau mitos. Ini tentu pendapat pribadi saya. Maksud saya begini, tidak ada jaminan bahwa warna ini pasti lebih ampuh dari yang itu. Dan atau harga yang lebih mahal pasti lebih hebat dari yang lainnya. Memang ada kecenderungan bahwa artificial lure dengan harga yang mahal (artinya berkualitas baik) telah mampu mengukuhkan reputasinya sebagai lure yang ampuh, tetapi selalu ada faktor lain yang membuat masalah harga dan warga itu menjadi relatif. Beberapa hari lalu saya berkunjung ke sebuah toko pancing yang kebetulan menjual umpan-umpan kasting yang tidak lolos "sensor" dari produsennya alias reject alias ada cacat sehingga oleh pabriknya "dibuang". Umpan-umpan itu sesungguhnya masih dalam kondisi cukup baik, hanya ada sedikit goresan-goresan. Dan saya memilih umpan kasting reject mungil merk "D" yang menggoda mata saya. Umpan itu tidak ada trebelnya dan dijual sangat murah. Namanya juga reject khan? Saya

(Mungkin) Ikan Gabus Tomman di Jawa Barat Sudah Tidak Ada

Berkeliling ke pedesaan Jawa Barat tepatnya di wilayah Kabupaten Subang, Majalengka, dan Sumedang sejujurnya mengasyikkan. Persawahan terhampar dimana-mana. Warna hijau membuat mata menjadi segar. Udara yang bebas polusi berlimpah. Tetapi jika tujuan berkeliling tidak dapat juga hati sedikit dongkol juga. Tetapi itulah konsekuensi berpetualang mencari sesuatu yang sudah langka. Ceritanya saya dan tiga orang kawan dari Jakarta dan Bandung berniat mencari ikan toman atau gabus yang kini di Jawa sudah sangat langka. Dalam istilah setempat ikan toman ini disebut dengan boncel atau popocol . Kami kemudian meluncur ke sebuah dam besar di Kabupaten Majalengka yang bernama Bendung Rentang (Dam Rentang). Dam ini letaknya sekitar 2 jam perjalanan menggunakan roda empat dari Cimalaka, Sumedang, tempat kami bermalam. Tempatnya sejujurnya terlihat mengasyikkan karena sebuah sungai besar (Sungai Cimanuk) dibendung untuk irigasi. Air juga sedang dalam kondisi bagus alias jernih. Dan informasi yang k