Catatan ini pertama kali duplikasikan untuk WildWaterIndonesia.Org . Malam hari selepas pukul 19.00 WIB saya kembali berada di sebuah desa kecil di Malang Selatan, kampung halaman saya. Hujan yang turun sejak pukul 15.00 WIB ketika kami (saya, adik saya, keponakan berusia 3,5 tahun, dan seorang jelita dari benua yang sangat jauh) mulai meninggalkan kota Malang rupanya masih menyisakan gerimis dan dingin yang menusuk tulang. Bunyi gemericik yang semakin mengecil dari cucuran atap masih terdengar menerpa lantai halaman rumah yang sebagian berlumut. Jalanan tampak berkilauan basah. Pekarangan dan seluruh penjuru kampung masih dipeluk dingin. Selokan jalan juga masih penuh dengan air dan mengalir deras menuju ke sungai yang letaknya sekitar lima puluh meter di timur rumah. Biasanya bunyi berderu dari sungai yang banjir bisa terdengar sampai rumah tetapi hari ini samar terdengar karena suara sound system dari rumah di seberang rumah kami yang mulai mengalunkan lagu-la...
Bulan November 2017, sekitar 15 hari setelah saya menyelesaikan Ekspedisi Mata Air Sungai Mahakam (Oktober 2017) , tepatnya tanggal 9 November 2017 untuk pertama kalinya saya memposting salah satu foto ikan mahseer yang saya dapatkan dalam ekspedisi tersebut di akun Instagram (IG) pribadi saya dan mungkin itu satu-satunya foto saya di IG yang mendapatkan respon terbanyak sepanjang sejarah (596 likes). Jeda yang cukup lama usai digelarnya ekspedisi dan foto ikan yang kemudian saya publikasi. Saya memang pemancing, dan jujur berbahagia ketika sebuah perjalanan saya juga mendapatkan hasil yang baik (ikan yang besar-besar, sahabat baru yang baik, dan lain-lain). Tetapi selalu dan buru-buru memposting tentang ikan bukanlah passion saya. Banyak hal lain yang juga menarik dalam setiap perjalanan. Misalnya terkait Ekspedisi Mata Air Sungai Mahakam (Oktober 2017) saya malah lebih dahulu mempublikasi tentang upacara adat masyarakat Dayak Bahau yang dinamakan Hudoq Pekayang. M...