Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2017

Mengenang Majalah Mancing: 1st Indonesian Sportfishing Magazine 2007-2009 dan Edukasi Sustainable Sportfishing

Memang benar semua ada masanya. Karena suatu keperluan malam ini jadilah saya kemudian mengobrak-abrik isi eksternal hardisk saya. sebagian sudah tidak pernah saya sentuh lagi sejak beberapa tahun lalu. Bukan karena putus hubungan ataupun diputusun melainkan memang entah kenapa saya demikian 'tersesat' sampai tidak sempat melakukan banyak hal berarti dalam hidup ini. Entahlah saya ini menulis apa sebenarnya. Tak disangka koleksi foto dan video dan juga beribu file lainnya dalam kurun waktu 2007-2009 masih tersimpan rapi disana. Mata saya terpaku sejenak pada satu folder "COVER MAJALAH MANCING" dimana pada tahun 2007-2009 saya pernah belajar tentang bagaimana menjadi awak media, belajar sportfishing, belajar mencari makan, dan lain sebagainya. Kumpulan kover Majalah Mancing ini hanyalah sekedar menumpahkan rindu pada masa yang tidak mudah tetapi selalu berkesan untuk dikenang. Ketika apa adanya begitu penuh makna. Ketika berjuang sendirian di 'hutan kejam'

Wild Water Indonesia Fish Warrior: Mahaga Petak Danum atau Menjaga Tanah Air Indonesia dari Dominasi Destruktif Fishing

Dalam sanubari semua sahabat Wild Water Indonesia (WWI) saya percaya ada niat, tekad, semangat, kegelisahan untuk melakukan sesuatu yang terbaik bagi keberlanjutan potensi perairan di negeri ini. Terutama keberlanjutan ekosistem dan spesies peraira nnya agar dapat diwariskan kepada generasi penerus dalam keadaan layak. Itulah sebabnya kemudian muncul istilah "FISH WARRIOR". Diskusi awal tentang "FISH WARRIOR" ini berlangsung hampir setahun lalu antara saya bersama Bang Julak Iswan,  Bang Derry Setiawan dan Mas Anang Tirta semuanya dari para sahabat WWI Kaltim. Kami juga meyakini setiap sahabat WWI juga mencintai tanah air Indonesia ini. Bukan hanya keindahannya dan kekayaannya tetapi juga menyadari tantangan untuk ikut menjaganya sebaik dan sebisa mungkin. Munculah kemudian semacam keinginan merumuskan tekad mulia ini dalam "MAHAGA PETAK DANUM". Bahasa Dayak Ngaju yang artinya "MENJAGA TANAH AIR". Seorang renta di foto ini bernama Pak

New Batanta Lures 2017. All the Waters are connected and We Wish to Paint the World of Sport Fishing with New Color. It is Sustainability!

All the waters are connected, and we wish to paint the world of sport fishing with new colors of sustainability and hope for the next generations. - Team Batanta, 2017. Seperti yang para sahabat ketahui, akhir-akhir ini saya kembali mencoba menjalankan 'sekoci' kecil saya yang bernama Batanta. Inisiatif kecil untuk meramaikan dunia mancing di negeri ini dengan menghadirkan lure handmade untuk teknik popping. Teknik sportfishing yang menyasar ikan-ikan predator demersal maupun permukaan dengan piranti heavy duty casting atau yang seringkali disebut dengan istilah popping. Mohon doa restunya. Semoga dapat diterima kembali seperti dahulu kala sekitar tiga tahun lalu, masa yang terbilang cukup benderang untuk usaha kecil terkait sportfishing ini. Sebuah foto lama kemudian memandu saya untuk menghubungi seorang kawan lama yang pernah begitu sering mancing popping bersama bertahun lalu ke berbagai penjuru lautan di negeri ini. Cepy Yanwar, salah satu host/presenter

Lima Belas Menit Yang Berharga: Proyeksi Cita-cita Wild Water Indonesia (WWI) di Tepian Teluk Saleh Bersama Generasi Penerus

Suatu pagi, seingat saya masih terlelap di sebuah kamar milik masyarakat Aipaya, usai lelah sehari sebelumnya melakukan sebuah pekerjaan. Pagi yang juga masih dini, tetapi memang seperti lazimnya kehidupan masyarakat pesisir, meskipun pagi masih juga dini, masyarakat selalu sudah begitu bersemangat menjalani kehidupan di hari barunya. Saya terbangun karena hiruk-pikuk yang sepertinya terjadi di halaman rumah tempat saya menumpang tidur. Saya kurang memahami bahasa yang digunakan karena sepertinya campuran antara Bugis dan bahasa Sumbawa. Masyarakat di desa tersebut memang didominasi oleh para perantau Bugis, tetapi karena telah tinggal puluhan tahun di Sumbawa, mereka kemudian juga menguasai dengan baik bahasa Sumbawa. Saya merasa malu ternyata saya adalah orang yang bangun paling akhir hari itu di rumah tersebut, tetapi alih-alih saya kemudian beranjak, malah melanjutkan untuk mencoba memejamkan mata. Tetapi hingar percakapan dan perdebatan di halaman rumah itu semakin menjadi.