Skip to main content

Bumble Bee Grouper Halmahera: Konsisten Menghitung Waktu Pasang Surutdan Kejutan Dari Spesies Langka


Kali ini saya mau to the point saja. Capek juga ngalor-ngidul. Hehehehe! Jika kawan-kawan lihat foto-foto di postingan ini jelas terlihat bahwa spesies tersebut adalah ikan dari anggota keluarga ikan kerapu. Tetapi kog jarang ya kita melihat ikan kerapu dengan warna yang cantik seperti ini? Benar! Ikan yang sering disebut bumble bee grouper atau kerapu emas ini memang tidak mudah untuk dijumpai, karena jenis ini digadang telah mulai langka. Setidaknya begitu menurut beberapa lembaga dunia yang banyak melakukan riset pada ikan-ikan keluarga grouper fish. Saya sendiri seumur hidup juga baru pada bulan Juni itulah mendapatkannya sendiri dengan cara dipancing. Beberapa kali pernah melihat kawan-kawan di berbagai daerah yang meng-upload foto-foto bumble bee grouper, tetapi baru pada trip ke Tanjung Sowli – Halmahera, saya bisa melihat dan mendapatkannya sendiri. Ikan yang memang sangat cantik, sexy dan memiliki keunikan tersendiri. Bumble bee grouper memiliki nama Latin Epinephelus lanceolatus (Bloch, 1790). Giant grouper, demikian dunia internasional menyebutnya. Disebut juga dengan nama Queensland grouper oleh orang-orang Australia dan atau Brown spotted cod. Di Australia sendiri ikan ini dianggap sebagai ikan terbesar yang hidup di perairan coral dan dijadikan logo ‘aquatic’ oleh negara bagian Queensland. Habitatnya adalah perairan coral yang memiliki kedalaman hingga 100 meter. Di dunia sebarannya cukup luas, dari perairan Indo-Pasifik hingga Teluk Persia. Mampu tumbuh hingga sepanjang 2.7 meter dengan berat hingga 400 kilogram! Bumble bee grouper adalah spesies yang cukup rakus karena menjadikan semua jenis ikan, hiu remaja hingga kura-kura kecil sebagai mangsanya. Para penyelam juga menjadikan ikan ini dalam daftar ikan yang harus sangat diwaspadai, karena di perairan coral yang masih sehat, sering terdapat Giant grouper raksasa yang bisa menelan seorang manusia utuh-utuh! Sayangnya karena overfishing, spesies ini semakin langka, itulah sebabnya oleh IUCN (International Union for Conservation of Nature) ditempatkan dalam daftar spesies yang mulai terancam (punah). Meski habitat utamanya adalah perairan coral, ikan ini juga sering ‘menyerbu’ ke perairan payau mengikuti air pasang. Pada saat pasang inilah dia akan masuk ke sungai dan mencari titik menunggu paling trategis untuk melancarkan serangan pada ikan-ikan yang menjadi mangsanya nanti ketika air bergerak turun (surut).

Jadi begini, nah kan saya tergoda membagi kedangkalan pemahaman saya lagi?! Perairan payau (estuaria) selalu mengalami yang namanya momen pergantian air. Dalam dua puluh empat jam setidaknya dua kali pergantian besar (pasang dan surut), tergantung dengan bulan di langit. Nah pada momen pergantian air inilah terjadi juga yang namanya mobilitas penghuni perairan terutama ikan-ikan. Saat air pasang masuk ke sungai-sungai payau dan kemudian menggenangi seluruh penjuru kawasan bakau, ikan-ikan baik besar dan kecil juga akan ikut masuk ke dalam sistem perairan payau ini. Harapannya sebenarnya sederhana, yakni mencari makanan. Saat air masuk ikan-ikan pemangsa menjadikan pergerakan dan aliran air membawa perburuan mereka masuk hingga jauh ke dalam sistem kawasan bakau, hal yang tidak mungkin dilakukan di waktu yang lain. Jadi ibaratnya aji mumpung. Mereka akan mencari apapun yang bisa menjadi makanan mereka, ikan kecil hingga kepiting dan bahkan kerang. Tetapi untuk ikan-ikan berukuran masif (besar) biasanya hanya akan berburu di aliran utama saja, repot tentunya kalau harus masuk-masuk ke celah bakau, mereka pastinya juga takut terjepit dan terkilir. Hehehehe! Nah saat merangsek masuk ke aliran utama inilah, ikan-ikan predator berukuran besar akan menentukan titik istirahat dan titik serangan berikutnya, yakni saat terjadi air keluar (surut). Ketika air bergerak surut seluruh perairan payau sekali lagi akan mengalami mobilitas penghuni dalam skala besar. Ikan-ikan kecil akan keluar dari kawasan bakau yang dangkal menuju aliran kecil, kemudian seiring makin surutnya air, semuanya akan berenang menuju ke aliran utama (sungai besar). Pada momen inilah, ikan-ikan kecil tersebut menempuh bahaya dengan melewati struktur-struktur gelap dan rumit sepanjang aliran utama akibat keragaman dasar sungai dan ataupun rebahan kayu dan lain sebagainya. Arus juga akan membuat exodus pada saat itu menjadi semakin sulit dan menakutkan. Ikan-ikan predator berukuran besar, pada awal surut, biasanya tidak akan ikut mobile, melainkan menunggu ‘jatah preman’ di titik-titik yang strategis yang telah dia pilih sebelumnya. Di balik batang kayu, di balik batu, di balik rebahan pohon, kelokan sungai, dan lain sebagainya. Mereka (jika memang saat itu ada di sungai tersebut) akan berpesta dengan memangsa ikan-ikan kecil dan bahkan kepiting yang melintas. Hanya ketika sudah kenyang saja, maka ikan-ikan pemangsa berukuran besar akan ikut keluar sistem perairan payau mengikuti air turun (surut) untuk mencari tempat yang lebih nyaman di perairan yang dalam di dekat muara. Sebagian lagi akan keluar ke laut.

Jadi begitulah gambarannya kenapa di foto yang saya pasang ini, seekor bumble bee grouper yang mulutnya masih penuh dengan seekor ikan mangrove jack size 1 kg, masih juga rakus dengan menyambar lure deep diving 7 meter yang saya lemparkan. Apakah karena merk lurenya (kawan-kawan pasti paham apa merk lure ini karena populer sekali, ya betul inisial lure ini adalah “P”) sehingga kemudian disambar oleh bumble bee grouper? Bukan! Tetapi karena hunting mode seluruh spesies predator perairan payau di Sungai XXX tempat saya mancing saat itu memang sedang ON! Tetapi kenapa malahan umpan saya yang disambar dan bukannya lure seorang kawan yang sebenarnya telah drifting lebih dahulu di depan? Mungkin saat kawan saya melemparkan lure ke poin tempat ikan ini berada, sang ikan sedang meleng. Hehehe. Atau mungkin daya selam lure kawan saya yang di perahu depan tidak begitu dalam, sehingga tidak sampai di kedalaman tempat grouper ini berada. Atau bisa jadi ketika lure kawan saya dilemparkan ke point tersebut, sang grouper sedang mengusap matanya akibat pedih terkena arus. Ngaco ah! Hehehehe. Itulah yang disebut “luck” dan atau “rejeki” dalam memancing. Point lemparan sama, drifting saya posisinya di belakang yang secara teori akan banyak gigit jari dibandingkan yang drifting di perahu depan? Tetapi ini tidak terlalu penting untuk dibahas. Maksud saya adalah, ini yang harus kita pegang secara konsisten saat bermain di perairan payau. Gunakan momen pergantian air baik saat air pasang dan surut sebaik-baiknya, karena di kedua momen inilah, sambaran dari ikan-ikan pemangsa lebih mudah didapatkan. Saya sendiri akan menaruh efforts lebih terutama untuk momen pergantian air keluar (surut) dibandingkan saat air masuk (pasang). Sebenarnya hari itu saya berharap mendapatkan sambaran dari ikan-ikan Indonesian black bass (Lutjanus goldiei). Tetapi bumble bee grouper yang langka sexy dan cantik ini mampu membuat saya melupakan kegagahan dan ketenaran Indonesian black bass untuk beberapa waktu lamanya. Jadi hikmah kejadian ini terutama untuk ikan-ikan Indonesian black bass, jangan mentang-mentang ya meski kalian sangat terkenal dan disukai oleh semua pemancing, masih ada bumble bee grouper! Catatan ini sepertinya semakin aneh!

Saya ingin satu membagi sebuah trick dalam mensiasati kondisi perairan payau, dan sebenarnya ini juga bisa diterapkan si sungai air tawar dan juga danau. Saat kita sedang memancing kasting, baik di sungai danau dan juga parit sekalipun, kita dihadapkan pada beberapa pilihan yang tersaji dalam waktu yang bersamaan. Mencari sambaran yang banyak dari ikan apapun itu, pokoknya asal jangan boncoz! Mencari sambaran dari ikan yang kita prediksi hidup di lokasi tersebut, tetapi memiliki size yang berukuran besar? Atau mencari ikan tertentu/spesifik (memilih target). Untuk tujuan pertama “pokoke ada dapat strike” menurut saya paling mudah diterapkan sekaligus menjadi kurang menantang. Kita bisa mendapatkan kepuasan dalam pilihan jenis ini dengan menggunakan lure sesuai lokasi, ukuranny ajangan terlalu besar, agar segala size ikan berani menyambar. Saya menyukai pilihan yang kedua dan ketiga, mencari sambaran yang berukuran besar dan juga target ikan yang spesifik. Untuk mendapatkan hal ini kita juga harus berfikir berbeda. Sebenarnya telah banyak diteorikan, misalnya umpan besar maka akan mendapatkan ikan besar. Menurut saya bukan semata umpan besar saja, tetapi bagaimana kita berfikir berbeda, berfikir ala ikan besar. Memang benar sepertinya ikan-ikan size monster tidak menyukai lure berukuran mini, karena secara nature, tentunya tidak mengenyangkan menyambar ikan kecil dibanding ikan umpan berukuran besar bukan? Lure dengan kedalaman yang lebih dan warna yang nyeleneh juga boleh kita manfaatkan untuk hal ini. Saya sendiri memiliki favorit pada warna dominan hitam. Selama ini terbukti, lure dengan warna dominan hitam, selalu mendapatkan big strike. Tetapi sekali lagi ini berdasarkan pengalaman saya ya? Tidak bermaksud merumuskan sesuatu terkait lure. Kenapa kita harus berpikir berbeda, karena jika kita berfikir biasa saja, maka kita tidak akan mem-push diri kita untuk berfikir dan berusaha lebih. Kita harus ingat, tidak ada hasil yang mengesankan dari sesuatu yang biasa-biasa saja. Kalaupun itu terjadi, maka tidak lebih itu adalah sebuah “luck” semata. Mancing memang terkait erat dengan yang namanya “luck”. Tetapi tidak semua hasil adalah karena faktor “luck” saja. Ada berbagai hal yang sebnarnya terwujud karena kita mampu menguasainya; teknik, ada pemahaman terhadap tackle dan kekuatan serta peruntukannya, ada pemahaman kita terkait lokasi mancing, timing dan lain sebagainya.

Ketika semua orang saat itu hanya fokus pada Indonesian black bass yang juga tidak kami dapatkan selama lima hasi memancing. Malahan lagi-lagi hanya mendapatkan baby mangrove jack dan kerapu berpuluh jumlahnya hampir setiap hari, maka kita harus “berfikir berbeda”. Karena mungkin memang Indonesian black bass saat itu sedang absen di perairan Tanjung Sowli, saya memilih mencari target “keren” lainnya yang mungkin saja ada di kawasan tersebut saat itu. Bumble bee grouper yang rakus seberat 9 kg lebih ini menyatakan bahwa apa yang saya lakukan tidaklah sia-sia. By the way, untuk menggunakan lure merk “P” deep diving 5-7 meter seperti terlihat di postingan ini (bukan saya bermaksud saya mempromosikan lure ini, karena ini juga hasil beli) saya sarankan menggunakan reel kelas 4000-5000an dengan gear ratio yang tinggi (7.1:1 misalnya). Jangan menggunakan reel terlalu kecil dengan gear ratio yang rendah, karena aksi umpan menjadi tidak atraktif dan juga akan terasa sangat berat saat retrieve dan tangan kita pastinya akan kelelahan. Ingat, hal sepele bisa mendatangkan penyesalan. Menggulung reel ratio rendah sepanjang hari untuk umpan deep diving berukuran besar yang berat saat retrieve bisa memicu cedera di persendian tangan kita. Berhati-hatilah! Jangan lupa, berpikirlah berbeda jika ingin mendapatkan hasil yang juga tidak biasa! Salam wild water Indonesia!





Ikan bumble bee grouper ini sejak awal memang telah diniatkan untuk dirilis kembali, sialnya tidak sempat terekam karena ketika masih proses foto-foto, sang ikan memutuskan ngacir dengan tiba-tiba ke dalam air. Mungkin dia lelah difoto berulang kali. Jadi foto-foto proses rilis spesies langka ini menjadi tidak ada. Harap maklum demikanlah adanya. Hehehehe! Pictures captured at Halmahera, North Mollucas, June 2016. Please don't use or reproduce (especially for commercial purposes) without my permission. Don't make money with our pictures without respect!!!

Comments

Unknown said…
Punya channel YouTube gk
Unknown said…
Kalau ada tolong dishare linknya