Skip to main content

Posts

Showing posts from 2009

Kali Pertama Biasanya Nervous: Short Report/Review Nusantara Fishing Tournament Piala Bupati Kutai Timur 2009

Hiruk-pikuk Nusantara Fishing Tournament Piala Bupati Kutai Timur 2009 (NFT 2009) yang digelar di Sangatta (ibukota kabupaten Kutai Timur) pada tanggal 19-20 Desember 2009 itu telah lama usai. Peserta yang juara mungkin masih tersenyum bahagia di rumah masing-masing karena keberhasilannya mengalahkan peserta yang lain. Peserta yang tidak juara mungkin banyak yang tiba-tiba menderita darah tinggi (hehehehe) mendadak. Panitia yang menyelenggarakan mungkin juga telah usai melakukan evaluasi. Awak media yang datang meliput turnamen ini mungkin juga telah kembali ke pangkalan masing-masing untuk menyelesaikan tugasnya ‘melaporkan’ kepada pubik jalannya turnamen tersebut. Pemda dan atau DKP Kutai Timur yang menjadi ‘sponsor’ turnamen ini mungkin juga telah selesai melakukan rapat panjang mengevaluasi turnamen yang baru pertama kali digelar di bumi Kutai Timur ini sambil harap-harap cemas apakah turnamen ini mampu mempromosikan daerah atau tidak. Banyak yang tersisa, entah itu baik ataupun ku

Raja Laut Tak Jadi Melaut, Just Another Story Ekspedisi Teluk Aili

Pada akhirnya trip ini sukses besar, cerita singkatnya bisa Anda baca di postingan saya yang berjudul Beri Daku Sumba, Dengan Atau Tanpa Ikan Besar Sekalipun! dan atau Anda tonton di Mancing Mania Trans 7 tanggal 26 Desember 2009 pukul 16.00 WIB. Maafkan saya, karena saya tak kuasa menolak keinginan berbagi cerita perjalanan darat untuk mencapai lokasi mancing yang sangat terpencil itu. “Raja Laut” adalah kapal mancing alumunium kecil milik Om William, sahabat kami yang tinggal di Waikabubak, ibukota Sumba Barat. Kami sengaja menariknya dari kota kabupaten itu untuk kemudian menempuh perjalanan darat hampir sepanjang 100 km menuju base ekspedisi bernama Teluk Aili sebagai antisipasi kalau-kalau kapal kayu yang kami sewa dari nelayan Desa Rua (yang berjarak 2 jam pelayaran dari Teluk Aili) tidak jadi datang menemui kami di Teluk Aili, teluk kecil tak berpenghuni. Jadi andai hal itu terjadi, setidaknya kami masih tetap bisa memancing, meski harus bergantian karena kapasitas kapal yang k

Puji Tuhan, Akhirnya Kedua Pejuang Bersenjata Kamera Itu Mendapatkan Penghargaan Dari Pemerintah Republik Indonesia

Natal kembali datang, momen spesial yang menjadi biasa saja bagi karena saya tidak bisa melewatkannya bersama keluarga tercinta saya di sebuah desa kecil di Malang Selatan, Jawa Timur. Meski demikian, berkirim ucapan selamat Natal ke sahabat dan kerabat tidak boleh dilupakan, meski maknanya semakin tereduksi karena kini kita cukup berkirim ucapan selamat natal melalui sms dan telepon (atau melalui email dan juga jejaring sosial yang tersebar laksana sarang laba-laba di internet saking banyaknya). Pertama yang saya kirimi ucapan selamat Natal adalah keluarga di kampung halaman, Malang Selatan. Sedih sekali rasanya mengucapkan selamat Natal melalui sms dan telepon. Semakin sedih karena saat Natal begini biasanya di rumah selalu memasak aneka makanan kampung yang ‘nendang!’ selera. Begini memang rasanya jadi anak kos, yang dingat tentang rumah adalah makanan dan bukannya orang tua. Lalu saya mengirimi ucapan kepada sahabat-sahabat jaman kuliah di UNPAD dahulu (1999-2007, saya adalah mah

Beri Daku Sumba, Dengan Atau Tanpa Ikan Besar Sekalipun!

Usai menyelesaikan pembuatan episode Natal di Sumba Barat bersama tim MM Trans|7 beberapa waktu lalu saya tiba-tiba teringat seseorang. Taufik Ismail. Pada tahun 1970 Taufik Ismail, sastrawan terkemuka negeri kita, sedang berada di Uzbekistan. Tiba-tiba dia rindu negerinya, salah satunya rindu beratnya 'dialamatkan' kepada sebuah pulau indah bernama Sumba yang tampaknya begitu membekas di sanubarinya. Lalu dia menuliskan sebuah puisi yang sangat indah berjudul Beri Daku Sumba. Keterkaitan Taufik Ismail dengan tanah Sumba mungkin sekali karena Taufik Ismail pernah bersilaturahmi secara intens dengan salah satu sastrawan terkemuka Indonesia asal Sumba bernama Umbu Landu Paranggi, yang namanya juga disebutkan di puisi itu. Beri Daku Sumba terlalu indah jika hanya saya kutip sebagian, jadi lengkapnya sebagai berikut. Di Uzbekistan, ada padang terbuka. Aneh, aku jadi ingat pada Umbu. Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka. Di mana matahari membusur api di atas sana. R

See You All at NUSANTARA FISHING TOURNAMENT 2009 PIALA BUPATI KUTAI TIMUR

Dear all, jika Anda sedang tidak sibuk pada pertengahan bulan ini, saya harapkan demikian karena Natal dan malam perayaan tahun baru juga masih lama, hehehehe, tidak ada salahnya jika Anda menyimak kabar mancing yang sangat baik ini. Pada tanggal 19-20 Desember 2009 nanti akan digelar perhelatan akbar di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, tepatnya di perairan sekitar daerah Sangatta. Apalagi kalau bukan turnamen mancing. Hadiah yang diperebutkan cukup menggiurkan karena selain uang jutaan rupiah juga ada mobil dan motor baru. Tetapi bukan masalah hadiah ini yang ingin saya bicarakan, saya yakin, kebanyakan dari para pemancing negeri ini berangkat mancing dan ikut turnamen bukan karena hadiahnya tetapi karena ingin “strike” dan bertemu sobat-sobat lama. Selama ini jika berbicara turnamen mancing di bumi Borneo, selalu Balikpapan yang menjadi pembicaraan saking rutinnya kawan-kawan dari Borneo Fishing Club (BFC) Balikpapan menggelar turnamen mancing di Teluk Balikpapan. Lalu disusu

Agar Laut Sesekali Waktu Juga Berwarna PINK!

Saya rasakan, dunia mancing negeri ini semakin semarak saja. Penyebabnya bukan karena komunitas mancing yang terus bertambah banyak di berbagai daerah, bukan pula karena semakin banyaknya member klub-klub mancing yang jumlahnya saya rasakan semakin banyak saja (bagaimana tidak pesat pertumbuhan klub-klub ini, kini satu kantor pun sudah membuat klub mancing sendiri), bukan pula karena begitu banyaknya turnamen mancing yang akhir-akhir ini digelar di berbagai daerah di Indonesia. Hal-hal barusan memang jelas pasti akan membuat dunia mancing di negeri ini semarak, tetapi ada hal yang lebih membuat semarak. Yakni kehadiran pemancing-pemancing baru dari kalangan perempuan! Jadi siapapun yang mengira bahwa urusan memegang joran (baca: mancing) hanyalah urusan kaum pria saja, kini harus merevisi pendapatnya tersebut karena nyatanya para cewek kini pun tak segan turun ke laut dan rela terpanggang ‘nakal’nya sinar matahari demi mendapatkan sambaran ikan. Mereka juag beranggapan bahwa memancing

Rats in Your Country are Very Interesting, said an Alien

Semalam saya bermimpi aneh. Saya seperti sedang berada di padang rumput luas yang hanya dipenuhi rerumputan hijau yang pendek. Ada memang gerombolan semak namun jumlahnya tidak seberapa. Suasana tempat dalam mimpi itu saya rasakan sangat sejuk, seperti berada di sebuah padang yang diapit oleh pegunungan sehingga terus-menerus dibelai oleh angin gunung yang dingin. Cahaya matahari juga sangat lembut. Tampaknya ‘setting’ mimpi semalam kalau tidak pagi pasti senja. Saya sedang mencari-cari dimanakah rusa-rusa penghuni padang rumput, atau mungkin kuda-kuda cantik yang berlari laksana anak panah ketika seorang Alien turun dari wahana penjelajah ruang angkasa-nya. Alien yang tidak tampak aneh di mata saya. Aneh sekali saya tidak terkejut ataupun takut sama sekali didatangi oleh Alien, padahal bisa saja tiba-tiba saya disulap menjadi batu atau menjadi ular penghuni padang rumput. Mending kalau disulap menjadi batu atau ular, kalau dibawa ke planetnya untuk menjadi besi pengganjal roda pesawa

Welcome Aboard SINGIN’ DRAG (SD)!

Beberapa hari terakhir ini, para pemancing Indonesia di jejaring sosial Facebook sedang ramai membicarakan kemunculan sebuah nama (seseorang?) yang terjun ke dunia fishing apparel. Mereka atau dia menggunakan nama SINGIN’ DRAG. Saya jadi ingat sebuah video mancing Jepang jika mengingat nama ini, namun entah apakah mereka ada keterhubungan dengan hal itu atau tidak saya tidak tahu dengan pasti. Namun jika melihat namanya, mereka tampaknya juga bergelut dengan mancing dan tampak berjiwa muda. Jiwa muda ini menurut saya memang penting karena kalau ingin sukses menekuni hobby mancing, dan apalagi malah merambah bisnis dalam dunia mancing kita memang harus terus berjiwa muda. Mancing memang tidak cocok dengan mereka yang berjiwa tua (sekali lagi, berjiwa tua dan bukannya berumur tua) dan konservatif! Hahaha. Dengan kepercayaan diri tinggi mereka langsung menggebrak karena langsung merilis beberapa koleksi kaos-kaos mancing dengan desain yang eye catching. Langkah yang menurut saya sangat be

Layaknya PSMS Medan Hendak Bertarung di Lapangan Hijau

Beberapa hari lalu saya mendapatkan kiriman kopi Sidikalang, dari seorang kawan mancing di Medan member Serena Fishing Club (Medan). Rupanya dia begitu mengingat bahwa saya adalah pecinta kopi sehingga mengirimi kopi mantap ini (terimakasih Bang Eco Suhendra Lubis...) agar saya tidak 'pusiiiing'. Hahaha... Hal ini tak bisa dihindari mengingatkan saya pada trip mancing yang kami gelar pada pertengahan September lalu ke pulau teluar Indonesia di Sumatera Utara, yakni Pulau Berhala. Pulau terluar yang pernah diklaim oleh Malaysia sebagai wilayahnya, padahal jelas-jelas itu berada di perairan Indonesia lho?! Kisah trip Medan tersebut juga telah ada di blog ini dan Anda semua juga telah membacanya. Terlepas dari kurang berhasilnya trip saat itu karena arus dan cuaca yang kurang bersahabat (panas dan hujan datang silih berganti mengacaukan trip), termasuk terjadinya insiden jatuhnya peralatan kami di Pulau Berhala, rupanya ada yang tercecer yang belum sempat saya post di blog ini yak

Hanya Dengan 400 Ribu Kita Rela Menghancurkan Diri?

Uang yang tidak seberapa. Angka yang biasa saja. Namun jumlah uang yang remeh ini ternyata memiliki akibat luar biasa pada proses kepunahan salah satu spesies ikan air tawar yang mulai langka yakni ikan sapan (Tor tombroides). Ikan yang di berbagai daerah telah mulai langka ini, kecuali di pegunungan di Kalimantan, disebut juga dengan berbagai nama; kancra (Sunda), tambra (Jawa), dan Semah (Sumatera), dan lain-lain. Di berbagai daerah di Indonesia ikan ini diperjual-belikan dalam kisaran harga 100 hingga 250 ribu rupiah. Kebanyakan dari ikan-ikan sapan yang diperjualbelikan itu untungnya berasal dari kolam-kolam budidaya. Ikan ini memiliki rasa daging yang sangat enak sehingga banyak sekali peminatnya, itulah sebabnya kolam-kolam budidaya ikan sapan ini sekarang banyak bermunculan di berbagai daerah. Kembali ke angka empat ratus ribu. Angka ini sekarang memiliki tekanan yang luar biasa pada kelestarian ikan sapan di habitat aslinya terutama habitat ikan sapan di Pegunungan Muller, Kali