Beberapa detik saat pertama menginjak Tanjung Tiram di daerah 'batubara' Sumatra Utara saya tidak nyaman sama sekali. Kota kecil yang berjarak 3 jam dari Medan ini kumuh dan super padat dan sangat tidak welcome dengan orang baru. Setiap sudut kerumunan kota kecil ini saya lihat penuh orang yang berkerumum main judi. Baru beberapa detik parkir mobil dan mau loading barang-barang ke kapal mancing saja sudah banyak 'jagoan' lokal petentang-petenteng pamer otot. Apa sih yang mereka banggakan? Merasa diri preman dan bisa seenaknya saja ke orang-orang yang datang berkunjung ke daerah ini? Dalam hati pantas saja Tanjung Tiram begini kumuh dan bau, ya karena itu tadi, hanya pakai otot semuanya. Bagaimana pariwisata mau maju kalau para turis disuguhi kekanak-kanakan lokal memalukan seperti ini?
Akhirnya kami pun bisa terlepas dari memuakkannya suasana tidak bersahat di Tanjung Tiram dan kapal mancing kami pun melaju ke lautan luas. Sekejap, saya menikmati pesona menara suar kecil di depan muara sungai Tanjung Tiram. Saat itu kapal mancing saya melintas persis di depannya menuju Utara ke perairan di daerah perbatasan dengan Malaysia. Karena pagi, menara suar ini diam dan tidur, tetapi malah memancarkan pesona yang menarik dalam balutan sinar mentari. Sudah berapa ribu kapal yang dipandu oleh menara suar ini ya?

By the way sejarah menara suar atau juga disebut mercusuar ternyata menarik sekali. Bacaan singkat sejarah mercusuar bisa di klik di sini. Oh ya mengenai preman di awal tulisan ini. Biarlah dia terus terpesona dengan kegagahan dirinya sendiri di 'kemegahan' keperkasaannya yang bau dan kumuh itu. Haha!
* Foto #1: Menara suar di Tanjung Tiram (tiga jam dari Medan), Sumatera Utara. (Foto diambil tanggal 25/09/2009)
* Foto #2: Mercusuar di Tanjung Layar, Ujung Kulon, Banten (Foto diambil 30/05/2009)
Comments